Bagian 43
MURSHID AT-TASFIYYA
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
Murshid at-Tasfiyya adalah murshid tahap ketiga, di atas tahap Murshid at-Tazkiyyat dan Murshid at-Tabarruk. Murshid at-Tabarruk adalah keaulia-an tahap pertama dalam Thariqat Naqshbandi. Tahap kedua adalah, Murshid at-Tazkiyyat, harus mencakup semua aspek Murshid at-Tabarruk dan begitu pula Murshid at-Tasfiyya membawa semua yang dibawa Murshid at-Tazkiyyat dan Murshid at-Tabarruk. Semua karakteristik tahap sebelumnya terpantul pada Murshid at-Tasfiyya ini.
Murshid at-Tabarruk dan Murshid at-Tasfiyya tidak memiliki perhatian kepada dunya ini:
Mereka itu zahid. Cukup bagi mereka makan sedikit, minum sedikit, dan hidupnya terdiri dari ibadah dan membimbing orang. Murshid at-Tasfiyya adalah zahid fid-dunya maupun zahid fil-akhira. Itu artinya surga bagi mereka bukanlah tujuannya. Banyak orang memohon surga abadi, jannat al-khuld. Namun surga bukanlah tujuan seorang awliya-ullah; mereka harus sederhana (ascetic). Sasaran mereka hanyalah Al Khaliqu. Apapun selain Allah tiada artinya buat mereka - maa siwallah. Semua yang diciptakan Allah adalah maa siwahu. Allah adalah Sang Pencipta dan semua lainnya adalah ciptaan Nya. Awliya-ullah pada tahap itu tidak tertarik untuk mendapatkan apapun yang diciptakan Allah. Kecintaan mereka hanya kepada Nya, dan bagi mereka akhira tidak berbeda dari dunya. Untuk kita, akhira adalah harapan kita dan sasaran kita. Untuk mereka Allah adalah harapan mereka dan sasaran mereka.
Nabi berkata saw : "Setelah orang-orang diadili dan dikirimkan ke surga dan neraka, Allah akan muncul bagi beberapa orang di surga [Dia akan menampakkan Diri, turun]. Harapan awliya ini hanyalah Allah – tiada lainnya. Seluruh perhatian (focus) melalui jantungnya tidak dapat kepada selain Allah S.W.T.. Jika sesaatpun Cahaya mereka tertuju kepada selain Allah, mereka akan disingkirkan sepenuhnya dari Hadhirat Ilahi. Dan jika Allah S.W.T. mengungkapkan kepada wali itu apapun dari gaib tahap tinggi, derajat, keadaan dan pengetahuan, dia tidak boleh melihatnya. Dia harus tetap mempertahankan konsentrasinya untuk mencapai pintu Rabb nya.
Salah seorang dari murshids demikian itu, Bayazid al-Bistami, yang lebih tinggi dari tahap itu, selalu melihat ke depan tidak pernah melihat ke belakang, ke kanan atau ke kiri. Dia mencapai tahap di mana dia mendengar suara dari arah Hadhirat Ilahi. Dia berkata, “Ya Rabbi, bukalah untukku pintu Mu. Ini adalah harapan ku, ‘ishq–ku. Bukalah untukku pintu Mu.” Dan dia mendengar sebuah suara : “Ya Bayazid. Pintu Ku tidak dapat dibuka sampai kamu menjadi abdi dari abdi Ku, mazballatan lil‘ibad untuk ciptaan lainnya – sebuah tong untuk sampah mereka. Barulah Aku akan membuka untukmu pintu Ku.”
Grandshaykh tidak diminta untuk menjadi tong sampah bagi dirinya, namun menjadi tong sampah orang yang paling hina yang ditemuinya. Engkau dapat menjadi tong sampah bagi ayahmu, ibumu, isterimu, saudaramu atau temanmu, tetapi untuk seorang asing yang tak kamu kenal ? Dan saya yakin bahwa tidak seorangpun menerima menjadi tong sampah bagi ayah atau ibunya. Dia bahkan tidak setuju bahwa dia adalah sampah. Dia berpikir dia memiliki pikiran paling cemerlang dan semua lainnya adalah dungu, semuanya idiot.
Bahkan anak-anak ini sibuk kesana kesini berpikir bahwa mereka lebih tinggi pikiran intelektual mereka dari orang dewasa. Mereka ingin mendidik kita ! Kita tidak akan masuk ke dalam cerita begitu, tetapi apa artinya “memikul beban abdi Ku”. Mengapa Sayyidina Muhammad datang sebagai seorang “rahmat bagi ummat manusia”? Karena dia memikul beban ummatnya. Wa innaka la‘ala khuluqin ‘adheem. “Engkau adalah (seorang) dengan karakter lebih tinggi.” Itu adalah karakter (akhlaq) terbaik. Ketika Nabi Muhammad s.a.w.dilukai dia tidak membalas, padahal dia memiliki kekuatan untuk membalas dan dia tidak lakukan dan bahkan dia mema’afkan, wa innaka la‘ala khuluqin ‘adheema, dia adalah seorang yang paling rendah hati (most humble). Dia adalah tertinggi, tetapi dia memperlihatkan dirinya sebagai yang paling rendah.
