Rabu, 03 Juni 2009

Kisah Mawlana Syaikh Hisyam Mencium Gerbang Makam Rasulullah SAW

Kisah Mawlana Syaikh Hisyam Mencium Gerbang Makam Rasulullah SAW
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani (qs)
Hari Jum'at, 24 Oktober 2008
Chicago, IL US


Sambutan oleh Imam Haqqani
Saya merasakan bahwa Allah swt melimpahkan berkahNya kepada kita. Dengan fadilah Syaikh Abdus Sattar Khan dan fadilah Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani, kita akan memperoleh berkah tersebut. Sejak lama saya mengundang para Syaikh ini untuk datang kesini, dan alhamdulillah sekaranglah harinya.

Sambutan oleh Syaikh `Abdus-Sattar Khan
Qad qaala Allah swt ba`du A'udzu billah min asy-syaitan ir-rajiim Bismillahir-Rahmanir-Rahiim ya ayyuhalladziina aamanuu ittaqullah wa kuunuu ma` as-sadiqin [ceramah dalam bahasa Urdu]

Sambutan oleh Syaikh Jamaluddin
Saya datang kesini tidak untuk berbicara, satu-satunya niat saya datang kesini hanyalah untuk mendengarkan Syaikh Hisham berbicara. Pertama kali saya bertemu dengan Syaikh Hisham yaitu di Madinah al-Munawwarah saat beliau berziarah di makam Sayyida Fatima az-Zahra. Beliau berdo'a di makam Sayyida Fatima itu dan saya memperhatikan beliau karena beliau berdo'a begitu lama, saya tidak tahu do'a apa saja yang beliau ucapkan, selama 45 menit. Setelah itu saya menghampiri dan mencium tangan beliau.

Saya bukan pembicara yang baik, Allahuma innii asa'luka bi sirri Abu Bakr as-Siddiq…

Fadilah Syaikh Hazrat Kabbani yang terhormat, adalah seorang Syaikh dan ulama yang terkenal, semoga Allah memberkahi beliau dan kita semua bangga Syaikh Hisham berada disini, dan saya rasa semua orang tahu, saya tidak perlu mengatakan apapun.

Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
Setelah mendapat izin dari Anda.

As-salama layaikum wa rahmatullahi wa barakutuh.
Bismillahir-Rahmanir-Rahiim alhamdulilahi rabbi'l-`alamiin
was-salaat was-salaam ala sayyid al mursaliin … wa nashadu an laa ilaah ila-Allah wa nashadu anna Sayyidina Muhammad (saw) …khatim ar-rusul sayyid al-bashr, rasuli rabbi'l-`alamiin.

Saya tidak tahu harus mulai dari mana. Semoga Allah memberkahi Husayn Haqqani. Kita semua sangat berbahagia bisa berkumpul di tempat ini, yang didirikan melalui berbagai kesulitan. Namun inilah tempat bagi Ahl as-Sunnah wal-Jama`ah.

Dan barusan saya bertanya sedikit, saya harus bicara tentang apa, dan beliau menjawab, "spiritualitas dalam Islam". Tetapi di hadapan Mawlana Abdus Sattar Khan, tidak ada yang bisa saya katakan. Karena beliau adalah suri tauladan bagi setiap orang dan tadi Saudara Jamaluddin mengungkapkan sebuah cerita yang terjadi di masa lalu.

Maka saya akan menceritakan kisah tadi dari permulaan.

Itulah cerita saat suatu hari saya berada di Jeddah, saya bertekad untuk mengunjunginya. Karena setiap Kamis dan Jum'at saya biasa pergi ke Madinah al-Munawwarah dan sholat disana, seolah-oleh saya hidup lama disana. Nah suatu hari, sebelum saya pergi, saya menerima telepon dari Syaikh saya, banyak dari Anda tahu beliau, khususnya Syaikh Abdus Sattar Khan, Syaikh saya adalah Mawlana Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani. Beliau bertanya, "Anda mau pergi kemana?" saya jawab, kalau Tuan mengizinkan, saya akan berziarah ke Rasulullah SAW. Mawlana Syaikh Nazim berkata, "Ciumlah Gerbang Makam beliau SAW untukku." Wah, kalau ada orang yang meminta hal seperti ini kepada anda, apa yang bisa anda katakan?, "Apalagi bila orang itu Syaikh anda. Tapi akal saya mulai berpikir, "Bagaimana bisa saya melakukan hal itu dengan semua barikade dan penjaga keamanan? Tidak mungkin."

