Minggu, 10 Mei 2009

Guru Ruhani Sejati 38 - Guru dan Murid, Ittiba’

Bagian 38
Guru dan Murid, Ittiba’
Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani an-Naqshbandi


Ketika Sayyidina 'Ubaidullah al-Ahrar mursyid ke-20 dalam Silsilah Emas Tareqah Naqshbandi, memerintahkan seorang murid beliau untuk pergi ke sebuah gunung untuk menunggu beliau. Sang murid menaatinya karena Islam berarti ITTIBA', "MENGIKUTI". Lebih khususnya, mengikuti jalan para Shaykh atau Guru yang akan membawa Anda menuju Jalan Nabi SAW. Anda adalah seorang murid. Jika Anda seorang murid, maka Anda mesti memiliki seorang Guru.

Harus ada seorang guru dan harus ada pula seorang murid. Jika kita mengikuti trend dari banyak 'ulama saat ini yang mengatakan bahwa mereka mengajari "tulaab al-'ilm" (siswa atau murid dari ilmu), maka kita pun mesti menerima akan perlunya memiliki seorang guru. Seperti halnya suatu bangunan atau gedung harus memiliki atap atau langit-langit, seorang guru pun harus memiliki murid, dan seorang murid harus memiliki seorang guru.

Melanjutkan cerita tadi, Sayyidina 'Ubaidallah berkata pada muridnya, "Pergilah, aku akan datang." Sang Murid pun pergi, hanya berpikir, "sang Shaykh berkata 'Pergi', maka aku pun pergi". Waktu Maghrib pun tiba, dan Sang Shaykh belum tiba. Ia (sang murid) pun menunggu. Hari berikutnya, sang Shaykh masih juga belum datang. Sang Murid mulai untuk makan buah-buahan yang ada sampai tak ada lagi makanan yang tersisa. Satu minggu berlalu dan sang Shaykh pun masih belum datang. Satu bulan berganti menjadi tiga bulan. Berlalu pula musim penghujan dan musim kemarau. Hari demi hari berlalu, namun sang Murid tetap menunggu dengan penuh kesabaran baik dalam guyuran air hujan yang lebat maupun dalam cuaca buruk lainnya.

Dan saat salju mulai turun, bumi pun membeku dan ia tidak menemukan apa-apa untuk dimakan. Tapi Allah, Yang Maha Pemurah, mengirimkan baginya seekor rusa. Rusa itu datang di pagi hari, dan sang mureed memerah susu darinya, dan ia pun puas dan bersyukur sepanjang hari. Ia paham benar akan ayat, "Ma khalaqta al-jinna wal ins illa li ya`buduna la ureedu minhum min rizq wa la ureed an yut'imoon". "Tidaklah Aku ciptakan Jinn dan Manusia kecuali untuk menyembah-Ku. Aku tidak meminta dari mereka rizki, tidak pula Aku minta mereka untuk memberi makan pada-Ku". Allah menyediakan bagi murid ini karena ia adalah seorang PENGIKUT yang baik yang menginginkan untuk membangun akhirat-nya lebih dari keinginan lain apa pun. Allah menyediakan makanan untuk memberinya energi.

Makan, bukanlah sekedar suatu jawaban terhadap perasaan lapar secara biologis. Makan menyediakan bahan bakar bagi tubuh Anda untuk beribadah. Anda harus memulai setiap makan dengan niat untuk memperoleh energi bagi ibadah. Dan Anda harus menggunakan energi ini untuk membangun Akhirat Anda. Jika Anda memperhatikan baik-baik pesan ini, dan mengikuti Sunnah untuk membangun akhirat Anda, Allah akan membuat Anda merasa puas dan kenyang sekalipun dengan hal yang paling kecil dan sederhana.

Sang murid tadi menunggu kedatangan Shaykh-nya selama tujuh tahun. Ia minum susu dari rusa tadi setiap hari dan kemudian membaca Quran. Hewan-hewan akan berkumpul di sekelilingnya untuk mendengar dhikr-nya dan mendengar bacaan ayat-ayat Quran, dan mereka pun menjadi amat jinak.

Wa min Allah at Tawfiq



Dikutip dari http://mevlanasufi.blogspot.com

Arsip Blog