Rabu, 03 Juni 2009

Perdamaian Dunia hanya dapat Terwujud dari Kedamaian Bathin Manusia sendiri

Perdamaian Dunia hanya dapat Terwujud dari Kedamaian Bathin Manusia sendiri
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani (qs)
Rabu 19 Nopember 2008
Kolombo, Sri Lanka
Diambil dari www.SufiLive.com

Hadirin sekalian. Saya diminta berbicara tentang "Islam dan Perdamaian". Saya berpendapat, Islam itu tidak berbeda dengan Perdamaian, ataupun Perdamaian berbeda dengan Islam. Jadi, perdamaian adalah bagian dari Islam. Dan merupakan salah satu prinsip Islam.

Allah SWT berfirman dalam al Qur'an:
"Yaa ayyuhannaas - wahai umat manusia. Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami ciptakan kalian dari berbagai bangsa dan suku agar kalian saling mengenal. Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang paling bertaqwa."

Nah, Allah SWT memberitahu hambaNya melalui RasulNya, Penutup Nabi dan Rasul, Sayyidina Muhammad SAW, "Wahai umat manusia Aku tidak membeda-bedakan, "Yaa ayyuhan-naas!" Allah SWT tidak berkata, "Wahai kaum Muslimin!" Dia berkata, "Wahai umat manusia!" Itu artinya Allah SWT menyeru kepada setiap hambaNya tanpa membeda-bedakan: "Wahai kaum Muslimin, Aku bicara pada kalian .., wahai yang bukan-Muslimin, Aku bicara pada kalian ..., wahai kaum sekuler, Aku bicara pada kalian..., wahai umat Budha, Aku bicara pada kalian ..". Tidaklah demikian.

Allah SWT tidak membeda-bedakan siapapun, namun Dia berkata (yang maksudnya), "Aku telah ciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Aku ciptakan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tapi Aku tidak ingin kalian hidup dalam komunitas yang
kecil."

Setiap bangsa terdiri dari ratusan suku. Tidak ada yang Allah SWT sukai, kecuali persatuan agar manusia hidup bersama baik Muslim dan non-Muslim. (Tetapi) manusia membuat kesalahan besar. Mereka ingin menjadi hakim bagi umat manusia. (Padahal) Allah-lah Yang Maha Hakim. Allah Yang Maha Pencipta adalah Yang Maha Hakim. Kita, manusia bukanlah hakim. Janganlah menghakimi orang lain. Kita ini umat manusia. Hakimilah diri kalian dulu. Apakah kalian bahagia dengan diri kalian sendiri? Suruhlah manusia bertanya pada diri sendiri, apakah mereka bahagia
dengan diri mereka?

Tunjukkan kepada saya satu orang pun yang tidak punya masalah. Itu artinya orang tidak bahagia dengan dirinya sendiri. Jadi, bagaimana dia bisa bahagia dengan masyarakatnya?. Allah SWT berfirman jika kalian ingin bahagia dengan diri kalian, maka saling mengenallah (belajarlah) satu sama lain. Jangan melewati batas. Ketahuilah batas kemampuan kalian. Kalian hanyalah makhluk kecil mungil di planet bumi ini. Dibandingkan bumi, kalian bagaikan gajah dengan semut. Mana yang lebih besar, gajah atau semut? [hadirin: "gajah .."]. Salah, mereka berkata semutlah yang lebih besar. Karena semut memandang dirinya besar, tetapi (tidak menyadari) bahwa gajah dapat melumatkan semut dalam sekejap.
Nah, mana yang lebih besar, Allah SWT atau kita? Kita lebih besar atau Allah SWT yang lebih besar? Tentulah Allah Maha Besar. Pada setiap saat, Allah dapat melenyapkan kalian, membuat kalian menghilang dari dunia ini. Sangatlah mudah bagi Allah SWT, Dia tinggal mengambil nyawa
kalian.

Maka, apa yang bisa kalian sombongkan? Kalian kira diri kalian apa? Kalian menciptakan masalah-masalah, kalian menentang pemerintah. Kalian menjadi teroris dan melakukan hal-hal yang buruk, dan sebagai justifikasi kalian mengklaim melakukannya atas nama agama. Kalian mengambil dari agama namanya saja, tapi meninggalkan intisari ajarannya.