Kemudian, pergilah saya waktu itu ke Madinah al-Munawwarah, saya sudah ceritakan ini kemarin dan saya ulang hari ini: ketika Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT pada Isra' dan Mi'raj, dan inilah masalah yang dihadapi kebanyakan kita saat ini, dan cerita saya ini akan memberikan jawabannya, inilah arti spiritualitas. Spiritualitas bukanlah sesuatu yang harus anda usahakan selain sholat, puasa, bersedekah dan naik haji. Spiritualitas adalah jalan guna mencapai Maqam al-Ihsan yang mana tadi Mawlana Abdus Sattar mengutip hadis Sayyidina Umar (r.a) tentang bagaimana mencapai kondisi Ihsan. Anda harus mengamalkan 5 rukun Islam dan menerima 6 rukun iman, kemudian bagaimana mencapai kondisi Ihsan. Soal ini sangatlah kompleks dan pelik. Anda tidak bisa mengatakan, "Oh, aku bisa mencapai maqam itu sendirian", tentunya anda akan berputar-putar di tempat. Anda harus mempunyai Pembimbing Ruhani. Dan kalau anda mencarinya, anda akan menemui Pembimbing Ruhani tersebut. Itulah para Wali Allah. Semua Waliullah bersaudara dan mereka saling mencintai satu sama lain. Saya tidak bicara tentang wali-wali palsu, tetapi ini para Wali Allah yang sesungguhnya, yang mendedikasikan hidup mereka bagi para muridnya.

Nah, waktu itu saya mengebut dengan kecepatan 150 atau 160 km per jam atau sekitar 120 mil per jam supaya bisa cepat tiba disana, Madinah al Munawwarah. Karena Mawlana Syaikh Nazim memerintahkan, "Pergilah dan ciumlah gerbang makam Rasulullah SAW". Maka pastilah ada pembukaan. Kemudian tibalah saya disana dengan cepat dan selamat atas berkah Rasulullah SAW. Dan saya harus mandi dulu sebelum berziarah ke tempat suci yang dijadikan Allah SWT sebagai sepetak Surga di dunia. Itulah makam suci Rasulullah SAW. Kesalahan yang dilakukan kita semua adalah, ketika kita berziarah ke Muwajaha, tempat suci sepetak Surga dunia, (karena) saya tidak suka menyebutnya dengan kata "kuburan", berat sekali di hati untuk mengatakan "kuburan", sesungguhnya Makam Rasulullah SAW adalah qata'n min al-jannah, Sepetak Surga Dunia. Jadi kalau anda berkunjung ke Surga di dunia ini, apa yang akan anda lakukan? Tentu anda akan berdiam disana selama mungkin, anda tidak ingin pergi cepat-cepat.

Jadi, ketika kita berziarah ke Rasulullah SAW adalah adab bagi kita untuk berdiri selama mungkin di hadhirat beliau, meskipun tanpa mengucapkan do'a, tapi hanya dengan berdiri disana mencoba menghubungkan hati anda dengan hati beliau SAW. Dengan kata lain, taffakur sa`atin khayran min ibaadati saba`iin sunnah. Sejam bertafakur lebih baik dari 70 tahun ibadah sunnah. Itu baru untuk satu jam anda bertafakur sendirian. Bisa dibayangkan kalau anda melakukan tafakur itu di hadhirat Rasulullah SAW?

Setiap orang kalau berkunjung ke Makam Rasulullah SAW akan berdiri disana selama 5, 7, atau 10 menit lalu pergi. Sebagian orang mungkin sanggup diam lebih lama, tergantung seberapa dekat ikatan batinnya Rasulullah SAW. Nah, dengan bimbingan para Syaikh, kami berziarah ke Rasulullah SAW dengan Mawlana Syaikh Nazim berulang kali, dan semoga Allah SWT memberi beliau umur yang panjang, begitu juga umur yang panjang bagi Mawlana Abdus Sattar. Dan saya pernah menyaksikan bagaimana dulu Mawlana Shaykh Nazim biasa berziarah ke Rasulullah SAW dan berdo'a disana hingga 3 jam. Sebetulnya bukan do'a, namun lebih merupakan percakapan antara beliau dengan Rasulullah SA. Anda tidak melihatnya, tapi bisa merasakannya, anda harus berupaya keras untuk mencapai tingkat musyaahada. Tapi anda akan merasakan kehadiran Rasulullah SAW.

Sejak tahun 1967, saya sering berkunjung kesana dengan Mawlana Syaikh Nazim, dan beliau menghabiskan waktu satu hingga 1,5 jam disana, tidak ada penghalang seperti sekarang ini. Anda hanya bisa mencium (gerbang makam) dan segera pergi.

Nah, Mawlana Syaikh Nazim dulu biasa berdiri di hadapan makam Rasulullah SAW sampai 1,5 jam, kemudian pindah ke Abu Bakr as-Siddiq (r.a), berdiri disitu 1,5 jam, dan akhirnya ke Sayyidina Umar (r.a) selama 1,5 jam lagi, kemudian ke Bab Jibril, mahbit al-wahy, anda tahu dimana Sayyidina Jibril biasa datang menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW kemudian kita kembali ke makam Sayyida Fatima az-Zahra. Grandsyaikh Abdullah Faizi ad-Daghestani menceritakan bahwa "para Malaikat telah memindahkan jazad suci Sayyida Fatima ke ujung lahan makam tempat Sayyidina 'Isa akan dimakamkan pada akhir zaman nanti." Itulah sebabnya Awliyaullah melihat Sayyida Fatima disana. Dan Mawlana Syaikh Nazim berdiri disana 45 menit kemudian ke Bab at-Tawbah, dimana dia berdo'a khusus disana (tempat ini sekarang ditutup), lalu akhirnya beliau bersujud.

