Selasa, 14 April 2009

Tafsir Surat Ash-Sharh

Tafsir Surat ash-Sharh
Shaykh Muhammad (s) Hisham Kabbani
02-14-2007

A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim

Insya-Allah kita mulai Surat asy-Syarh atau Surat al-Insyirah, atau Surat alam nasyrah.

Alam nasyrah laka shadrak
wa wadha`naa ‘anka wizrak
Alladzii anqadha zhahrak
wa rafa`naa laka dzikrak
Fa inna ma’al `usri yusraa
Inna ma’al `usri yusraa
Fa idzaa faraghta fan shab
Wa ilaa rabbika f’ar ghab

Sadaqallahul-`adzhiim wa baligh rasulahul-kariim wahnu `ala dzaalika mina ’sh-Shahidiin wa'sy-syaakiriin bi qalbin saliim

Nawaytu'l-arba`iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu'l-riyaadah, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii hadza'l-masjid

Dalam Surah ini, yang Allah swt wahyukan kepada Nabi-Nya Sayyidina Muhammad (saw), dan untuk menginformasikan kepada ummat manusia tentang pentingnya dan kebesaran Allah swt anugerahkan atas Sayyidina Muhammad (saw) dan memberi beliau apa yang beliau butuhkan bagi Ummah sebagai cara untuk menyiapkan mereka menghadapi waktu dimana kita semua dalam keadaan membutuhkan. Jadi Dia swt menunjuk beliau (saw) ketika seseorang, ketika seseorang menunjuk seseorang yang lain dengan ingkar dan dibenarkan, ketika menyangkal sesuatu atau mempertanyakan sesuatu yang diresmikan bahwa itulah kebenaran yang sudah Kami lakukan bagimu
Sayyidina Muhammad (saw) ketika Allah berfirman, alam nasyrah laka shadrak, alam adalah sebuah cara menyangkal sesuatu agar diiyakan.
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan melapangkan...?”
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” artinya bahwa “pastilah Kami telah melapangkan dadamu!” Apa yang Allah swt maksudkan disini dengan dada, dalam hadist Nabi, Imam as-Suyuti menyebutkan bahwa ibn ‘Abbas pernah berkata bahwa “alam nashrah laka sadrak, kalau Allah swt baru membukakan dan memberi sang Nabi pemahaman tentang agama Islam.”
Dia berkata kalau satu makna dari “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” adalah “Kami telah memberimu sebuah kekuatan untuk memahami dan mempunyai pengetahuan tentang Islam. Dan Allah berfirman inna ad-diin `indallahi al-Islam – bahwa agama untuk Allah adalah Islam.“

Jadi ini mengartikan bahwa segala seuatu dari awal hingga akhir adalah Islam.
Sayyidina Ibrahim (as) pernah berkata,

Innii wajjahtu wajhiya lil laadzii fatharas samaawaati wal ardha haniifaw wa maa ana minal musyrikiin
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. [Al An’aam (6):79]

Islam adalah apa yang Allah kehendaki Sayyidina Muhammad (saw) untuk tahu dari awal hingga akhir dan Allah berfirman, “Kami telah melapangkan untukmu dadamu”

Ketika kau melapangkan dadamu atau hati/qalbu adalah melapangkan hati/qalbu atau dada dalam arti literature atau Allah menaruh sesuatu special dalam hati/qalbu
Sayyidina Muhammad (saw). Apa yang Allah taruh disana? Apa yang telah Allah bukakan disana?

Sudah dikenal dengan baik bahwa ketika sang Nabi katakan Muhammad (saw) masih beliau Sayyidina Jibril (as) datang dan membuka hati/qalbu sang Nabi dan mengambil darah hitam setan itu keluar sehingga disana tidak ada yang lain dalan hati/qalbu Nabi kecuali Allah. Tidak ada kekuatan setan pada Nabi. Ada yang mengatakan makna dari ayat ini adalah kalau Kami telah membersihkanmu dari itu. Itulah makna secara literal.

