Bagian 9
Perlunya Pembimbing Ruhani
Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani
Dalam Mercy Oceans Secrets of the Heart
Yang menjadi judul dari setiap pelajaran adalah “Ati’ullaha wa ati’ur rasula wa ulil amri minkum” (An-Nisa’ 59). Kalian harus mematuhi Allah, patuh kepada Rasulullah dan para pemimpin kalian. Dengan mematuhi Rasulullah, berarti kalian mematuhi Allah. Oleh sebab itu jagalah agar Tuhan dan Rasulullah selalu berada dalam hatimu, dan bila kalian mematuhi gurumu, berarti kalian mematuhi Rasulullah saw.
Keberadaan seorang guru sangat penting dan setiap orang semestinya memiliki seorang guru. Tanpa guru, tak seorang pun dapat mengalami kemajuan dan tak seorang pun bisa menemukan jejak dan jalur yang harus dituju. Bahkan Rasulullah dan seluruh Rasul yang diutus Allah ke dunia ini juga mempunyai guru. Mereka mempunyai Malaikat Jibril as sebagai guru mereka. Itulah sebabnya kita harus mempunyai seorang guru yang akan menunjukkan jalan kepada Rasulullah dan seterusnya kepada Allah .
Jangan berpikir bahwa kalian dapat mencapai suatu tempat tanpa seorang guru, mustahil. Bila kalian menempuh jalan sendiri, kalian tidak akan mencapai suatu tempat karena jika kalian kehilangan jejak, kalian akan benar-benar tersesat. Oleh sebab itu gunakanlah seorang pemandu yang mengetahui jalan yang kalian tempuh, yaitu orang yang pernah melalui jalan itu sebelumnya, sehingga dia menjadi berpengalaman. Dia akan mengantarmu dan membimbingmu langsung menuju tujuanmu tanpa pergi ke sana ke mari, atau ke suatu tempat yang bisa menyesatkanmu.
Itulah sebabnya mengapa kita mempunyai Mata Rantai Emas yang merupakan mata rantai Guru-Guru yang sambung-menyambung dan kembali secara langsung, tanpa interupsi kepada Rasulullah saw. Inilah yang kita butuhkan, suatu jalinan langsung. Kita tidak menginginkan suatu mata rantai yang terputus di suatu tempat. Suatu pipa yang tertanam di dalam tanah dan membawa air dari satu desa ke desa yang lain harus benar-benar terjalin dengan baik. Jika terdapat satu lubang di suatu tempat, air itu tidak akan sampai. Jika mata rantai Wali itu terputus, kalian tidak akan sampai kepada Rasulullah .
Beberapa orang mengatakan, “Kami adalah pemeluk Budha, Hindu, Kristen, Judaisme, atau Yoga,” atau suatu bentuk agama dan kepercayaan lainnya. Jika kalian bertanya kepada mereka, “Siapa guru kalian?” Mereka akan menjawab, “si Anu dan Anu,” lalu siapa guru dari si Anu dan Anu tadi? Sekarang kami bukannya ingin menentang suatu agama atau kepercayaan, karena semuanya itu akan mengantarkan kalian menuju tujuan masing-masing, tetapi mengertilah apa yang kami tanyakan, siapa guru dari guru kalian tadi? Orang itu tidak akan tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. Seseorang mungkin akan menjawab, “Kepercayaannya berasal dari ajaran mistik dari leluhur mereka yang telah berusia 2.000, 3.000, atau 6.000 tahun.” Lalu bagaimana kondisi “pipanya” dalam kurun waktu ribuan tahun itu? Siapa guru-guru yang membentuknya, guru-guru dan Guru Besar yang meneruskannya? Tidak ada yang mengetahuinya, mereka hanya mengenal dua, tiga atau empat guru, setelah itu tidak ada lagi.
Sebuah pohon yang tidak berakar tidak akan menghasilkan buah. Pohon yang perakarannya tidak kuat akan mudah diterpa angin karena pondasinya sangat lemah. Seorang guru tidak boleh “mencantelkan diri,” begitu saja tanpa orang-orang mengetahui siapa gurunya, siapa guru-guru sebelumnya sampai guru yang mendirikan jalur tersebut. Itulah sebabnya guru-guru Sufi merupakan guru-guru yang saling terhubung dan merupakan guru-guru terkuat di dunia, mereka mempunyai hubungan yang benar, mereka mengetahui para leluhur mereka. Jika kalian tidak mengetahui leluhur kalian, maka kalian tidak akan terhubung ke mana-mana atau tidak mengetahui ke mana kalian terhubung.
