Selasa, 02 Juni 2009

The power of AL-FATIHA

The power of AL-FATIHA
The Teachings of Grandshaykh Abdullah Faiz ad-Daghestani
by Maulana Shaykh Nazim al-Haqqani


Grandsyeh kita berkata, "FATIHA, surat pertama dari Quran, turun dua kali, sekali di Mekah, dan sekali di Madinah. Apa alasan Allah menurunkan surat ini dua kali?

"Ini karena FATIHA adalah surat yang paling penting dalam Qur'an. Menurut tradisi semua kitab suci terangkum dalam Qur'an, dan semua makna Quran terangkum dalam FATIHA. Oleh karena itu, jika seorang membaca surat FATIHA, ini bagaikan dia telah membaca semua kitab suci dan Quran juga!

"FATIHA berisi Injil, Taurat, Zabur, seratus halaman yang diturunkan sebelum Kitab-kitab Suci, dan seluruh Quran. Oleh karena itu telah diperintahkan untuk membaca FATIHA dalam setiap rakaat pada setiap shalat. Jika seorang membaca Quran tujuh kali, tanpa FATIHA, dia tidak bisa mendapatkan pahala sebagaimana yang diperoleh oleh orang yang membaca FATIHA!

"Allah menurunkan FATIHA pertama kali di Mekah. Bersamanya datanglah Rahmat yang tiada batas. Jibril, yang membawa FATIHA kepada Muhammad (saw), berkata, 'Wahai, Muhammad! Allah yang Maha Kuasa menyampaikan untukmu SalamNya dan mengatakan kepadamu, "Kabar baik untuk FATIHA bahkan sekali dalam hidupnya sudah cukup, dan lebih lagi bagi hamba tersebut!"'

Dia yang membaca FATIHA akan mendapatkan cukup Rahmat dari sekali membaca selama hidupnya. Bahkan bila dia bukan orang beriman, satu kali membaca akan membawanya menuju Iman, mungkin di saat akhir hidupnya. Ini karena keimanan merupakan sifat asli, terlahir bersama orang-orang. Tidak beriman merupakan keadaan sementara yang terjadi sesudahnya, FATIHA akan membawa keyakinan bahkan terhadap seorang pelaku kejahatan.

"Kedua kali FATIHA turun di Madinah. Lagi-lagi ia turun dengan Rahmat yang tiada batas, tapi Rahmat ini tidaklah seperti yang pertama. Rahmat yang kedua bagi FATIHA begitu luas dan dahsyat hingga para malaikat yang membawa Rahmat pertama tidak mampu memikulnya. Allah berkata kepada Muhammad (saw) kedua kalinya, 'Wahai RasulKu! Aku menurunkan kepadamu, dari samudra rahmatKu dalam FATIHA, hanya satu gelombang, satu gelombang saja dari samudra rahmat dalam Kehadirat IlahiahKu! Bila engkau mengetahui seluruh samudra rahmat yang dimiliki oleh FATIHA, engkau tidak akan memerintahkan umatmu untuk beribadah, shalat, atau apapun juga; karena rahmat dari FATIHA tersebut sudah cukup! Namun tak seorangpun tahu betapa luasnya samudra rahmatKu!"

"Gelombang kedua rahmat dari FATIHA ini begitu dahsyatnya hingga bila dibandingkan gelombang pertama yang turun di Mekah (dan darinya seseorang yang membacanya dalam hidupnya sudah cukup), tidak bernilai apa-apa. Allah yang Maha Kuasa berfirman, 'Wahai Muhammad yang tercinta! Jika hamba-hambaKu mengetahui apa yang aku sembunyikan dari mereka dalam samudra rahmatKu mereka akan berkata, "Tidak perlu beribadah apapun." Jika seseorang melakukan sajadah selama hidupnya dia akan mengambil dari samudra tersebut hanya setetes. Namun Allah mengirimkan samudra, bukan tetesan. Dia memberikannya karena Kemurahan hatiNya, bukan karena ibadah seseorang dan terlepas dari kurang beribadahnya orang tersebut. Inilah terjemahan dari ayat, 'Allah yang Maha Kuasa memberikan kehormatan dan kemuliaan tiada batas bagi anak-anak Adam (as).

Jika seseorang mengetahui Tuhannya, Allah yang Maha Kuasa memberikan rahmatNya kepada semua terlepas dari ibadah mereka, dia akan memperoleh adab, tata krama yang baik. Bagaimana bisa dia bangga dengan ibadahnya, ketika shalat selama hidupnya hanya akan membawa satu tetes dibanding dengan apa yang Tuhannya kirimkan dari Kemurahan hati IlahiahNya? Yang paling buruk bagi seorang yaitu berkata, 'Saya orang yang beribadah dengan baik. Saya seorang hamba yang baik, dan yang lain buruk.' Inilah jalan Setan. Ini merupakan pelajaran yang baik untuk orang-orang; janganlah bangga dengan semua shalatmu, puasamu, hajimu, janggut panjang, turban besar. Hal tersebut bagaikan tak bernilai. Lebih banyak Rahmat dari yang kamu peroleh sudah datang, datang juga kepada mereka yang kamu musuhi.

"Dengan mengetahui hal ini menjadikan kita rendah hati. Tak seorangpun dari kita bisa memberi kuasa untuk menempatkan orang di Surga atau Neraka. Allah memberikan tanpa melihat shalat dan ibadah kita. Dia memberikannya sebelum kelahiran kita. Kita tidak perlu melakukan apa-apa, dan demikian kita masih beribadah untuk menujukkan terima kasih, untuk menujukkan tata krama yang baik kepada Tuhan kita. Kita memerlukan rahmatNya. Tanpanya, tak ada nilai.

"Oleh karena itu, kita menyampaikan kabar baik dan kebahagiaan kepada orang-orang. Bila kita berkata kepada orang-orang yang tidak beriman, 'Kamu akan menerima hukuman,' Apakah cinta mereka terhadap Tuhan mereka akan tumbuh? Atau bukankah kabar baik mengenai rahmat Tuhan mereka yang tiada batas untuk mereka hingga membuat hati mereka terbuka! Jadi kita menyampaikan kabar baik kepada orang-orang, bukan membuat mereka takut atau tidak senang. Bila kamu bercerita kepada orang, contohnya, mengenai seorang raja yang baik - begitu banyak toleransi, begitu banyak keadilan, begitu banyak kebaikan dan rahmat - bukankan hati mereka akan terbuka terhadapnya dan pergi mencarinya? Tapi bila kamu bercerita tentang seorang raja yang jahat - sangat sulit, keras, memberikan hukuman, semua penjaranya terisi - akankah orang menyukainya atau membencinya? Allah berkata kepada Musa (as), 'Wahai Musa! Jadikan umatKu agar menyukai Aku!' Inilah perintah Tuhan kita, bukan membenci - menyukai! Oleh karena itu, kita menyampaikan semua kabar baik bagi semua orang, terlepas mereka menerima kepercayaan kita atau tidak. Hal itu tidak penting.



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Ermita Mangkona

Arsip Blog