Tapi makna internal adalah bahwa ”Kami telah mengirim Cahaya Ketuhanan Kami, Nur al-ilahi dan Kami telah mengisi dan menanamnya dan Kami telah meletakkannya dalam hati/qalbu Sayyidina Muhammad (saw).”
Itulah mengapa Dia berfirman, ”Kami telah melapangkan untukmu dadamu,” sebagaimana disebutkan dalam bahasa Inggris, ”Wahai Nabi Kami telah melapangkan untukmu dadamu.”
Ketika kami melapangkan, bagaimana sesuatu dilapangkan? Bagaimana sebuah balon dikembangkan, professor? Mengembangkan balon ialah saat kau mengisi gas ke dalamnya.
Jadi Allah berfirman kepada Nabi (saw) “Ya Muhammad (saw) qalbumu dilapangkan, dengan pengetahuan Kami qalbumu dilapangkan terus menerus dalam setiap kesempatan ada sebuah perkembangan.” Hampir sama jika kau seorang ahli ilmu alam, professor, dan seluruh ilmu alam saat ini mereka berkata bahwa alam semesta, setelah peristiwa Big Bang (Ledakan Besar), alam semesta selalu mengembang, pengembangan ini; setiap kesempatan alam semesta berkembang dan para ilmuwan berusaha untuk memahami mengembangnya alam semesta ini dan apa menurutmu tentang pengembangan yang Allah firmankan kepada Sang Nabi (saw) bahwa qalbumu atau dadamu dilapangkan/dikembangkan? Dia berfirman bahwa qalbumu adalah alam semesta; qalbumu adalah apa yang didalamnya terjadi pengembangan terus menerus pada setiap kesempatan. Kami melapangkan dadamu, qalbumu, dengan Cahaya Ketuhanan dan sakinah min al-jihhat al-ilahii – sebuah kedamaian dari kedamaian Allah yang Allah wahyukan kepada Nabi-Nya dan ruhan min dan mengirim kepadanya sebuah Ruh yang mencapai Sang Nabi (saw).

Dalam hadist sang Nabi pernah berkata bahwa “Idza dakhala an-nura fil qalbi ansharah –
Cahaya ketika masuk ke dalam hati akan melapangkannya dalam kedamaian dan kebahagiaan.” Ini bukan mengembangkan amarah. Ketika cahaya masuk maka akan berkembang dengan cinta, dengan relaksasi dengan kedamaian, dengan sakinah, dengan cahaya.
Ay ayaan al-qalb wanfala li …al-bala. Ketika Cahaya masuk ke Qalbu, Cahaya akan berkembang dengan kedamaian yang artinya bahwa qalbu dimana cahaya masuk sanggup menjaga berbagai kesulitan dan membawa mereka dan menjaga rahasia apa yang dia lihat dimana yang lain tidak bisa melihat, artinya rahasia surgawi yang muncul di dunya.

Apa yang pernah dikatakan oleh Sayyidina Musa (as)?

Qaala: Rabbii asy rah lii shadrii. Berkata Musa: ”Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
wa yassir lii amrii dan mudahkanlah untukku urusanku,
Wah lul `uqdatam mil lisaanii dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
yafqahuu qaulii supaya mereka mengerti perkataanku,
waj`al lii waziiram min ahlii dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,
Haaruuna akhii; (yaitu) Harun, saudaraku,
usydud bihii azrii teguhkanlah dengan dia kekuatanku,
Wa asyrik-hu fii amrii dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku,
kai nusabbihaka katsiiraa supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau,
wa nadzkuraka katsiiraa dan banyak mengingat Engkau.
innaka kunta binaa bashiira. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami”
[Thaahaa (20):25-35]

Allah swt ketika Sayyidina Musa (as) diperintahkan untuk pergi ke Fir’aun menyerukan kepada Islam dan menerima Taurat, beliau berjata “Ya Tuhan-ku, bagaimana aku bisa pergi ke sana?”
Dan Allah menginspirasikan kepada beliau untuk mengucap, “Ya Allah lapangkan qalbuku dan berikan cahaya,” sebagaimana sang Nabi (saw) pernah berkata, “Ketika cahaya datang, qalbu akan berkembang dalam pengetahuan surgawi milik Allah.”

Jadi Sayyidina Musa (as) berkata, “Lapangkan dadaku; jadikan dadaku lapang dan sanggup menghadapi kesulitan, sehingga ketika aku menghadapi rintangan dan ketika aku menghadapi orang-orang kafir aku akan sanggup bicara dengan mereka dan berdebat bersama mereka agar dapat menyakinkan mereka apa yang benar dan apa yang salah.”

Jadi itulah pentingnya lintas agama saat ini, jadi kau harus berkata, bahwa “Ya Allah bukakan dan lapangkan dadaku sehingga aku akan sanggup untuk menyakinkan mereka.” Tapi orang-orang zaman sekarang tidak mempunyai pemahaman untuk berdo’a seperti iyu. “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku” dan lalu apa selanjutnya? yassir lii amrii.