Dari Budha hingga sekarang, bisakah seseorang menghitung jumlah guru-gurunya? Atau dalam agama Hindu? Bagaimana dengan agama Sikh? Atau filosofi China? Jelaskan mengenai sekuen guru-guru mereka, atau paling tidak sebutkan nama-nama mereka sejak 3.000 tahun yang lalu. Kami menginginkan mata rantai yang tidak terputus, tanpa ada satu yang hilang. Kalian tidak akan menemukan mata rantai seperti itu, bahkan dalam spiritualitas Kristen atau filosofi Yahudi, kalian hanya bisa menemukannya dalam Sufisme. Dan tanpa mata rantai seperti itu kalian tidak bisa pergi ke mana-mana. Oleh sebab itu kalian membutuhkan guru Sufi untuk mengantarkan kalian menuju tujuan masing-masing.
Ini adalah pengetahuan yang diambil dari hati Sayyidina Muhammad saw dan dibawakan melalui mata rantai guru-guru tersebut. Kalian tidak bisa menemukannnya di buku apa pun. Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berkata, Allah memberkati rahasianya, bahwa beberapa saat setelah Rasulullah saw dilahirkan, beliau diambil oleh malaikat dari tangan ibunya. Dalam sekejap mereka sampai di Samudra al-Hayy. Allah mempunyai 99 Atribut, dan masing-masing merupakan Samudra Pengetahuan yang sangat luas sehingga tak seorang pun dapat memahaminya. Salah satu Samudra itu adalah Samudra al-Hayy, Yang Maha Hidup. Siapa pun yang mengetahui rahasia Nama itu, maka dia tidak akan mati. Dia akan hidup selamanya--bukan dia sendiri, melainkan bersama setiap orang, karena setiap orang hidup melalui cahaya Ilahi dalam hatinya.
Ketika kalian berenang dalam Atribut Nama Ilahi tersebut, itu berarti kalian mempunyai cahaya itu sehingga kalian akan berada dalam hati setiap orang, dan mengetahui apa yang dilakukan oleh setiap orang. Itulah tempat di mana Rasulullah diambil oleh para malaikat yang diperintahkan untuk membersihkan hatinya dalam “Ma’ul Hayat,” Air Kehidupan. Segera setelah mereka meletakkannya dalam Air Kehidupan, beliau dengan segera memiliki dan disandangkan dengan “An-Nur al-Ilahi” Cahaya Ilahi. Dan setelah beliau disandangkan dengan Cahaya Ilahi tersebut, segalanya menjadi terbuka baginya, tidak ada lagi sekat yang tersisa. Selanjutnya Rasulullah saw disandangkan dengan Samudra Kekuatan Ilahi, “Bahrul Qudra.”
Oleh sebab itu ketika keluar dari Ma’ul Hayat, Rasulullah menerima tiga Atribut, yaitu: pertama, beliau dibersihkan dengan Air Kehidupan dan diberikan kehidupan yang abadi. Kedua, beliau menerima Cahaya Ilahi. Pada saat itu, sebagaima yang telah kami katakan, beliau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh setiap orang dan berada dalam hati setiap orang. Itulah arti dari ayat, “Wa’lamuu anna fikum rasuulullah,” “Ketahuilah bahwa Rasulullah ada bersamamu, di antara kamu dan dalam dirimu” (al-Hujurat 7), karena beliau telah disandangkan dengan Cahaya Ilahi tersebut. Itulah sebabnya Rasulullah saw dapat mengetahui apa yang kalian rasakan, bagaimana masa depan kalian, apa yang kalian lakukan, dan apa yang akan terjadi baik di sini maupun di hari kemudian. Allah memberinya kekuatan itu.
Yang ketiga, Rasulullah menerima Kekuatan Ilahi dari Samudra Kekuatan Ilahi. Semua ini bersumber pada suatu pengetahuan tingkat tinggi dan harus dipahami dengan seksama. Itu adalah atribut dari “Bahrul Qudra,” Samudra Kekuatan, yang pernah diminta oleh Nabi Musa as namun tidak diberikan oleh Allah. Nabi Musa meminta agar Allah memberinya kekuatan dari Samudra Kekuatan agar bisa berkata kepada sesuatu, “Jadilah!” dan jadilah dia, Allah berkata, “Tidak, lihatlah gunung itu, Aku akan memberikan cahaya kepada gunung itu. Jika gunung itu tetap berdiri di tempatnya, engkau akan diberikan kekuatan itu, tetapi jika gunung itu melebur atau hancur, engkau tidak bisa menerima kekuatan itu, karena engkau pun akan hancur.” Dan ketika Allah mengirimkan cahaya ke gunung itu, gunung itu menjadi hancur lebur, Nabi Musa pun jatuh pingsan (al-A’raf 143). Itulah sebabnya Allah mengatakan bahwa kekuatan itu bukan untuknya melainkan untuk Rasul terakhir.
