Bagian 10
MURSYID SUFI SEJATI
Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
Seorang pemimpin Sufi harus memiliki ‘ilmul yaqin, ‘aynul yaqin, haqqul yaqin—pengetahuan tentang kepastian, kepastian tentang pengelihatan, dan hakikat tentang kepastian. Pertama adalah “pengetahuan tentang kepastian,” yang merupakan keperluan untuk mengetahui bahwa ada pengetahuan seperti itu dan untuk mendengar tentang hal itu. Ketika kalian mendengarnya, kalian pergi ke tingkat kedua, tetapi pertama kalian harus mendengarnya. Itulah sebabnya, Allah swt dalam al-Qur’an sebagaimana semua Guru Sufi dari Jalaluddin Rumi sampai Ibnu al-‘Arabi , Hallaj, Abu Yazid al-Bistami menyebutkan bahwa mendengar adalah hal yang pertama. Pengetahuan tidak datang dengan melihat terlebih dahulu tetapi dari mendengar seorang guru, bahkan termasuk orang yang buta. Di lain pihak orang yang tuli, tidak bisa memulai untuk mendapatkan pengetahuan. Ketika malaikat Jibril as mendatangi Rasulullah saw, hal pertama yang dikatakannya adalah “Iqra”, bacalah, kemudian Rasulullah saw mendengarnya. Itulah sebabnya Sufisme memberi perintah yang dipenuhi dengan mendengarkan bukan dengan melihatnya.
Tingkat pertama ini, tidak diraih dengan mendengar dan tidak merawatnya, tetapi dengan mendengar, menerima, dan memenuhinya dengan tindakan! Jika Syaikhmu mengatakan untuk pergi ke Chicago, memanjat Search Tower, dan melompat ke bawah, dan kalian tidak melakukannya, berarti kalian masih anak-anak dalam pengetahuan Sufi. Dalam thariqat Naqsybandi kalian harus patuh, dan kepatuhan berasal dari pendengaran, jika kalian melakukannya, barulah kalian bisa menuju ke tingkat kedua.
Suatu ketika, Grand-grandsyaikh berkata, dalam pertemuan antara Guru-guru besar, ketika Grandsyaikh sedang dalam perjalanan untuk bertemu mereka—ketika itu beliau masih muda—ketika mereka duduk di tempat terpencil di luar kota. “Anakku ‘Abdullah telah mencapai tingkat di mana orang belum pernah mencapainya—saya pun tidak, begitu pula dengan seluruh Guru dalam Mata Rantai Emas. Beliau baru 18 tahun sedangkan Saya 60, tetapi beliau telah mencapai level yang lebih tinggi dari Saya dan seluruh Guru lain dalam Mata Rantai Emas yang telah meninggal dunia.
Jika Saya mengirimkan seorang anak berusia 7 tahun untuk berkata kepadanya, ‘Syaikhmu menyuruhmu untuk segera pergi haji ke Makkah,’ dari Daghestan, kota di tengah wilayah Rusia, beliau akan segera berpikir, tanpa datang kepada Saya untuk meminta konfirmasi apakah ini benar atau tidak, ‘Siapa yang membuat anak itu berbicara? Syaikhku telah mengetahui sebelum Aku mengetahuinya. Kalau tidak, bagaimana Aku menerimanya sebagai Syaikhku tetapi masih mengganggap beliau tidak mengetahui segalanya? Jika Syaikhku tidak mengetahuinya, lalu siapa yang mengetahuinya?’ Dengan segera beliau akan mempercayai anak itu, dan tanpa pulang ke rumahnya untuk memberitahu ibu atau istrinya bahwa beliau akan naik haji, tanpa membawa pakaian, uang atau makanan, beliau akan langsung menuju Makkah yang berjarak 10.000 mil, berjalan tanpa bertanya apa-apa. Beliau akan mengetahui bahwa perintah itu berasal dariku dan dengan mudah akan mengubah arah perjalanannya.”
Ini adalah “Wahdatul af’al, penyatuan segala tindakan atau perbuatan atau ucapan—kalian harus melihat segala sesuatu berasal dari Allah swt. Ini adalah tingkat tinggi dalam pengetahuan Sufi. Kalian tidak bisa melihat orang melakukan suatu perbuatan lagi, tetapi kalian harus menganggapnya sebagai suatu alat di tangan Tuhan. Tinggalkan anak-anak—jika Syaikh Nazhim mendatangimu dan berkata, “Pergilah ke Makkah.” Kalian akan berkata, “Baiklah Syaikh, Aku akan membeli tiket, Aku akan lihat apakah istriku mengizinkanku untuk pergi…” Dalam thariqat Naqsybandi kalian tidak diizinkan untuk melakukan semua hal ini. Kalian harus segera pergi.