Di makam Rasulullah SAW, anda harus memanfaatkan kesempatan. Dan apapun yang ada di hati saya waktu itu, saya pergunakan setiap kesempatan. Biasanya banyak askar -penjaga- yang memerintahkan anda agar cepat bergerak pergi. Tetapi biasanya saya tidak langsung berdiri, pertama-tama saya berdiri dulu di depan tembok. Pada malam itu banyak sekali askar penjaga, dan salah satu dari mereka berjenggot merah, dan dialah komandan penjaga. Namun dia tidak mendekati saya dan dia tidak membolehkan anak-buahnya mendekati saya. Ini aneh. Karena biasanya anda tidak bisa berdiri selama satu atau 1,5 jam disana. Mereka akan menghampiri dan menyuruh anda pindah, meskipun baru 5 menit anda disana.

Akhirnya selesailah saya, untuk kemudian mencium sebuah pilar, pilar besar di bagian belakang, yang kalau anda ada disana, orang lain tidak bisa melihat anda. Tiba-tiba datanglah askar-askar penjaga berbadan besar, komandannya menghampiri saya, dalam hati saya berkata "Habislah aku sekarang"." Komandan askar tadi berkata pada saya, "Anda ingin mencium Gerbang Makam Rasulullah SAW ya?" Saya jawab "Ya, benar." Lalu komandan askar tadi membawa saya ke Gerbang Surga Suci Rasulullah SAW dan saya pun bisa mencium Gerbang Makam Rasulullah SAW, dan tiba-tiba saya merasa semua askar penjaga tidak ada, tidak ada yang saya lihat kecuali Gerbang Makam Rasulullah SAW. Kemudian saya menciumi Gerbang Makam itu, lalu saya pun berdiri dan segala sesuatunya kembali normal, komandan askar tadi datang lagi dan berkata, "Sampaikan salam saya kepada Syaikh Nazim". Itulah dimana Anda (Syaikh Jamaluddin) melihat saya. Saya pergi. Askar tadi tidak pernah tahu Syaikh Nazim dan Syaikh Nazim tidak pernah menyebut namanya, dan dia pun tidak pernah menyebut Syaikh Nazim. Bagaimana ini terjadi?

Dari Makam Rasulullah SAW, saya pergi mengunjungi sebuah sekolah yang disebut Madrasah as-Sunnah, sebuah sekolah as-Sunnah yang dulu selama beberapa tahun Syaikh Nazim dan Grandsyaikh Abdullah biasa berkunjung kesana untuk melakukan suluk. Kemudian saya mendengar suara kaki berlari di belakang saya. Saya bergumam, "Wah, mereka datang lagi", lalu saya membalikkan badan ketika seorang askar penjaga menghampiri saya sambil membawa Mushaf Qur'an yang dihiasai cantik sekali. Dan dia memberikan Qur'an itu pada saya dan berkata, "Oh Hisyam." (saya tidak pernah mengenalkan nama saya). Dia berkata, "Ini hadiah dari ayahku untuk Syaikh Nazim. Ayahku adalah komandan askar di Makam Rasulullah SAW. Lalu saya berterima kasih padanya dan tidak bertanya apa-apa lagi. Karena itu adalah tark al-adab, bukanlah adab yang baik untuk selalu bertanya. Dalam Tariqah anda tidak perlu bertanya apa-apa. Anda harus mendengar. "asma'uu wa awuu", dengar dan laksanakan apa yang
anda dengar.".

Kalau anda paham hal ini anda akan sempurna, anda telah mencapai tujuan tertinggi.

Akhirnya saya tinggalkan tempat itu, tapi saya begitu terkesan dengan peristiwa tersebut, anda tidak mampu memahaminya. Tentu saja saya sekarang memahaminya. Sebelum ini seolah hilang dari ingatan.

(Tapi pertanyaannya adalah): apakah akal itu berada di otak atau di dalam hati? Syaikh Abdul Haqq?! Mereka menanyakan hal ini pada para muridnya dan muridnya ada yang menjawab "Akal itu di otak". Dan ada yang menjawab, "Tidak, akal itu di dalam hati." Mana yang lebih besar, akal yang ada di dalam hati atau akal yang ada di dalam otak? Akal yang berada di dalam hati yang lebih besar. Buktinya? Allah SWT mengkaruniai kita dengan akal yang ada di kepala kita, tapi dengan akal yang ada di kepala ini apakah anda bisa memahami alam semesta ini?

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ
خَاسِأً وَهُوَ حَسِيرٌ

Tsumma irji`il-basara karratayni yanqallib ilayk al-basar khasiyan wa huwa hasiir. Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi dan sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan pandanganmu dalam keadaan letih. [Al-Mulk (67):4]

Tataplah sekali sebuah bintang, bahkan tataplah dua kali. Apa yang difirmankan oleh Allah SWT? Yanqalib ilayk al basaru khasiyan wa huwa haseer. Pandangan kalian akan melemah dan kalah. Kekuatan pandangan mata kalian dikalahkan oleh sebuah bintang saja. Jadi apalagi terhadap 80 milyar bintang di galaksi kita? Jadi apalah yang kita tahu ini? Kita tidak tahu apa-apa. Jadi, dengan akal yang ada di kepala kita ini kita tidak tahu apa-apa.

