Selasa, 02 Juni 2009

3 Tindakan

3 Tindakan
The Teachings of Grandshaykh Abdullah Faiz ad-Daghestani
by Maulana Shaykh Nazim al-Haqqani


"Ada tiga perbuatan," ujar Grandshaykh kami, "yang tidak pernah meninggalkan pelakunya. Meski jika seseorang menjadi tidak beriman dia akan menemukan perbuatan-perbuatan tersebut di akhir hidupnya. Pada saat itu, perbuatan-perbuatan tersebut akan datang menyelamatkannya dari ketidakpercayaan dan membawanya menuju Iman! Dia akan menjadi Islam di akhir hidupnya.

"Yang pertama dari perbuatan-perbuatan tersebut ialah shalawat kepada Rasulullah (saw). "Allahumma shalli ala Muhammadin wa ala ali Muhammadin wa sallim'; Ini memberikan rasa hormat dan cinta kita kepada Rasul (saw) kita. Ini artinya, 'Ya Tuhanku, limpahkanlah Muhammad RahmatMu dan KemuliaanMu dan KehormatanMU, di sini dan sesudahnya.' Sikap ini, walau hanya diucapkan sekali dalam hidup seseorang, akan datang kembali di saat akhir hidupnya untuk menyelamatkannya. Ini merupakan rahmat dari Allah.

"Yang kedua, kita telah diperintahkan dalam Islam untuk berbuat baik selama hidup kita (ma'ruf). Tidak diperbolehkan bagi kita untuk berlaku atau berpikir yang buruk terhadap siapapun. Kita harus berbuat baik kepada siapa saja. Keyakinan kita menyingkirkan kita dari keburukan dan membawa kita menuju kebaikan. Bahkan setelah kematian kita, kita telah diperintahkan untuk berbuat baik! 'Wasiat' merupakan warisan yang diwajibkan kepada kita untuk diberikan demi kebaikan masyarakat pada umumnya. Sepertiga dari kekayaan kita harus diberikan bagi mereka yang memerlukan, dan dua pertiga sisanya boleh diberikan kepada ahli waris kita. Warisan tersebut boleh dimanfaatkan untuk membangun sekolah, contohnya, atau rumah sakit, atau memberikan makan orang miskin. Hal ini telah diperintahkan kepada kita. Namun demikian, bagaimanapun bermanfaatnya wasiat tersebut, bahkan lebih baik lagi di mata Allah jika kamu memberikan semasa hidupmu. Hal ini, pada kenyataannya, lebih baik memberikan satu dolar dengan tanganmu sendiri, semasa hidupmu, daripada memberikan tujuh puluh dolar dalam warisanmu, setelah kematianmu. Perbuatan ini, agar berbuat baik sepanjang hidupmu, dan memberikan kepada mereka yang memerlukan, tidak akan meninggalkan seseorang di akhir hidupnya, namun akan kembali untuk menyelamatkannya. Ini merupakan tanda bahwa kamu percaya pada Hari Akhir, pada hari Kiamat dan hari Kebangkitan.

"Jika seseorang menyakitimu, maafkanlah dia!' Inilah perbuatan ketiga yang akan datang menyelamatkan seseorang pada saat-saat akhir hidupnya. Perbuatan memaafkan tidak bisa hilang dari seseorang; ini merupakan sifat dari para nabi. Jika seseorang memiliki sifat memaafkan orang lain, Allah yang Maha Kuasa akan mengampuni dosa-dosa besarnya. Dia tidak akan mengizinkan para malaikat untuk menuliskan dosa apapun terhadapnya! Orang dengan sifat memaafkan amat sangat sedikit - bahkan tidak di satu dalam satu juta! Merupakan realitas Iman, bagi orang-orang yang beriman meyakini bahwa 'Jika saya memaafkan, Tuhan akan mengampuni saya.' Jika seorang memaafkan, beriman atau tidak beriman, Tuhannya akan mengampuni dia. Ini merupakan sifat para nabi, dan akan datang kepada seseorang di saat-saat akhir. Dia tidak akan mati dengan tidak beriman. Bahkan di kalangan orang beriman, sifat ini sangat langka!"

Satu pertanyaan muncul, "Bagaimana jika kamu menyaksikan suatu kejahatan?"

Syeh Nazim menjawab, "Untuk hal-hal tersebut, ada dua tanggung jawab: bagi si korban, dan bagi Allah yang Maha Kuasa. Jika seorang mencuri harta bendamu, kamu boleh memaafkannya. Allah juga bisa memaafkannya, atau Dia mungkin menghukumnya sebagaimana yang Dia kehendaki. Bila seseorang sedang mencuri dari orang lain, dan kamu melihatnya, maka kamu mungkin menjadi saksi di pengadilan. Bila kamu dipanggil, maka kamu harus pergi dan mengatakan apa yang kamu lihat. Bila kamu tidak dipanggil, bila tak seorangpun mengetahui kamu menyaksikan kejahatan tersebut, kamu boleh berbuat sesukamu. Kamu boleh mencoba menghentikan kejahatan tersebut, bila kamu bisa, tapi kamu tidak boleh membiarkan dirimu dalam bahaya. Kamu bukanlah seorang polisi. Apa yang bisa kamu lakukan jika penjahat-penjahat tersebut punya senjata?