Allah SWT berfirman, "Aku menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dari berbagai bangsa dan suku agar kalian saling mengenal." Agar saling mengenal saudara yang berasal dari budaya yang berbeda; mengambil apa yang baik bagimu dan meninggalkan apa yang tidak baik. Kalian mengklaim, "Aku lebih baik dari orang lain." Ego kalian lah yang mendorong kalian berkata, "Aku lebih baik dari orang lain!"

Allah SWT tidak suka kezaliman. Itulah mengapa Allah SWT menyebut Dirinya ar-Rahman ar-Rahim. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah SWT tidak menyebut Dirinya Adh-Dhaalim. Kalian tahu apa artinya adh-Dhaalim? (yaitu) opresor (penindas, atau yang berbuat zalim). Allah SWT tidak menyebut Dirinya Penindas (Yang Zalim). Allah SWT menyebut Dirinya Yang Maha Penyayang, Yang Maha Mengampuni - bukan Yang Maha Menghukum.

Allah SWT berfirman: "Wahai hambaKU, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat-Ku, "datanglah kepada Rahmat-KU, niscaya Aku ampuni kalian."

Apakah yang dikatakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis shahih? "Jika seorang manusia, seorang hamba Allah, mendekati Allah sepanjang tangan ini, maka Allah mendekatinya satu depa, apabila hambaNya mendekatiNya berjalan, maka Allah mendekatinya berlari."

Jadi, kewajiban kita adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT pada setiap saat dalam hidup kita. Maka, jangan senang bertengkar, karena Allah SWT tidak menyukai perang dan tidak menyukai pertengkaran.

Allah SWT mencintai perdamaian. Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an: "wa in janahuu lis-silmi fajnah laha." Artinya, kalau (musuh kalian) mengajak berdamai, maka berdamailah bersama mereka. Allah SWT tidak berkata, "Pergi dan perangilah mereka." Kalau mereka mengajak berdamai maka kalian pun harus mau berdamai.

Semua orang sekarang ini ingin melihat perdamaian. Semua orang berkata, "Aku suka perdamaian." OK, kalian suka perdamaian dan ingin ada perdamain di dunia, makanya anda sendiri harus damai. Ubahlah perilaku kalian. Pertama-tama damailah dulu dengan diri kalian
sendiri.

Apa tandanya seseorang memiliki perdamaian (ketenangan bathin)? (Apa artinya) sekali-kali boleh marah? Orang kadang-kadang marah. Kalau marah, itu tandanya kalian tidak damai (tidak tenang). (Namun) jika kalian benar-benar membenamkan diri kalian dalam Keesaan dari Kemahacantikkan Allah dan Keesaan-Nya dan Samudra KedamaianNya, dan Samudra dari Ghaybun Mutlaq - Samudra Yang Tidak Diketahui, berserah diri pada Dia Yang Esa Yang tidak dapat diketahui dan Dia tidak dapat diketahui kecuali melalui tanda-tanda-Nya. Barulah kalian dapat memperbaiki diri kalian.

Sekarang ini orang-orang dan ulama-ulama di seluruh dunia mengklaim dirinya "Kami adalah para ulama! Kami belajar syari'ah. Kami belajar hukum Islam. Kami belajar agama modern." Apapun yang ingin kalian pelajari, pelajarilah. Tapi pertama-tama terapkanlah dulu pada diri sendiri dan keluargamu. Apa yang dilakukan para ulama? Mereka memberikan ceramah-ceramah pada masyarakat, tapi mereka tidak mengamalkannya pada diri mereka sendiri. Mereka kira mereka tidak termasuk didalamnya. Salah. Kalian harus mengamalkannya dulu pada diri kalian. Jika kalian tidak mengamalkannya dulu pada diri sendiri, agar menjadi tauladan, maka dakwah mengajak orang lain mengikuti kalian, tidak akan efisien.

Tentu saja ada sedikit orang disana sini yang sudah mengamalkannya pada diri sendiri. Oleh sebab itulah mereka mampu menjadi magnet, menarik orang lain untuk mengikuti mereka.