Akan tetapi, dengan akal yang ada di kalbu kita, kita mengetahui segalanya. Apa yang dikatakan Allah SWT kepada Rasullullah SAW dan apa yang dikatakan Rasulullah SAW dalam hadis suci kepada kita?

يقول الله : ما وسعني أرضي ولا سمائي ولكن وسعني قلب عبدي المؤمن

Itulah sebabnya Allah Yang Maha Tinggi berfirman, "Tidaklah surga apalagi bumi dapat menampung-Ku, tapi hati hamba-Ku yang beriman dapat menampung-Ku." Artinya: "hati orang yang beriman mengandung cahaya-Ku, sifat-sifat-Ku, dan pemahaman akan alam semesta." Meskipun tidak mungkin memahami esensi Allah itu sendiri.

Anda kira Awliyaullah tidak mempunyai kekuatan untuk menembus alam semesta ini Mereka punya kekuatan itu atau tidak? [hadirin: "Ya, mereka punya"]. Buktinya? Rasulullah SAW telah berperjalanan melampaui alam semesta ini, bukan? Alam jagad raya yang kita tidak sanggup lagi melihat satu bintang sekalipun. Nah, Rasulullah SAW melintasi seluruh 80 milyar bintang dalam galaksi kita, kemudian beliau SAW melintasi 60 milyar galaksi yang lain bahkan lebih dari itu. Melampaui alam semesta ini. Beliau mencapai Qaaba qawsayni ..so adna apa artinya? Mencapai kedekatan dengan Allah SWT hingga 1 cm atau mungkin 1 mm.

Nah, Allah SWT mengatakannya kepada Rasulullah SAW, tapi khusunya kepada para Waliullah. Qul ya Muhammad (SAW) in kuntum tuhiboon Allah fatabi`oonee yuhbibkumullah. Inilah pemahaman khusus bagi para Wali Allah.

Apakah Awliyaullah mengikuti Rasulullah SAW atau tidak? Kita mungkin bersusah payah mengikuti Rasulullah SAW, tapi para Awliyaullah tidak perlu bersusah payah. Allah SWT mengkaruniakan fleksibilitas pada para Awliya, karena mereka menyerahkan seluruh hidupnya bagi Rasulullah SAW. Itulah spiritualitas. Spiritualitas artinya mengikuti Rasulullah SAW di setiap langkah beliau. Artinya, jika Rasulullah SAW pergi Mi'raj, para Wali pun pun tentunya harus pergi Mi'raj. Jika tidak, mereka bukan Wali. Seorang wali harus mengikuti setiap jejak langkah Rasulullah SAW. Apakah seorang Wali mencintai Allah atau tidak? Ya, tentu saja, itulah syaratnya menjadi wali. Kemanapun Rasulullah SAW pergi, para wali harus mengikuti. Itulah sebabnya para Wali mampu membimbing. Mereka mengikuti dan belajar, kemudian mengajarkannya.

Ingatlah apa yang pernah dikatakan Sayyidina Abdul Qadir Jailani. Dalam kitab Fath ar-Rabbani. Saya baru saja membacanya hari ini, dan saya harus menyampaikannya, semoga saya masih ingat.

Syaikh Abdul Qadir Jailani berkata, "Ya, Ghulam!" Beliau memanggil murid-muridnya yang merupakan ulama besar, sambil duduk berhadapan dengan mereka. Para murid duduk bertatap muka dengan beliau, sedangkan beliau seorang Ghawth. Beliau berkata, "Ya, Ghulam" "Kalian semua masih kanak-kanak. Kalian ini belumlah dewasa." Inilah bahayanya, jika kita belum dewasa, bagaimana kita bisa patuh? Bagaimana kita bisa bertanggung jawab? Apakah anda akan bertanggung Abdul Haqq, ya atau tidak? (MSH bertanya pada Syaikh Abdul Haqq). Saya sedang bertanya kepada anda. Anda harus paham ketika Syaikh Abdul Qadir mengatakan "Ya, Ghulam" pada muridnya. Ada rahasianya disana.

Karena beliau seorang Wali Ghawth. Saya tidak pernah mengatakan ini sebelumnya, karena kita membahas kitab kitab Fath ar-Rabbani ini di bulan Ramadhan lalu setiap pagi. Tetapi saya tidak menjeleskannya dengan cara ini. Namun para Waliullah berkata pada saya, berikan pada mereka sekarang.

Kalau anda belum dewasa, apakah anda bisa dituntut tanggung jawab? Tentu tidak. Maka artinya kalian tidak bertanggung jawab. Anda tentu saja masih bertanggung jawab. Tentu saja beliau (MSH menunjuk pada seseorang) bertanggung jawab. Awliyaullah bertanggung jawab. Kalau anda berbay'at pada pembimbing anda, maka pembimbing anda bertanggung jawab membimbing anda. Beliau bertanggung jawab kalau sampai tidak membimbing anda.