Allah telah memberi Rasulullah saw Samudra Kekuatan itu sehingga beliau bisa mengucapkan “Jadilah!” Maka jadilah dia—tanpa perlu meminta izin kepada Allah karena beliau telah berenang dalam Samudra Kekuatan itu. Rasulullah bersabda, “Maa shabballahu fii shadrii syay-an ilaa wa shababtuhu fi shadri Abii Bakri,” “Apa pun yang Allah berikan ke dalam hatiku, telah kuberikan pula ke dalam hati Abu Bakar ash-Shiddiq ra” (Maybudi, Razi, Ajluni, Suyuti), kemudian Abu Bakar menyerahkan semuanya kepada Salman al-Farisi ra, Salman kepada Qasim , Qasim kepada Ja’far , Ja’far kepada Tayfur (Bistami) , Tayfur kepada Sayyidina Khidir as dan rahasia itu sampai kepada Grandsyaikh dan Grandsyaikh meneruskannya kepada Maulana Syaikh Nazhim Adil al-Haqqani.
Bila Allah memberikan sesuatu, Dia tidak akan mengambilnya kembali. Itulah artinya Maha Pemurah. Ketika kalian memberikan sesuatu dan tidak mengambilnya kembali serta tidak menyesal karena telah memberikannya, berarti kalian mempunyai sifat pemurah atau dermawan. Allah memberi kekuatan kepada Rasulullah untuk mengucapkan “Jadilah!” kepada sesuatu maka jadilah dia, dan beliau menyimpan kekuatan itu untuk hari akhir, untuk membawa semua orang ke Surga. Rasulullah tidak akan meninggalkan satu orang pun. Beliau akan merangkul seluruh manusia dengan tangannya dan membawanya ke Surga. Itulah Rasul kita.
Setelah ketiga Atribut tersebut, datanglah lima tingkatan hati. Ketika Allah menyandangkan beliau, hati Rasulullah tiba-tiba diberkati dengan Kekuatan Ilahi dari lima tingkatan hati, dari satu tingkat ke tingkat berikutnya hanya berlangsung dalam waktu singkat. Tingkat pertama adalah maqam Hati, kemudian maqam Rahasia, lalu maqam Rahasia dari Rahasia, berikutnya maqam Yang Tersembunyi dan terakhir maqam Yang Paling Tersembunyi. Grandsyaikh dan Maulana Syaikh Nazhim berkata bahwa, setelah Rasulullah disandangkan dengan semua tingkat ini, segala dosa dan perilaku buruk yang berasal dari ummatnya, walaupun dosa setiap orang tidak terhitung lagi jumlahnya, bahkan jika dosa itu menyamai jumlah ummat Rasulullah yang menurut ajaran Sufi jumlahnya mencapai 400 milyar—bagi Rasulullah itu sama saja, bagaikan sesuatu yang dibersihkan dengan sebilas air. Seperti itulah cahaya yang telah diberikan Allah kepada Rasulullah sehingga beliau dapat membersihkan seluruh dosa tersebut dan memberi manfaat kepada ummatnya seolah-olah semuanya tidak terjadi.
Ini adalah ummat terbaik yang diciptakan oleh Allah, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Afdhalul umma akhyarul umma akhirul umma,” “Ummat yang paling baik, ummat yang paling disukai adalah ummat yang terakhir.” Kalian semua adalah ummat terakhir. Menurut Grandsyaikh, dunia ini tidak akan berusia lebih dari 50 tahun tahun lagi. Setelah 50 tahun sesuatu akan terjadi, sesuatu yang tidak pernah kalian dengar sebelumnya. Hari Kiamat akan terjadi setelah 50 tahun ini dan ditambah 40 tahun kemudian. Semuanya akan berakhir dalam 90 tahun dari sekarang. Melalui rahmat yang telah disandangkan kepada Rasulullah, seluruh dosa manusia akan dihapuskan. Grandsyaikh berkata bahwa walaupun setiap orang mempunyai 400 milyar dosa, semuanya akan dihapuskan, walaupun jumlahnya mencapai jumlah seluruh ciptaan Allah yang meliputi alam semesta dan makhluknya. Dengan mudah semuanya dapat dihilangkan oleh Samudra Rasulullah seolah-olah tidak ada dosa-dosa yang telah menyentuhmu.