Tingkat kedua adalah ‘aynul yaqin, pengelihatan yang benar. Pada saat itu kalian akan melihat segala yang berada di sekitarmu, tetapi tanpa perasaan. Itu akan seperti layar yang terangkat. Hanya di tingkat ketiga, haqqul yaqin, realitas dari kebenaran—kalian berada di sana dan mengalami kejadian itu. Jika Grandsyaikh berkata tentang apa yang telah kita bicarakan sebelumnya mengenai Rasulullah saw, bagaimana beliau dibawa dan hatinya dibersihkan, ketika mendengar hal ini, kalian akan hidup di masa itu seolah-olah kalian hidup dan merasakan semuanya saat itu. Jika Maulana Syaikh Nazhim berbicara mengenai kejadian yang berlangsung 500 tahun lalu, misalnya, kalian akan hidup seolah-olah kalian hidup di masa itu, kalian mendengar, melihat dan merasakan apa yang mereka dengar, lihat, dan rasakan, seolah-olah kalian adalah salah satu dari mereka.
Ini adalah cita rasa Sufi dan pengetahuan dari thariqat Naqsybandi yang menghubungkan para pencari kepada Mata Rantai Emas. Ini tidak bisa dibuka sampai masa Imam Mahdi , kecuali, untuk beberapa pengikut yang istimewa, Maulana Syaikh Nazhim membukakannya dengan seizin Rasulullah saw. Hal itu tidak biasa bagi semua orang. Yang lain harus menunggu dukungan dari pedang Imam Mahdi as untuk memasuki tingkatan itu, kalau tidak orang akan memotong lehernya karena membicarakan apa yang mereka lihat.
Dalam thariqat Naqsybandi Syaikh tidak akan membuatmu berbeda dengan orang lain dan ini adalah thariqat yang sempurna, kalian melihat Syaikh yang memiliki segala kekuatan ini, merasakan segala hal dan hidup dalam semua peristiwa, dan melukiskannya, namun demikian beliau tetap berperilaku sebagai orang yang biasa. Dalam aliran Sufi yang lain, mereka tidak bisa mengontrol diri mereka, mereka baru mulai bicara dan langsung ditolak oleh orang-orang. Oleh sebab itu Syaikh tidak pernah menerima untuk membuka pengetahuan untukmu jika kalian belum siap dan jika beliau melihat bahwa kalian akan memperlihatkan apa yang diberikannya kepadamu kepada masyarakat umum. Itulah sebabnya mengapa belum ada izin agar pintu itu dibuka.
Grandsyaikh dan Maulana Syaikh Nazhim bertanya, “Mengapa Allah memberi kenabian kepada Rasulullah saw? Apakah hanya untuk dirinya sendiri?” Grandsyaikh berkata, “Tidak!” Allah swt telah memberinya kekuatan dan menyandangkannya dengan atribut dari ke-99 Nama dan semua cahaya ini untuk ummatnya juga, agar Rasulullah saw dapat menyandangkan kita semua dengan cahaya dan atribut yang sama, beliau membagi semua atribut itu kepada kita. Allah telah berfirman kepada Rasulullah, “Wahai Rasul-Ku tercinta, Aku akan bertanya kepadamu secara pribadi—Aku ingin setiap orang dari ummat ini menjadi seperti dirimu. Jika mereka tidak seperti dirimu, Aku tidak akan menerimamu sebagai Rasul.” Ini adalah suatu rahasia yang besar dan luar biasa, yaitu bahwa Rasulullah bertanggung jawab untuk membuat setiap orang dari ummatnya agar seperti beliau. Dalam beribadah, beliau akan membagi seluruh ibadahnya untuk kita, hal ini untuk membersihkan dan menyandangkan diri kita dengan semua yang telah didapatkannya, dan untuk menghadirkan kita kepada Allah swt dalam keadaan suci seperti dirinya. Inilah tugas beliau.