Fii kitab al-`ilmi wa hifdhihi bi ghayri `amal. Anda membuang-buang waktu menulis ilmu pengetahuan dan menghafalkannya tanpa mengamalkannya. Itulah sebabnya berbahaya. Begitu banyak ulama sekarang ini melakukan hal itu dalam hidupnya. Merekalah para ulama bergelar doktor, membuat presentasi-presentasi ilmiah, tapi mereka tidak pernah mengamalkan apa yang mereka pelajari.

Apa yang dikatakan ulama-ulama itu? Katanya, "Aysh yanfak. Ini bukan bahasa Arab literatur, aysh disini bahasa sleng. Para ulama itu membuat presentasi-presentasi yang seolah-olah penting. Aysh yanfak tadi artinya "Hai bodoh!, apa manfaat itu semua buat kami jika kamu sendiri tidak mengamalkannya?!" Dasar keledai. Spiritualitas itu amal sholeh. Bahkan jika anda melakukan satu amal soleh dalam sehari itu lebih baik dibandingkan menghafalkan ribuan ayat. Apa manfaatnya menghafal tapi tidak mengamalkan?

Dan tadi beliau (MSH merujuk pada seseorang) mengutip sebuah hadis Rasulullah SAW yang saya senang menyebutkannya yaquul Allah azza wa jall bi 'l-anbiya wa 'l-`ulama, Allah SWT pada hari kiamat nanti berkata pada para Nabi dan para Ulama, yang artinya orang-orang sholeh, "Wahai kalian, jika kalian pikir kalian itu .. antum kuntum ru'atu al-khalqii fa ma sana`tum fii ruya'tum .. diberikan wewenang sebagai penggembala umat dan bangsa, apa yang kalian lakukan terhadap domba-domba kalian? Apa saja yang kalian tunjukkan dan ajarkan pada mereka? Anda semua (para Nabi dan Ulama) harus bertanggung jawab.

Itulah sebabnya semua Nabi dan Rasul pada Hari Kiamat nanti, kemana mereka berlari? Mereka berlari kepada Sayyidina Muhammad SAW, mereka khawatir jawaban apa yang harus diberikan pada Allah SWT. Nah bayangkan kalau para Nabi saja berlari ke Rasulullah SAW, dimanakan para ulama pada hari itu? Masih adakah yang bisa mengaku dirinya ulama? Bahkan para Nabi saja gemetar ketakutan. Pada hari itu, dimanakan para ulama yang duduk di kursi-kursi dunia dan mengeluarkan fatwa-fatwa dengan bangganya seolah-olah mereka ini burung-burung merak yang besar? Para ulama itu harus berlari ke Rasulullah, Muhammad SAW - bukannya langsung ke Allah SWT. Kalau mereka tidak menerima ini, silakan langsung masuk neraka.

Nah, anda melihat begitu banyak Raja sekarang ini, duduk di kursinya seperti ayam jantan dihadapan betina-betinaya. Kita berpikir diri kita ini raja-raja. Coba tanya apakah anda bisa menemukan 2 orang dengan pola pemahaman yang sama. Anda tidak bisa menemukannya. Karena semua orang masing-masing punya pendapat sendiri. Maka Rasulullah SAW berkata, "Kalau anda bertiga, tunjuklah seorang Amir dari kalian." Bahkan jika itu kita lakukan sekarang merekapun akan bertengkar satu jam tentang siapa yang harus jadi Amir.

Itu semua bukan spiritualitas. Spiritualitas artinya berserah diri. Taslimiyya.

Allah berkata pada mereka antum kuntum khazaan kunuzikum kalian semua adalah pemegang amanat atau penampung dari harta kekayaanKU. Karena semua harta kekayaan ada di tangan para raja. Hal wasaltum al-fuqara. Apakah anda berhubungan baik dengan kaum fakir miskin? Sayyidina Umar (r.a) ketika beliau menjadi khalifah, apa yang beliau lakukan? Beliau menangis. Istrinya bertanya, "kenapa engkau menangis? Engkau sekarang kalifah." Sayyidina Umar (r.a)menjawab, "Sekarang saya harus menangis. Sebelum ini aku tidak dikenakan tanggung jawab. Tapi sekarang jika ada orang yang lapar di tengah hutan, akulah yang bertanggung jawab." Sayyidina Umar terbiasa menggendong karung-karung makanan di punggungnya dan membagikannya ke fakir miskin.

Kalian boleh menyebut diri kalian raja atau ratu dan kalian memiliki harta kekayaan dunia ini. Orang-orang kaya itu menaikkan harga minyak dan menghisap darah masyarakat. Hari ini minyak sudah turun jadi $60 dari $160. Siapa yang menaikkannya dan siapa juga yang menurunkannya? agar mereka bisa membangun negara mereka untuk melakuka setiap hal yang haram?! Kenapa waktu itu harus dinaikkan, untuk alasan apa? Tentu saja untuk membangun prostitusi dan pabrik-pabrik minuman keras. Silakan lihat di luar sana. Bagaimana semua itu terjadi? Mereka menaikkan harga sebagai upaya monopoli. Maka, yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya.