Jangan berpikir bahwa Allah menciptakan makhluk-Nya dan meninggalkannya begitu saja. Allah akan menyandangkan para Wali-Nya dan menyandangkan Rasulullah dengan Atribut dan Cahaya-Nya untuk menghindarkan orang dari penderitaan dan dosa menuju maqam yang tinggi di hari kemudian.
Ketika Salman al-Farisi ra, salah satu Wali terbesar yang muncul setelah Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq RA dan berasal dari Persia, mengetahui dari buku yang telah dibacanya dan melalui suatu tanda di luar kebiasaan yang muncul di gugusan bintang, yang menandakan bahwa Rasul terakhir akan muncul. Beliau tahu bahwa akan terjadi suatu peristiwa besar di dunia ini. Untuk pergi ke Mekkah, beliau menjual dirinya sebagai budak kepada beberapa orang yang pergi ke Mekkah, dan beliau mengiringi unta milik orang yang membelinya sepanjang 5.000 mil dari Persia ke Mekkah untuk bertemu Rasulullah . Sekarang kita malah enggan untuk menempuh 20 atau 40 mil dengan kendaraan, dan mengatakan bahwa itu terlalu jauh. Lihatlah perjalanan para Wali yang sangat panjang dan jauh untuk bertemu dengan Rasulullah .
Ketika Rasulullah dibawa ke dunia ini oleh ibunya, Sayyidina Salman al-Farisi mendengar kegembiraan binatang yang berteriak, “Allahu Akbar!”, semua orang di alam semesta ini bergembira, termasuk binatang, pepohonan dan bintang, karena Rasul terakhir telah datang dan semuanya mengetahui bahwa Allah akan menyandangkan beliau dengan Cahaya Ilahi-Nya—semuanya tahu dan bergembira, kecuali kita ummat manusia. Ummat manusia iri terhadap Rasulullah dan berkata, “Mengapa Allah memilihnya?”
Grandsyaikh berkata, “Saya berbicara dari Samudra Pengetahuan yang akan dibuka ketika Imam Mahdi telah muncul. Luasnya Pengetahuan yang Saya buka bagaikan cahaya yang melalui lubang jarum.” Jika Maulana berbicara seolah-olah dari sebuah lubang jarum, maka apa yang kita bicarakan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan realitas sesungguhnya. Apa yang akan datang adalah sesuatu yang bisa membuat kalian marah. Ini adalah keterangan mengenai pernyataan Sayyidina Abu Huraira dalam hadits, “Shabba Rasulullah fii qalbi wi’aanaini fa ammaa ahaduhumaa fa batsats-tuhu bii khalqi wa ammal akhara law batsats-tuhu laquthi’a hadzal bul’uum,” “Rasulullah telah meletakkan dua jenis ilmu pengetahuan dalam hatiku. Satu pengetahuan telah kusebarkan kepada orang-orang, tetapi bila pengetahuan yang lainnya kukatakan, mereka akan memotong leherku” (Bukhari). Apa yang Grandsyaikh katakan tergolong pengetahuan jenis kedua—sesuatu yang berada di luar kebiasaan dan akan disebarkan di masa Imam Mahdi nanti.
Grandsyaikh berkata bahwa pengetahuan ini telah dibuka dalam hati Rasulullah sejak masa kelahirannya dan hati beliau bagaikan segelas air, transparan di segala sisi. Hatinya begitu transparan sehingga ke mana pun beliau memandang, beliau mendapatkan pengetahuan dan hikmah dan oleh karenanya beliau berbicara berdasarkan ilmu dan hikmah tersebut.
Grandsyaikh berkata bahwa ketika jiwa Rasulullah diambil dari jasadnya oleh para malaikat dan dipersembahkan kepada Kehadirat Ilahi, ibunya mengira bayinya telah meninggal karena tubuhnya diam, tidak bergerak selama satu jam penuh. Tetapi Jibril segera datang dan berkata kepadanya, “Jangan takut, dan jangan ceritakan hal ini kepada seseorang, biarkan saja. Allah telah mengambil jiwanya untuk membersihkannya dan untuk membukakan Atribut dari 99 Nama kepadanya—semuanya adalah Samudra dari Nama-Nama Allah . (Menurut agama Islam, Allah mempunyai 99 Nama, setiap Nama mencakup suatu Atribut Ilahi dan setiap Atribut merupakan sebuah Samudra Pengetahuan yang kedalamannya tidak diketahui seorang pun).