Sekarang orang zaman ini secara salah mengatakan, ana basharan mithlukum, bahwa Nabi Muhammad saw. hanyalah raga, daging dan ruh. Faktanya adalah, Allah swt membuatnya paling tinggi, namun Nabi saw membuat dirinya pada tahap yang sama dengan semua orang. Ketika menjadi manusia terhebat, dia menundukkan kepalanya, dan dia tidak menengadahkannya. Apakah kamu saling memikul beban? Tidak. Jadi mengikuti jalan awliya-ullah, ketika dia melewati semua beban itu, Shaykh Bayazid al-Bistami meminta kepada Allah SWT., “Jadikanlah tubuhku sebesar neraka, sehingga tidak seorangpun yang masuk neraka kecuali aku.” Dan dia sangat tulus dalam du’a-nya itu. Dia seratus persen jujur dalam permohonannya itu. Sasaran Murshid at-Tasfiyya hanyalah Ridho Allah semata : “ilahi anta maqsoodi wa rida’ ka matlubi”.
Ketika pintu itu terbuka bagi Murshid at-Tasfiyya, pada saat itu Allah akan mengungkapkan kepadanya segala sesuatu yang tertulis di lawh al-mahfoudh. Ketika al Qur’an diungkapkan kepada Nabi s.a.w., itu dipindahkan dari lawh al-mahfoudh ke bayt al‘izza. Ketika seorang murshid mencapai tahap itu, dia akan dapat mengetahui rahasia al Qur’an yang diungkapkan kepada Nabi. “Tasfiyya” berarti meninggalkan segala sesuatunya. Sebuah contoh, jika sebuah toko melelang barangnya karena mau tutup usaha, dan semua butir barang dalam toko itu diuangkan. Ketika seorang abdi sejati Allah mencapai tahap itu, Allah S.W.T. akan membuka segala sesuatunya kepadanya. Dia memberikan abdi begitu itu kuasa untuk menarik para pengikutnya tanpa mengatakan sepatah katapun – hanya melalui jazbat, daya tarik melalui mata.
Terdapat banyak awliya masa kini dan banyak yang telah meninggal dunia. Orang mengunjungi kuburan mereka dan merasakan jazbat mereka . Hal sama dapat terjadi kepada awliya yang masih hidup, yang dapat menarik mu kepada mereka tanpa melakukan apapun, karena kuasa itu dikaruniakan Allah melalui Nabi s.a.w., dan berada dalam jantung mereka. Allah S.W.T. memberikan murshid itu sebuah kekhususan untuk melihat kepada pengikutnya. Setiap abdi telah dibentuk (molded), ketika dia dilahirkan ke dunia ini dan orang tua nya membesarkannya. Mereka dibentuk dengan 800,000 kebiasaan (adab) buruk yang berbeda-beda, yang tak dapat dihitung! Kamu tak dapat menghitung 800,000 adab buruk kan? Tentu saja tidak dapat.
Terdapat 800,000 titik spiritual diletakkan pada selebar tubuh fisik, masing-masingnya memiliki karakteristik buruknya sendiri, nafsu buruk dari ego. Masa kini, praktisi pengobatan tradisional dan alternative mengenali bahwa raga fiisik memiliki tiga ratus enam puluh titik penyembuhan. Tetapi dalam realitas, terdapat 800,000 titik tekan spiritual melalui mana awliya-ullah membersihkan karakteristik buruk kita.
Tanpa membersihkan dulu 800,000 titik ini, tidak dapat seseorang dihadapkan kepada dan mengalami spiritualitas Sayyidina Muhammad s.a.w. atau komunikasi dengan jantungnya, bahkan tasabih al-malaikat pun tidak dapat kita dengar. Murshid at-Tasfiyya dikaruniai kuasa untuk membersihkan 800,000 karakter buruk itu. Tujuh ratus amal terlarang akan membawa kamu kepada 800,000 karakter buruk, dan awliya-ullah dapat menarik / menolong mereka dari keburukan itu.