Itulah yang disampaikan pada mereka, dan itulah hadis Rasulullah SAW yang diceritakan oleh Sayyidina Abdul Qadir Jilani dan ditulis dalam Kitab Kanzul Ummaal dan berbagai kitab hadis lainnya. Apakah anda membantu fakir miskin; hal rabbaytum al-aytam, dan apakah anda memelihara anak-anak yatiim? Berapa banyak makanan yang diberikan pada anak-anak yatim dan anda temukan besoknya makanan itu sudah dijual di pasaran. Dimanapun terdapat anak yatim, harus ada makanan yang dikirimkan pada mereka ..

"wa akhrajtahu al-haqq alladhee huw haqq al-fuqara - Apakah anda menyisihkan sebagian dari uang yang ditakdirkan sebagai milik anda sebagai hak Aku untuk diberikan pada fakir miskiin?" Kalian akan dikenakan pertanyaan-pertanyaan ini.

Nah, sekarang dimana posisi kita? Apakah kita ini ghulam atau bukan? Karena kita disebut para Ghulam kita tidak akan dituntut tanggung jawab. Bukan saya yang mengatakan ini, tapi Sayyidina Abdul Qadir Jailani. Beliau akan bertanggung jawab atas diri pengikutnya. Seorang wali sudah cukup untuk membawa setiap orang ke Surga di maq'ad sidqin. Sayyidina Muhammad SAW adalah Rasul Umat ini, maka beliau pasti bersama umatnya, dunia dan akhirat. Maka berbahagialah. Anda kira Rasulullah SAW akan sendirian di surga nanti. Tentu saja umatnya akan menyertai beliau.

Bergembiralah. Tersenyumlah. Itulah maqam at-tashriif. Mari kita kembali kepada yang kita ceritakan sebelumnya.

Ketika Rasulullah SAW melaksanakan Mi'raj, beliau bertemu Nabi Musa (a.s), dan selalu saja Sayyidina Musa (a.s) punya pertanyaan-pertanyaan. Beliau senang bertanya.

Musa (a.s) berkata, "Ya Rabbii, arinee anthur ilayk. Allahu Akbar!" Pertanyaan yang mudah. Namun Rasulullah SAW tidak pernah mengajukan pertanyaan. Beliau SAW selalu sami'na wa atha'na. Dengarkan dan patuhi. Beliau SAW mendengarkan Sayyidina Jibril. Tidak pernah beliau bertanya.

Kecuali hanya satu kali. Ketika beliau SAW meninggalkan langit yang ketujuh, beliau bertanya pada Sayyidina Jibril, "Apakah engkau ikut denganku?" Beliau SAW meminta Sayyidina Jibril menyertainya sebagai teman. Sayyidina Jibril menjawab, "Tidak, aku tidak bisa ikut. Aku akan terbakar habis jika mencobanya." Jadi hanya Rasulullah SAW yang bisa mencapai maqam tersebut.

Rasulullah SAW menghadap Hadhirat Ilahi sendirian. Beliau ada di maqam at-tawhid. Sekarang ini, hanya itu-itu saja yang mereka ucapkan tentang tawhid, mereka bertawhid sedangkan yang lainnya kafir. Tawhid al-uluhiyyah, tawhid ar-rububbiyyah dan tawhid apa lagi saya lupa. Seolah-olah hanya merekalah muwahid itu. Apakah Rasulullah SAW akan menghadap Allah SWT hanya bersama "sebuah kelompok kecil" yang muncul baru-baru ini? Bagaimana dengan umat Muslim yang hidup terdahulu, apakah mereka tidak bertawhid? apakah mereka tidak bisa masuk Surga?

Ya akhii. Bahkan dia berata, "Ya akhii" namun beliau berkata, "Ya Sayyidi, Ya Rasulullah! Tentu saja beliau mengatakan itu. Rasulullah SAW berkata "Ana sayyidi waladi adam wa la fakhr - Akulah Pemimpin anak-anak Adam, dan aku mengatakannya tanpa sikap bangga."

Maka kemudian Sayyidina Musa (a.s) berkata, "Bolehkah saya bertanya karena ada hal yang sangat mengganggu di benakku?"

Anda berkata, "al-`ulama waarithatu'l-`ulama." dengan segala hormat kepada para Ulama, tentu bukan para ulama baru, tapi ulama-ulama sesungguhnya seperti Sayyidina Abdul Qadir Jilani. Awliyaullah.

Anda berkata, "Mereka adalah penerus dari para Nabi SAW" apakah ilmu mereka bisa seperti ilmu kita? Para pewaris tidaklah seperti para Nabi tetapi mereka mempunyai pengetahuan seperti para Nabi. Bisakah engkau memberikan jawaban, "Ya Rasulullah, bagaimana orang-orang ini bisa menjadi pewaris dari para Nabi?"

Rasulullah memanggil salah seorang Waliullah, dan dia menghadap ke hadhirat Rasulullah SAW. Beliau SAW memanggil melalui jiwanya, melalui arwahnya, karena Allah SWT berfirman, "alastu bi rabbikum qaaloo bala." Maka Rasulullah SAW mampu mendatangkan setiap ruh yang beliau inginkan baik dari masa lalu, maupun masa depan. Allah SWT mengkaruniakan kekuatan itu pada Rasulullah SAW. Beliau membawa seorang dari mereka yang berasal dari masa depan, setelah masa Rasulullah SAW. Dan beliau berkata, "Nah inilah dia."