Allah membasuh hati Rasulullah dengan “Bismillah al-‘azhim,” Nama yang Terbesar. Sampai sekarang setiap Wali mencoba untuk mengetahui Nama Allah yang Terbesar, tetapi tidak ada yang mengetahuinya, karena rahasia itu belum dibukakan kepada seseorang, kecuali Rasulullah sendiri yang telah menerima rahasia tersebut di dalam hatinya. Semua sekat dihilangkan dari hati Rasulullah tatkala Allah membasuh hatinya dengan air sungai Khawtsar, sebuah sungai di Surga yang diberikan kepada Rasulullah manakala Allah berfirman, “Innaa a’thaynaakal Khawtsar” (al-Khawtsar 1). Jika seseorang mandi di dalamnya, hatinya tidak akan pernah mati. Inilah sebabnya Rasulullah bersabda, “Ana hayyun thariyyun fii qabri,” “Aku hidup dan tetap segar dalam kuburku” (Suyuti).
Ketika beliau baru berusia 1 jam, Rasulullah bertanya kepada Allah seolah-oleh beliau melihat-Nya, “Wahai Tuhanku, bagaimana dengan ummatku? Apakah Engkau akan membasuh ummatku dengan air dari sungai ini? Jika tidak, aku tidak mau dibasuh sendiri. Aku harus bersama ummatku, aku tidak bisa meninggalkan mereka.” Menurut Rasulullah , ketika beliau meminta hal ini kepada Allah , Allah membasuh seluruh ummatnya dengan air dari Sungai Kehidupan itu. Allah membasuh dan membersihkan hati mereka sampai menjadi bersih dan transparan seperti yang dimiliki Rasulullah , kemudian Allah menyerahkan mereka kepadanya, “Aku menyerahkan ummatmu dalam keadaaan bersih, suci, lemah lembut, pemurah, rendah hati, saling mencintai dan menghormati sesamanya. Apakah engkau menerimanya?” Rasulullah yang melihat mereka semua dalam keadaan bersih dan suci lalu berkata, “Aku menerimanya.”
Ketika beliau mengatakan akan membawa mereka, Allah menunjukkan kepadanya bagaimana mereka akan membuat banyak dosa ketika diturunkan ke dunia ini. Rasulullah bersabda, “Wahai Tuhanku, apa yang telah Kau lakukan?” Allah menjawab, “Lupakan saja, cahaya tidak akan musnah dari dalam hati mereka. Mereka akan menutupi cahaya itu dengan kegelapan, tetapi itu akan seperti lap, dan Aku akan memberimu Awliya yang akan menjadi pembantumu agar mereka dapat membersihkan dan mengkilapkan hati mereka.”
Kita semua adalah ummat yang diampuni. Allah telah mempercayakan kita kepada Rasulullah dengan Kemurahan-Nya. Kalian akan mendengar lebih banyak lagi pelajaran ini. Namun tetap saja apa yang kita bicarakan ini hanyalah hal-hal yang sepele. Ketika Grandsyaikh memberi izin untuk berbicara mengenai pengetahuan itu, pelajaran tersebut bukan untuk didengar oleh semua orang. Mereka yang mendengar adalah orang-orang yang istimewa dan topik ini hanya bisa dibuka dengan izin Grandsyaikh dan Maulana Syaikh Nazhim .
Setelah Rasulullah menerima ummatnya dengan cahaya mereka, dan setelah Allah menunjukkan dosa-dosa yang akan mereka lakukan, Rasulullah meminta beberapa pembantu. Dengan segera Allah memberinya 7.007 Wali Naqsybandi untuk membantu beliau membersihkan ummatnya. Di antara mereka terdapat 313 Wali yang tingkatannya tinggi. Dan di antara mereka terdapat 40 Guru Besar dari Mata Rantai Emas, jalan kita menuju Rasulullah . Keempat puluh Guru Besar kita mencoba melakukan yang terbaik untuk membersihkan setiap orang dari dosa-dosanya melalui cahaya yang telah diberikan Allah ke dalam hati mereka. Kalian beruntung bahwa kalian berada di tangan salah satu Guru Besar tersebut—Guru Besar terakhir dalam mata rantai ini, Guru yang keempat puluh.
Apakah Khawtsar itu? Menurut riwayat yang tertulis, Khawtsar adalah nama sebuah sungai di Surga, tetapi menurut pemahaman dan pengetahuan Sufistik, Khawtsar adalah nama salah satu Grandsyaikh. Grandsyaikh itu, dengan air di mana Allah membuat simbol dengan namanya dapat menghilangkan dosa-dosa semua pengikutnya, dan menghadirkan mereka dalam keadaan bersih kepada Rasulullah setiap malam. Itulah sebabnya kalian harus bergembira karena kalian telah terhubungkan dengan salah satu Guru Besar yang besar dalam Mata Rantai Emas ini.
Wa min Allah at Tawfiq
Dikutip dari http://mevlanasufi.blogspot.com