Minggu, 10 Mei 2009

Guru Ruhani Sejati 39 - Patuh Terhadap Guru, Aroma Naqsybandiyya

Bagian39
Patuh Terhadap Guru, Aroma Naqsybandiyya
Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani
Dalam Mercy Oceans Secrets of the Heart
London, 17 Maret 1992, 14 Ramadhan 1412


Dalam setiap ceramah atau asosiasi, kita menempatkan diri kita di bawah ayat “Ati’ullaha wa ati’ur rasula wa ulil amri minkum” (An-Nisa’ 59). “Kalian harus mematuhi Allah, kalian harus patuh kepada Rasulullah saw, dan kalian harus mematuhi para pemimpin kalian.” Allah juga berfirman dalam al-Qur’an bahwa “Siapa pun yang mematuhi Rasulullah saw seolah-olah dia mematuhi Allah.” (An-Nisa’ 80), “Man yuti’ir rasula faqad ata’allah.”

Siapa pun yang mematuhi guru yang menunjukkan kita jalan Rasulullah saw dan menerangkan kepada kita bagaimana cara mendekati Rasulullah saw, berarti mengikuti ajaran Rasulullah saw. Oleh sebab itu kita memerlukan bimbingan yang menunjukkan kita jalan terbaik untuk melakukannya. Ada banyak jalan. Rasulullah saw bersabda, “At-thuruq ilallah ‘azza wa jalla ‘alaa ‘adad anfasil khla’iq,” “jalan menuju Allah sebanyak jumlah nafas manusia (tak hingga).”

Kalian bisa mendatangi Tuhanmu dengan berjuta-juta cara. Ada jalan yang pintas, ada pula jalan yang panjang. Setiap orang pergi menurut cara yang telah disimpan oleh Allah ke dalam hatinya. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda. Kalian semua tidak mempunyai jalan yang sama, karena kalian bukan orang yang sama. Setiap orang mempunayi cahaya dan rahasia di dalam hatinya yang telah dianugerahkan oleh Allah secara istimewa kepadanya. Siapa yang dapat membawa rahasia itu keluar? Kalian tidak dapat melakukannya sendiri. Kalian memerlukan seseorang untuk mengeluarkan rahasia dari hati kalian dan menunjukkannya kepada kalian.

Orang yang akan menunjukkan rahasia kepada kalian harus menemani kalian sepanjang hidup. Jika dia tidak menemani kalian sepanjang hidup, bagaimana dia akan mengetahui apa ada di dalam hati kalian untuk mengeluarkannya? Salah seorang guru di masanya, Sayyidina ‘Abdul Qadir Gilani, suatu saat memberi muridnya perintah sebagai berikut, “Sembelihlah seekor ayam di tempat yang tidak diketahui orang dan bawalah ayam itu padaku.” Beberapa orang melaksanakan perintah itu secara harfiah dan berpikir bahwa mereka telah menjaga hal ini sebagai rahasia semata. Yang lain berpikir, seperti sebagian di antara kita, bahwa Syaikh serakah dan ingin menyimpan persediaan ayam. Berpikir seperti itu adalah suatu perilaku buruk…

Setelah beberapa jam, murid-murid itu kembali, masing-masing dengan ayam yang telah disembelih. Ketika maghrib salah seorang di antara mereka masih belum muncul. Syaikh berkata, “di mana si Fulan?” dan tidak ada seorang pun yang dapat memberitahunya. ‘Isya pun datang, lalu hari berikutnya dan tetap masih belum ada orang yang mengetahui di mana murid yang hilang itu. Siang hari pada hari berikutnya murid itu datang dengan seekor ayam di tangannya, tetapi ayam itu belum di sembelihnya. Syaikh berkata kepadanya, “Ke mana saja engkau selama ini? Setiap orang membawa ayam mereka kepadaku dalam keadaan disembelih kecuali engkau.

Apa itu?” Dia menjawab, “Wahai Syaikhku, perintahmu kepadaku adalah menyembelih ayam ini di tempat yang tidak seorang pun melihatku. Kemarin Aku telah mencobanya siang, malam dan sampai pagi berikutnya, mencoba menemukan tempat yang tidak diketahui oleh Allah, Rasulullah saw dan engkau sendiri, tetapi Aku tidak dapat menemukannya, bagaimana Aku dapat menyembelih ayam ini?” Sayyidina ‘Abdul Qadir Gilani berkata, “Ini adalah penerusku yang akan mengajarkan kalian adab dan memberimu teladan yang baik untuk diikuti, karena dia mengetahui bahwa Aku ada dalam hatinya selama 24 jam, dan tidak pernah meninggalkannya".