Musa (a.s) bertanya, "Siapa namamu?" Wali itu menjawab, "Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Hamid al-Ghazali. Tujuh kali. Kalau dia mampu mengatakannya 100 kali dia akan melakukannya. Namun al-Ghazali malu dihadapan Rasulullah SAW dan berkata, "Tujuh kali sudah cukup." Musa (a.s) berkata, "Apa-apaan ini? Aku kira anda adalah penerus Rasulullah SAW. Mengapa kamu mengatakan ""Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Hamid al-Ghazali?".

al-Ghazali menjawab, "Kalaupun aku menyebut kata "Muhammad (SAW)" sampai Hari Kiamat nanti, tidak akan bisa berhenti. Mengapa? Karena semakin banyak engkau mengucapkan nama Rasululullah SAW, Allah SWT akan memerintahkan para malaikat agar menyebutkan namanya di HadhiratNya. Itulah mengapa lidahmu harus selalu sibuk bersalawat atas Rasulullah SAW.

Kemudian al-Ghazali berkata lagi, "Ya Musa (a.s), mengapa engkau keberatan ketika aku mengatakan "Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Hamid al-Ghazali, sedangkan engkau tidak keberatan atas dirimu sendiri?" Mengapa, karena ketika Allah SWT bertanya padamu apa yang ada ditanganmu, engkau menjawab,

قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي
وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى

"... engkau memberikan semua klasifikasi dari gua-gua yang akan engkau gunakan dalam hidupmu. Mengapa? Karena itulah tempat yang terhormat, Maqam at-tasyrif."

Ia berkata lagi, "Itulah tempat yang terhormat bagi saya bersama Rasulullah SAW" Itulah perbedaannya antara sorang ulama dengan seorang wali. Bagaimana caranya meniru Rasulullah SAW? Dia gembira dengan mengatakan Muhammad bin Muhammad .. Dia bisa mengatakan Muhammad Rasulullah, dan saya bisa mengatakan Muhammad Sayyid ar-Rasul. Saya bisa juga mengatakan ...

Jadi yang penting adalah praktek amalnya.

Saya juga ingin menambahkan pada apa yang dikatakan Mawlana Abdus Sattar dari hadis Umar (r.a), bahwa setelah beliau menyebutkan maqam al-ihsan dan Sayyidina Jibril berkata, "Sadaqta" kemudian Sayyidina Jibrik menanyakan beberapa pertanyaan lagi. Dan Jibril bertanya pada Rasulullah SAW, "mata` as-sa`at ya Rasulullah - kapankah datangnya hari kiamat itu, ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya" Itulah kerendahan hati. Beliau tidak mau menonjolkan dirinya. Namun kemudian beliau memberikan tanda-tanda kiamat, "An tara al-hufaat al-araat yatataawaluuna fil-bunyan - ummat akan menyaksikan kaum Baduy yang bertelenjang kaki akan berlomba membangun gedung-gedung tinggi hingga satu kilometer lebih. Itulah bangunan yang nantinya tertinggi. Ya, mereka membangun gedung-gedun tinggi di padang pasir dan kita lihat mereka sekarang masih memakai sandal, merekalah orang-orang Baduy. Bahkan ketika mereka mengunjungi presiden-presiden Eropa, mereka memakai sandal.

Nah, hadis ini tidak bermaksud menghinakan siapapun, tapi itulah hadis Rasulullah SAW. Orang-orang Baduy itu diciptakan berlaku demikian.

"Ketika anda melihat orang-orang Baduy yang biasanya bertelanjang kaki berlomba membangun gedung-gedung tinggi." Kita sekarang menyaksikan hal itu tidak? Lalu apa yang kita harapkan terjadi? Wahai Muslim, waktunya sudah habis!

Allah SWT mengguncangkan bumi tiga minggu yang lalu. Kalian menyaksikan gempa bumi itu? Allah SWT dapat membuat bumi ini berguncang setiap saat Dia kehendaki - dalam bentuk anjloknya bursa saham. Allah SWT membuatnya dalam satu menit, dan mengguncangkan seluruh dunia. Hari Pembalasan akan segera datang. Maka jangan sampai kita tertipu kehidupan dunia ini.

Sayyidina Abdul Qadir Jilani mengatakan dalam kitab Fath ar-Rabbani di halaman yang lain, Anna an nabi qaala yunaadhii munadii yawm al-qiyama ayn adh-dhalamah - pada Hari Kiamat nanti akan ada Malaikat yang memanggil-manggil,"Dimanakah orang-orang yang zalim? Mari datang kesini!"