"Hak memaafkan adalah milikmu sendiri. Jika seseorang menyakitimu, kamu boleh memaafkan. Kamu harus ingat ini sehubungan dengan kejahatan-kejahatan yang melibatkan hal-hal: tidak ada nilai bagi dunia ini dalam penglihatan Allah yang Maha Kuasa.

"Sifat maaf membawa kedamaian; sifat dendam membawa kesulitan. Allah berfirman, "Jika kamu membawa kedamaian, pahalamu ada di atas bahuKu!' Ketika pembunuhan dilakukan, diperbolehkan dalam Islam untuk membalas dendam terhadap si pembunuh. Namun demikian, jika hanya satu dari keluarga korban berkata, 'Tidak!', maka balas dendam tersebut tidak dapat dilaksanakan. Sebagai gantinya, 'uang ganti rugi' dibayarkan kepada keluarga yang ditinggalkan. Bahkan dalam kasus seperti ini, bagaimanapun, sifat memaafkan lebih baik. Ketika Isa (as) diingatkan bahwa Torah mengizinkan eksekusi, beliau menjawab, 'Itu untuk pemerintah, bukan untuk para nabi!' (dalam Islam, syariah termasuk hukum bagi pemerintah juga.)

Sikap maaf yang mutlak hanya untuk Allah semata. Membiarkan para pembunuh keji, para pelanggar hukum yang termasuk berbahaya bagi masyarakat, bebas merupakan satu kesalahan. Mengampuni mereka tidak membawa kedamaian. Inilah inti dari prinsip sikap memaafkan. Apakah akan membawa perdamaian? Mengapa kamu membiarkan ular-ular? Kamu tidak bisa mengampuni seekor ular!"

Kemudian seseorang menyebutkan sepotong berita hari itu - bahwa seorang mantan penguasa pemerintahan baru saja digantung untuk kejahatan yang dilakukannya selama dia berkuasa. Dia menanyakan Maulana, "Haruskan kita senang ketika seorang penjahat seperti itu mendapatkan hukumannya yang setimpal?"

Sang Syeh menjawabnya seperti ini: "Allahumma la taykilny illa nafsi tarfitai! Tarfitai! 'Wahai Tuhanku! Jagalah aku dari egoku!' Inilah yang harus kita ucapkan ketika kita mendengar atau melihat orang menjalani hukuman apapun. Hal ini akibat dari keburukan egonya yang mengantarkannya pada nasib tersebut, dan jika kita dibiarkan dalam genggaman ego kita, nasib kita mungkin persis sama! Kita tidak bisa menikmati hukuman orang lain, ketika kita mendengar hal yang demikian, kita harus segera minta perlindungan kepada Tuhan kita, dan bermohon agar tidak ditinggalkan dalam genggaman ego kita. 'Allahumma la taykilny illa nafsi tarfitai. Ini artinya, 'Wahai Tuhanku! Jangan tinggalkan aku dalam genggaman egoku bahkan untuk sesaat!' Sangatlah berbahaya; dalam sesaat saja, ego bisa membuat satu kesalahan yang akan membawa seseorang pada hukuman selama hidupnya. Penjara! Hukum gantung! Semua karena satu saat kesalahan, Qatam!

"Oleh karena itu, tidaklah cukup mengucapkan hanya dalam kata-kata, 'Saya Muslim! Saya orang beriman! Kamu harus betul-betul percaya; kamu harus menunjukkannya dalam tindakanmu. Hanya karena seorang itu Muslim, tidak berarti bahwa dia telah menaklukkan egonya. Muslim memiliki tanggung jawab yang lebih banyak dibanding yang lain. Hukuman kita lebih berat dibanding hukuman yang lain. Kita bertanggung jawab dengan bertambahnya ilmu kita. Tidak ada tanggung jawab bagi orang-orang yang tidak tahu.

Grandsyeh pernah berkata kepada saya, 'Yang paling bisa diterima, yang paling bernilai, yang paling indah dalam beribadah ialah sajadah (bersujud). Jika seseorang melakukan sajadah sejak awal dunia hingga di akhir, betapa besar pahala baginya! Namun, jika seorang mencoba mendamaikan antara dua orang, hal tersebut lebih indah dan lebih bisa diterima oleh Allah dibanding semua ibadah seluruh manusia dan jin sejak dahulu kala!"'



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Ermita Mangkona

Arsip Blog