Grandsyaikh dan Maulana Syaikh Nazhim berkata, “Dalam setiap kedipan mata, jarak antara Rasulullah dengan Kehadirat Ilahi semakin dekat dua kali lipat, “Yataraqqa mitslaini mitslain,” dalam sekuen geometrik yang berkembang, setiap kedipan mata meningkatkan jarak sebelumnya dua kali lipat. Beliau mengalami kemajuan, dan secara bersamaan beliau juga membawa ummatnya—tanpa diskriminasi dan perbedaan. Ummat ini adalah ummat dari para hamba; dan hamba adalah hamba, budak adalah budak! Tidak ada perbedaan antara Muslim, Kristen, Yahudi, Buddha, maupun Hindu! Mereka semua adalah hamba di hadapan Allah swt, dan Rasulullah saw melihat mereka sebagai seorang manusia dan membawanya bersamanya.
Pengetahuan ini akan dibuka pada masa Imam Mahdi as dan Nabi ‘Isa as. Sekarang, ini hanyalah aroma dari apa yang akan terjadi kemudian. Ketika orang-orang berbicara kepadamu tentang Sufisme, apa yang mereka katakan? Mereka hanya anak-anak bila dikaitkan dengan Mata Rantai Emas yang mendapat pengetahuan dari hati Rasulullah saw. Apa yang akan dibuka nanti akan menyepelekan apa yang dikatakan oleh orang yang mengaku Guru Sufi itu. Mereka akan menyadari bahwa mereka hanya anak-anak. Pengetahuan mereka bukan apa-apa.
Itulah sebabnya Sayyidina Muhyiddin Ibnu al-‘Arabi , setelah menulis al-Futuhat al-Makkiya berkata, “Saya tidak mengerti apa yang Saya tulis.” Beliau terbiasa tidur dengan sebuah pena di sisinya, ketika beliau bangun, beliau mendapati bahwa pena itu telah menulis sesuatu. Demikian pula ketika beliau menulis, “Fusus al-Hikam” dan semua buku yang lainnya. Walaupun beliau tidak mengerti, sekarang mereka malah “menjelaskan” apa yang sebenarnya tidak mereka pahami. Apa yang akan kalian pahami dari yang mereka katakan? Derajat pengetahuan yang tinggi dalam Sufisme tidak bisa dibuka begitu saja, walaupun kalian berpikir telah melihatnya. Jika kalian mempunyai televisi, kalian dapat melihat sesuatu tetapi tidak bisa merasakannya. Dalam Sufisme, jika kalian tidak bisa merasakan dan mengalami sendiri kejadian itu, kalian tidak bisa meraih tingkatan di mana pengetahuan itu digambarkan.
Sufisme adalah “dzawq,” cita rasa. Kalian mempunyai berbagai jenis makanan. Orang-orang mengambil makanan terbaik dan mereka mencoba untuk merasakannya di sini (menunjuk ke mulut) sampai ke sini (menunjuk pangkal kerongkongan). Setelah kedua tempat itu, semua makanan akan sama saja. Sama halnya ketika kalian menonton televisi, seolah-olah itu berlangsung “dari sini ke sini.” Kalian tidak mencicipi atau merasakan sesuatu. Jika kalian tidak bisa merasakannya, itu bukan Sufisme, tetapi pantulan cermin dari Sufisme atau sebuah bayangan. Dan semua “Syaikh” ini—sesungguhnya mereka tidak bisa dipanggil dengan panggilan itu—karena seorang Syaikh adalah derajatnya tinggi—semua orang yang menerangkan Sufisme itu tidak merasakan dan mencicipi. Padalah kedua hal itu sangat penting dalam Sufisme.
Sekarang kalian akan berkata, “Anda juga berbicara seperti mereka. Mengapa Anda tidak mencicipi dan merasakan?” Saya akan mengatakan kepada kalian bahwa kalian belum diizinkan untuk bisa merasakannya. Ini akan terjadi pada masa Imam Mahdi . Kalau tidak dunia ini tidak bisa menampung kalian lagi. Jika kalian memberi anak kecil sebuah permen, dia akan menukarnya dengan berlian dan dia akan kehilangan berlian itu. Jika kalian diberikan pengetahuan seperti itu, kalian akan menyia-nyiakannya tanpa dukungan dari Imam Mahdi yang akan segera datang. Dukungan itu sangat dibutuhkan. Tanpa dukungan itu, kalian tidak akan mempunyai pintu untuk bisa merasakan.
Wa min Allah at taufiq al-Faatiha
Dikutip dari http://mevlanasufi.blogspot.com