Ketika kau memperoleh pengetahuan itu yang merupakan perwujudan (tajalli) Surat itu, dan tajalli itu dikenakan kepadamu lalu ”jadikan urusanku mudah dan lalu kesulitanku akan mudah ditangani,” dan lalu: “Wah lul `uqdatam mil lisaanii, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,” seperti lidah semua orang yang dikatupkan dan mempunyai kekakuan, apa biasanya kau menyebutnya, tongue-tied (=tidak dapat menjawab .penrj). Dia bersabda kepada Sayyidina Musa (as) “lepaskanlah kekakuan dari lidahku,” Sayyidina Musa (as) memohon, “Biarkan lidahku tidak menjadi beku atau kaku.”
Jadi ketika kau berada dibawah tajalli Surat ini, itulah mengapa kita mengucapnya dalam dzikrullah sebanyak 7 kali. Jadi, semua lidah yang kaku hilang dan kau akan sanggup bicara bagaikan sebuah pancuran datang dari lidahmu. Itulah mengapa
awliyaullah sanggup bicara seperti tidak kekakuan pada lidah mereka.
Allah swt akan membukakannya bagi mereka seperti mereka berenang dalam samudera pengetahuan.

Jadi “lapangkanlah untukku dadaku, begitu besar sehingga aku dapat membawa siapa-siapa yang keras kepala. Aku akan sanggup tetap berdebat dengan mereka dan terus menerus meski pun mereka keras kepala seperti tembok, aku akan memberi pasir ke tembok itu, memasiri tembok itu, melembutkan tembok itu sehingga menjadi seperti sebuah cermin.”
Itu artinya mengubah mereka dari orang-orang keras kepala mereka menjadi semakin dan semakin dan semakin lembut sampai mereka menerima apa yang aku katakan.
“dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku” jadikan Harun sebagai seorang konsultan atau pemberi saran.” Artinya semua orang mempunyai seorang pemberi saran, ketika mereka ingin perwujudan (tajalli) Surat ini muncul; kau memerlukan seseorang untuk membimbingmu. Itulah pentingnya syaikh untuk menuntunmu ke mana kau harus pergi.

Surat ini membawa cahaya yang Allah swt telah berikan kepada Sayyidina Muhammad (saw) dalam qalbu beliau dan ketika cahaya tersebut mencapai qalbu Sayyidina Muhammad (saw) cahaya tersebut menjadi an-nur al-Ahmadi. Ahmad dalam surga
dan Muhammad (saw) dibumi. Jadi ketika cahaya itud atang inilah cahaya surgawi, dan apa yang kau minta untuk dijelaskan mengenai maqaam al-Mahmoud itu nur al Ahmadi, itu cahaya surgawi, Nabi (saw) telah dianugerahi kepada orang tertentu yang Allah hormati mereka menjadi pecinta Sayyidina Muhammad (saw), itu artinya para sahabat Sayyidina Muhammad (saw), penerus Sayyidina Muhammad (saw) yang mewarisi cahaya itu untuk membimbing Ummah dan merekalah awliyaullah. Allah telah memilih mereka min maknuuna sirrihi wa jawahara … dari rahasia terdalam yang tidak seorang pun dapat memahami rahasia itu kecuali Allah swt. Dari rahasia dalam itu dan dari jawhara `ilmihi dan dari pengetahuan dalam-Nya yang tidak pernah dibukakan kepada siapa pun, Allah akan mengeluarkan dari yang terpilih dan memberikannya kepada sang Nabi (saw) dan memberkahi mereka dari alam nasyrah laka shadrak – Dia akan memberkahi awliyaullah ini dari mutiara-mutiara al-ma`arif asrarii, rahasia pengetahuan-Nya dan menjadikan mereka bersinar dalam angkasa kesatuan wa atla`ahum fii sama at-tauhiid aqmaaran – Dia menjadikan mereka muncul dalam angkasa kesatuan bagaikan bulan-bulan yang memberikan cahaya kepada para perngikut mereka dan membimbing mereka.”

[Allahu Akbar]

Fastada`at bihim …fa salaka lahum min ad-diini thariqah – Dari bulan-bulan ini yang menjadi bulan-bulan di angkasa kesatuan dalam horizon-horizon yang begitu luas dalam qalbu Muhammadun Rasulullah, Allah memberikan mereka sebuah penyingkapan yang begitu luas bahwa semua orang dari ciptaan surgawi dapat memperhatikan dan melihat mereka dan memuji Tuhan mereka karena menciptakan mereka dan membimbingnya melalui agama mereka untuk mencapai tujuan-tujuannya dimana untuk mencapai qalbu yang secara terus menerus berkembang dalam semesta cahaya surgawi ialah seperti semesta yang melebar dan terus menerus mengembangkan cahaya Muhammad (saw); ini berkembang secara terus menerus dalam lingkungan surgawi atau kekuatan surgawi atau lautan cahaya surgawi yang Allah swt ambil dan berikan kepada Nabi dari cahaya Dzat-Nya.