Kita takut menjadi orang yang zalim pada dirikita sendiri. Coba tanya, kita ini orang zalim bukan? Kita tidak tahu. Bahkan seseorang yang tidak tahu bahwa dirinya orang zalim, dia akan ketakutan. Kalau kita mengaku bukan orang zalim kepada dirikita sendiri berarti kita tidak pernah berbuat dosa. Baru dikatakan dia bukanlah orang zalim. Apakah kita berbuat dosa? Ya, katakan, "Ya", dan mintalah ampun, "Ya Allah ampunilah kami, nastaghfiruka wa natooboo ilayk." Itu lebih baik daripada menjawab, "Bukan".

Rasulullah SAW berkata, "akhwafa ma akhaafu `alam ummatii ash-shirk al-khafii - Yang paling aku takutkan dari ummatku adalah syirik yang tersembunyi."

Apakah kita melakukan syirik tersembunyi atau tidak? Apapun yang terkait dengan diri anda adalah syirik tersembuyi.

Kita kembali ke hadis yang diceritakan oleh Sayyidina Abdul Qadir al-Jilani, bunyinya: "ayna awwaan adh-dhalama - Dimanakan para penolong orang-orang yang zalim ini? Lalu ada suara yang menjawab: Ayna man yara lahu min qalaman - dan dimanakan mereka yang terlihat bersama pena? Orang-orang zalim (opresor) itu menggunakan pena untuk menghakimi orang lain dan mengirimkannya ke penjara meskipun mereka tidaklah bersalah. Dhalam, opresor, atau orang-orang zalim, adalah mereka yang meraup keuntungan dari penderitaan orang lain, sekalipun jika harus membunuh, mereka tidak peduli. Itulah yang kita sebut mafia.

Lihatlah sekarang mafia ada dimana-mana. Ada mafia di berbagai sendi kehidupan. Sekarang kalau anda tidak membayar tiket tilang mobil anda, apa yang terjadi? Yang berwenang akan memenjarakan anda. Mereka akan menjatuhkan sangsi dan menyimpan poin-poin pelanggaran pada surat mengemudi (SIM) anda. Itulah sebabnya orang berusaha tidak ditilang. Nah untuk tiket tilang yang harganya $60 atau $100 saja kalian takut masuk penjara. Tapi orang-orang (zalim) tadi, para CEO yang mengeruk milyaran dolar dari masyarakat tidak ada yang beranai mengatakan, "Aku akan penjarakan dia." Ini zalim atau tidak? Mereka opresor atau bukan? Orang-orang ini yang meraup keuntungan dari bursa saham akan ditanyai di Hari Kiamat, mereka menyedot kekayaan fakir miskin, dan mereka membuat orang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Malaikat tadi memanggil, "Dimanakan para penolong orang-orang zalim ini? Dimanakah antek-anteknya? Mereka adalah para komisaris. Para malaikat tahu, para komisaris perusahaan itu menipu masyarakat. Mereka berkata pada anda, "Harga saham turun, sekarang belilah emas" maka merekapun menjual emasnya pada anda. Mereka datang lagi kepada anda ketika harga emas jatuh, dan berkata, "Cepat jual emasnya." Mereka datang kepada anda, mereka mengambil keuntungan besar. "Dimanakah mereka ini?" kata malaikat (di hari kiamat nanti).

Apakah anda bisa menemukan seseorang di keramaian hari kiamat nanti yang punya sebotol tinta? Pernahkan anda melihat sebotol tinta? Datanglah untuk menjadi saksi atas mereka.

Ajma`uuhum waj`alhum fii taabuut min an-nar - Kumpulkan semua dan masukan bersama dalam peti mati api. Akhrajahu adh-Dhahabi and ibh Hajr. Dan ini dikisahkan Sayyidina Abdul Qadir al-Jilani.

Itulah yang disampaikan Sayyidina Abdul Qadir Jilani mengenai arti umum dari dhalama. Apakah kita dhalama atau bukan? Telitilah hati kita dengan introspeksi. Kita akan temukan diri kita zalim dalam berbagai hal. Jadi apa yang dikatakan Allah SWT dalam Kita Suci Al Qur'an? Dan para dhalama harus melakukannya. Bukan bagi mereka yang mengkorup uang dari masyarakat. Bukan, kita sendiri introspeksi dan menagatakan "kami ini orang-orang zalim" maka Allah akan memberikan jalan bagi para dhalama untuk memperbaiki diri.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ
أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ
وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا

Wa maa arsalnaa min rasulin illa liyuta`a biithni Allahi wa law annahum idh dhalamuu anfusahum jauuka faistaghfarullaha wa'staghfara lahumu ar-rasuulu la-wajadullaha tawwaaban rahiiman

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. [An-Nissaa (4):64]

Jika anda merasa telah menganiyaya, menzalimi diri anda sendiri, datanglah ke hadirat Rasulullah SAW. Dan katakanlah, "Ya sayyidi, ya Rasulullah." Di hadirat mu ya Rasulullah, engkau akan emintakan ampun atas nama kami. Alalh SWT berkata "Mereka datang ke hadiratmu ya Muhammad SAW, dan engkau akan memintakan ampun atas nama mereka, maka Aku pun akan mengampuninya." Nah, itulah obat kita. Kita mengucapkan do'a "istaghfirullah `inda hadarati 'l-Mustafa wa bi jahi Nabiyyika al-Mustafa."



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Arsip Blog