Jadi pesan yang ingin disampaikan disini adalah: kita tidak datang kesini untuk mengajar. Kita bukanlah guru, tapi kita adalah para pendengar. Guru yang baik adalah guru yang pandai mendengarkan. Seorang guru haruslah menjadi pengamat yang baik. Dia mengamati, melihat dan mendengarkan. Seperti ilmuwan. Ilmuwan selalu mengamati kalau ia menerapkan suatu formula untuk diuji, dan selalu mengamatinya. Sekarang di perusahaan-perusahaan farmasi mereka menggunakan hewan sebagai sarana pengujian obat, kemudian mereka mengamatinya untuk menentukan apakah suatu produk farmasi dapat diterapkan kepada manusia.

Jadi, mengamati adalah perilaku yang baik dari seorang guru, begitu juga mendengarkan. Seorang guru tidak sepatutnya membanggakan dirinya seperti burung merak dan berkata, "Akulah seorang guru!".

Rasulullah SAW sangatlah rendah hati. Karena kerendahan-hati beliau itulah AllahSWT mengundang beliau SAW melakukan Isra Mi'raj, menaikkan beliau SAW ke hadhiratNya, karena kerendahan hati Rasulullah SAW. Kalau kalian mengajak orang lain dengan kerendahan hati, orang akan mengikuti anda, tapi kalau kalian mengajaknya dengan merasa diri unggul dibanding yang lain, tidak akan ada yang mau mendengar anda.

Salah satu Imam Besar Islam, Imam Malik, yang hidup 90 tahun setelah masa Rasulullah SAW, pernah berkata, "Di Madinah al-Munawwarah aku punya 900 guru." Imam Malik berasal dari al-Maghrib (Marokko), dan di kawasan Maghrib sekarang penduduknya mengikuti mazhab Maliki. Beliau ebrkata, "Aku punya 600 guru yang mengajarkanku Syari'ah dan 300 guru yang mengajarkanku agar menjadi hamba Allah yang tulus dan bertaqwa."

Jadi, maksudnya disini adalah begitu pentingnya kita memiliki akhlak yang mulia dan moral yang terpuji. Kelemahan kita adalah: pada cara kita menghadapi orang lain atau masyarakat di sekitar kita. Anak-anak minggat meninggalkan orang tuanya, orang tua (suami-istri) pun demikian, bertengkar satu sama lain, dan segala sesuatunya kacau sekarang ini.

Berarti pesan Islam (yang disampaikan) sekarang ini tidak(belum)lah damai. Tidak seperti yang disebut orang banyak, "Islam dan Perdamaian." Bukan begitu, perdamaian itu justru inti dari Islam. Termasuk perbuatan dosa dalam Islam jika kalian tidak berlaku damai atau jika kalian tidak ingin berdamai dengan orang lain. Jika disebut "min al-furud", maksudnya hidup damai bersama adalah kewajiban.

Allah SWT berfirman, "Berdebatlah kalian dengan cara yang terbaik dan saling memahami. Bantahlah mereka dengan cara yang baik. Jadilhum bi ladzii hiya ahsan."

Allah SWT tidak akan membebani seseorang melebihi kemampuan hambaNya. (Makanya) jangan memandang diri anda lebih baik dari orang lain. Mengejek orang lain tidaklah mendukung perdamaian, sikap itulah yang menciptakan banyak masalah. Semoga Allah SWT mengampuni kita semua dan semoga Allah SWT memberkahi kita dan menurunkan kedamaian ke dunia ini seperti sebelumnya, dan semoga Allah SWT melenyapkan semua tirani kezaliman, dan memusnahkan semua perilaku teroris, dan membuat kita semua hambaNya seperti yang difirmankanNya dalam al-Qur'an: wa tasimuu bi habiLLah jamiiyyaan, wa laa tufarriquu. Berpeganglah erat-erat pada Tali Allah, dan janganlah bercerai berai." QS. Ali Imran.

Wa min Allah at-taufiq bi-hurmati 'l-Fatiha



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Arsip Blog