Syaikh tidak seperti orang yang pergi ke mimbar dan memberikan ceramah. Mereka bukanlah Syaikh, melainkan penceramah. Syaikh bukanlah penceramah. Seorang Syaikh adalah untuk tarbiya, pendidikan dan pengajaran. Syaikh menemani seseorang yang merupakan mukmin sejati untuk mempelajari karakter baiknya dan mengikuti jalan hidupnya. Banyak penceramah yang akan mempersiapkan dan menyampaikan ceramah yang sangat baik untukmu, tetapi itu bukan memperaktekkan apa yang mereka khutbahkan. Mereka memberikan kepada kalian, tetapi apa manfaatnya? Di mana kalian mendapat pengetahuan? Buku-buku atau ceramah? Kalian harus menemukan seseorang yang mempraktekkan apa yang dia baca dan dia pelajari. Belajar dengan jalan ego tidak penting dalam Thariqat Naqsybandi. Kalian harus belajar untuk menggunakan jalan hati. Ini adalah hal yang sangat penting dalam ajaran Naqsybandi.

Alhamdulillah, kalian mengikuti seseorang yang di tangannya tersimpan rahasia Thariqat Naqsybandi. Setiap 24 jam, Guru yang kalian ikuti wajib menghilangkan beban kalian dan datang ke hadirat Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah saw, ini adalah para pengikutku, beban mereka ada padaku, Aku siap untuk menanggung beban mereka, dan apa pun perbuatan baik yang telah kulakukan pada hari ini, apa pun ibadah yang telah kulakukan, Aku berikan kepada mereka. Kumohon terimalah mereka.” Oleh sebab itu, jangan menjadi beban yang berat bagi Syaikhmu. Jangan berkata, “Kami melakukan ini atau itu.” Jagalah dirimu agar terkunci di sudutmu mengerjakan apa yang kalian butuhkan untuk dilakukan untuk diri kalian—tidak melihat pada saudara-saudari kalian dan menyebutkan kesalahan mereka di depan orang lain. Lindungi mereka dan Allah akan melindungi kalian. Sembunyikan kesalahan mereka, Allah akan menyembunyikan kesalahan kalian. Sebaliknya jika kalian menunjukkan kesalahan mereka maka Allah pun akan menunjukkan kesalahan kalian.

Dalam suatu pertemuan para Awliya, Sayyidina Abu Yazid al-Bistami berkata, “Jika murid-murid mengetahui bagaimana para Awliya akan mengembalikan siksaan yang dibebankan kepada mereka oleh para pengikutnya, mereka akan menyiksanya lebih banyak lagi.” Para Awliya berada di bawah perintah bahwa siapa pun yang menyiksa dan menyerang mereka, maka mereka harus membalasnya dengan kebaikan. Sebagaimana bagi mereka yang berkata sesuatu yang baik kepada mereka dan menunjukkan mereka perilaku baik, mereka akan menaikkan derajat mereka.

Kita memohon saudara-saudari kita agar bisa menghormati Syaikh dengan sangat hormat. Saya menekankan hal ini karena kita perlu mendengarnya. Adalah mudah untuk membuka hal yang lain, tetapi inilah yang perlu kita ketahui sekarang, disiplin dengan Syaikh kita.
Kalian berada di bawah pengawasan yang cermat dari orang banyak, yang melihat bagaimana perilaku para pengikut Syaikh. Jika kalian berperilaku baik, mereka akan mengatakan bahwa Syaikh adalah orang yang sangat baik. Jika kalian berperilaku buruk, maka Syaikh akan mendapat reputasi buruk dan ini tidak bisa diterima oleh semua orang. Tidak seorang pun di antara kalian yang mau mentoleransi terjadinya hal ini karena perilaku buruk kita. Oleh sebab itu perbaikilah perilaku kalian baik di dalam maupun di luar kehadirannya. Di luar itu, sangat sulit untuk memperbaiki perilaku kalian. Jagalah keberadaannya di dalam hatimu selalu, jika kalian menjaga Syaikhmu di dalam hatimu, kalian akan lihat kalau kalian berperilaku baik.