Dengan lidah kamu tidak dapat membuat klasifikasi karakter buruk ini (vokabulari tidak cukup). Murshid at-Tasfiyya mencabuti karakter buruk itu seperti sebuah saringan, mengayak biji-bijian sampai tinggal karakter baik saja. Lagipula, Allah membuat Murshid at-Tasfiyya untuk selalu hadir dengan para wali yang telah meninggalkan dunia fisik ini, begitu juga mereka yang masih tinggal di dunia ini. Semua wali terhubung dengannya setiap saat, memberinya masukan apa yang mereka miliki dan apa yang mereka kerjakan, karena dia adalah seorang yang tertinggi. Dia dapat memantau muridnya 12,000 kali sehari. Setiap kali dia memandang murid nya dia mengiriminya kebijaksanaan, nasihat untuk mengerjakan kebaikan. Jangan mengira itu terlalu banyak ! Mereka itu langka, seperti sebuah berlian.
Beberapa Muslim, khususnya yang dibesarkan di USA, Eropa , tidak mengetahui apapun tentang Awliya-ullah atau tentang karamat. Sungguh disayangkan, sebagian besar Muslim di seluruh dunia telah dicuci otak dari warisan Islam sejati dan ajaran tradisi dan praktek Islam oleh doktrin-doktrin Wahhabi. Semoga Allah melindungi kita dari ideologi atau mentalitas yang demikian itu !
Begitulah kuasa dan jangkauan ilmu Murshid at-Tasfiyya, bahwa dari setiap kata dalam al Qur’an, sedikitnya dia dapat memungut sembilan belas makna. Sa-usleehi saqar. La-wahatan lilbashr. ‘Alayha tis‘at ‘ashr. “Segera kami akan melemparkan dia ke neraka. Diatasnya adalah sembilan belas. Dan kami tidak menempatkan kecuali malaikat yang menjaga neraka.” Sembilan belas ini adalah malaikat khusus, penjaga neraka. Mereka (malaikat) itu besar sekali dan sangatlah kuat. Murshid at-Tasfiyya juga memegang kunci bagi mujizat (miracle) pribadi ujntuk setiap murid. Untuk setiap murid terdapat sebuah rahasia dalam al Qur’an, disebutkan sebagai : as wa laa yaabis wa laa ratbin illa fee kitabin mubeen. Murshid tahu mana dari kalimat al Qur’an yang didisain untuk menghentikan kamu dari jatuh kedalam kegelapan dan dilemparkan ke dalam neraka, yang dijaga oleh sembilan belas malaikat. Dia akan memberimu awrad (wirid) itu untuk dibaca setiap hari.
Murshid at-Tasfiyya mengetahui awrad yang dibuat khas untuk dirimu; untuk alasan inilah kamu memerlukan seorang wali. Jika seseorang merangkai sebuah kalimat dibuat dari kode yang salah, itu tidak akan efektif (memberi hasil). Murshid at-Tasfiyya dapat merangkai dari al Qur’ an dan hadith an-nabi bacaan untuk membersihkan kamu dari karakter buruk pribadimu yang akan membawamu ke neraka, jika mereka tidak dibuang. Terdapat lima ratus ma‘muraat dan delapan ratus perbuatan terlarang.
Murshid at-Tasfiyya akan membimbingmu kepada lima ratus perintah itu dan membimbingmu untuk mencegah kamu jatuh kepada delapan ratus perbuatan terlarang, kesemuanya dengan satu kata tunggal yang ditugaskan bagimu untuk membacanya dari al Qur’an; untuk setiap pribadi sebuah kata yang berbeda. Karakter lain yang diberikan Allah kepada Murshid at-Tasfiyya : dengan pengamatannya kepada alam semesta dia akan menarik / mencabut dari setiap planet tiga puluh lima tanda yang berbeda-beda tentang Hu Ahad Allah S.W.T. Dari setiap sebarang planet dia memandang dengan pandangan spiritualnya, dia akan menurunkan / menyadap tigapuluh lima tanda spiritual dari Hu Ahad Allah. Lebih jauh, dia dapat menanam tanda-tanda yang berbeda-beda ini ke dalam lima tingkatan jantung - qalb, sirr, sirr-as-sirr, khafa, dan akhfa. Ketika kamu mengatakan la ilaha ill-Allah – bacaan itu akan mengambilmu lewat lidah dan jantung, qawlan wa fi‘lan, dimana kamu akan dibuat mengamati HU Ahad Allah S.W.T. Allah memberikan Murshid at-Tasfiyya kuasa mujizat penampakan spiritual ini yang lebih kuat dari penampakan mata fisiknya. Qutb zaman itu akan berada di bawah authoritas nya.
Allah memberikan Murshid at-Tasfiyya kuasa untuk membaca pada setiap tiupan napas dan setiap hirupan napas 700,000 kali “Allah, Allah”. Dia memiliki ‘ilm al-yaqeen, ‘ayn al-yaqeen, haqq al-yaqeen, dan la rayba feeh. Kesemua yang telah kita gambarkan tentang Murshid at-Tasfiyya tadi hanyalah sekedar pandangan selintas saja dari maqam dan kuasanya.
Dikutip dari http://mevlanasufi.blogspot.com