Suatu ketika Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berkata, “Siapakah orang yang akan diterima di dalam Thariqat Naqsybandi?” Orang-orang di sekitarnya menjawab, “Kita semua adalah Naqsybandi! Dapatkah kami menganggap diri kami sebagai Naqsybandi?” Pada saat itu Grandsyaikh menjawab, untuk menjadi pengikut Naqsybandi dan seorang murid, mata hati harus terbuka. Kalian harus mendengar ucapan para malaikat. Jika kalian pergi ke Ka’abah di Makkah dan memberi salam, kalian harus bisa mendengar balasan salam dari Ka’abah kepadamu. Inilah langkah pertama dalam Thariqat Naqsybandi. Apakah salah seorang di antara kita mempunyai kekuatan ini? Jika di sini ada seseorang yang mempunyai kekuatan seperti itu, biarkan dia angkat tangan, dan Saya akan lihat apakah dia benar atau tidak.” Untuk memasuki Thariqat Naqsybandi berarti mata hati harus terbuka sehingga kalian bisa melihat segalanya. Banyak orang di antara kita yang mengatakan bahwa mereka melihat malaikat, mereka melihat jinn, mereka melihat Maulana menembus dinding, atau mereka melihat Maulana berada di mana-mana. Adalah mudah untuk mengatakan hal itu dengan lidah, tetapi lain soal untuk mengatakannya dengan penuh kebenaran.

Siapakah orang yang mengaku berdiri bahkan pada tingkat pertama dalam Thariqat Naqsybandi? Grandsyaikh berkata, “Mereka semua yang datang kepadaku adalah orang-orang yang mencintaiku, dan Aku mencintai mereka. Aku mencintai mereka semua sebagaimana Aku mencintai anak-anakku, bahkan lebih dari anak-anakku sendiri, karena mereka telah mengorbankan segalanya dan datang kepadaku. Tetapi bukan berarti mereka telah menginjakkan kaki mereka di tingkat pertama dari Thariqat Naqsybandi.”

Untuk mencium aroma thariqat ini, kalian harus berada di bawah pengawasan 40 Imam Naqsybandi yang telah sempurna baik dalam hal syari’ah maupun sufisme, yang terus memantau kalian siang dan malam selama 40 hari tanpa sepengetahuan kalian dan mereka akan melihat bahwa kalian tidak menyimpang dari syari’ah dan thariqat. Hal ini adalah untuk menunjukkan bahwa kalian tidak melakukan satu perbuatan dosa dan tidak meninggalan sunnah Rasulullah saw, bahkan yang terkecil sekalipun—banyak sekali sunnah kecil yang dimiliki oleh setiap orang namun kini telah dilupakan. Setelah selama 40 hari pengamatan itu, jika kalian tidak melakukan penyimpangan, pada saat itu kalian akan dapat mencium aroma dari Thariqat Naqsybandi, tetapi kalian masih tetap belum memasukinya.

Situasi kita masih sebagai pecinta (muhibb) dari thariqat, bukan pengikut (murid). Namun demikian tingkat selanjutnya itu telah diperuntukkan bagi kita dengan janji Maulana Syaikh Nazhim dalam pertemuan dengan para Awliya dan dalam kehadiran Rasulullah saw. Para pengikutnya akan mencapai tingkat tersebut, bukan berkat kerja keras mereka, tetapi melalui usaha Maulana. Oleh sebab itu jangan pernah memberi kesempatan bagi ego kalian untuk berpikir bahwa, “Aku telah mengalami kemajuan.” Kalian bukan apa-apa. Satu-satunya orang yang mengalami kemajuan adalah Syaikh kalian. Ketika kalian menganggap dirimu bukan apa-apa, pada saat itu kalian akan menjadi segalanya.

Tanpa janji ini, mustahil bagi seseorang untuk masuk dan mengucapkan, “Aku seorang Naqsybandi.” Kita diizinkan untuk mengatakan bahwa kita adalah Naqsybandi dengan lidah, tetapi cahayanya belum terbuka bagi kalian, walaupun itu diperuntukkan bagi kalian, ya, siapa pun yang berada dalam asosiasi ini adalah seorang Naqsybandi. Tetapi apakah kalian ingin agar cahaya itu dibuka? Jagalah apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah saw kepada kalian, dan jagalah jalan yang telah ditunjukkan oleh Syaikh kalian untuk mendekati Rasulullah saw, dan jagalah semua perilaku baik dan benar.

Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.



Dikutip dari http://mevlanasufi.blogspot.com

Arsip Blog