Wa saaruu lis-saaalikiin hidayatan wa `ilman –Dari satu kata itu yang Allah sebutkan dalam Surat al-Insyirah, dari rahasia lapangnya/berkembangnya qalbu Muhammad (saw), awliya datang ke sana dan membuatkan mereka bendera-bendera memberikan semua jenis perhitungan dan mereka menjadi bukan siapa-siapa yang bisa membawa pengetahuan itu, mereka dapat membawa dan mereka menjadi bagaikan menara-menara api dalam gelapnya malam menuntun kapal-kapal yang membawa Ummah dari satu sisi lautan ke sisi lainnya.

Fa law lahum ma salaka min tilka as-subuli ahadan - Jika tidak karena itu yang Allah letakkan dalam qalbu Sayyidina Muhammad (saw) dan sang Nabi (saw) mencelupkan mereka dalam lautan beliau, tidak seorang pun akan ditarik keluar dari kegelapan. Untuk itu sang Nabi (saw) menjelaskan ashaab kan-nujuum – Para Shahabatku bagaikan bintang-bintang.” Bintang dimana? Bintang dalam qalbu Sayyidina Muhammad (saw) dan awliya adalah bintang-bintang dalam qalbu Sayyidina Muhammad (saw) yang berkembang dan menjaganya terus berkembang dari satu kesempatan ke kesempatan lain. Ketika Dia berfirman “Alam nasyrah laka shadrak - Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu, O Muhammad (saw)?” yang artinya “Kami melapangkannya untuk melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat, jadi kau dapat memahami `Alim al-ghayb, Alam Ghaib, sebagaimana ada Alam Nyata, ada sebuah Alam Ghaib yang tidak bisa kalian lihat. Apakah manfaat dari dilapangkan jika Allah memberikan Sayyidina Muhammad (saw) sesuatu yang orang lain dapat lihat? Ini adalah sebuah anugerah jika Allah memberikan beliau sesuatu yang mereka tidak bisa lihat.

Itulah mengapa dalam surat adalah akhir adh-Dhuha, Allah berfirman, walal aakhiratu khairul laka min….

Wa amma bi ni`mati rabbika fa haddits - Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur),” bukan (?). Dan segera setelah itu Surat asy-Syarh muncul alam nasyrah laka shadrak untuk bersyukur apa yang Allah telah berikan kepadamu Alam nasyrah laka shadrak, dari apa yang Kami lapangkan dan berikan cahaya itu kepadamu, wahai Muhammad (saw)! Serukan kepada orang-orang anugerah yang telah Allah berikan kepada Sayyidina Muhammad (saw) yang tidak hanya anugerah-anugerah dunya, Dia telah memberikan beliau surgawi, yaitu `ilm al-ghayb, meskipun ini untuk Allah tapi ada sebuah bagian yang Dia berikan kepada sang Nabi (saw). Tentu saja [ini] tidak [termasuk] ke-Ghaib-an Mutlah [ghaybun mutlaq], tapi beberapa dari itu, Dia adalah `alim al-ghaybi wasy-syahada. Juga sang Nabi (saw) mengambil apa yang tidak diambil oleh yang lainnya bahkan para nabi lain dan Sahaba dan awliya.

Jadi apa yang telah Allah berikan kepada sang Nabi (saw) ketika Dia berfirman alam nasyrah laka shadrak? Dia telah memberikan beliau sesuatu dari Alam Ghaib Surgawi. [Maknanya:] “Kami tidak akan meletakkan rintangan-rintangan dihadapanmu, Ya Muhammad (saw), rintangan-rintangan yang mencegahmu dari menggapai anwaar al-malakaat ar-ruhaaniyya – cahaya jiwa-jiwa dan ruh-ruh surgawi.”

Itu artinya sang Nabi (saw) telah diberikan rahasia cahaya jiwa-jiwa dan ruh-ruh. Seperti manusia yang dibuat dari jiwa dan ruh dan sang Nabi (saw) memiliki pemahaman kekuatan itu. Dan dimana pun ada hal-hal yang berhubungan dengan manusia tidak ada yang akan menghentikanmu atau menjadi rintangan didepan mukamu dalam berpikir dan meditasi dan tafakkur dalam kebesaran Tuhan-mu. Kami, ketika kami melakukan sesuatu dalam dunya kita, kita tidak dapat melakukan taffakur.
”Untuk bermeditasi adalah lebih baik dari 70 tahun beribadah.”
Nabi (saw) tidak mempunyai rintangan-rintangan pada taffakur. Kita mempunyai rintangan yang mencegah kita dari melakukan meditasi dari dzikrullah dari membaca
Qur’an; dari membaca ini atau itu. Tapi sang Nabi (Saw) tidak mempunyai rintang seperti itu dan Allah melapangkan qalbu beliau dan memenuhinya dengan pengetahuan tersebut.

Bagimu, wahai Muhammad (saw) Kami meletakkan segala sesuatu bersama dank au hadir dan melihat, hadiran wa nazhiran.
Ini dikatakan bahwa Nabi ketika Allah berfirman alam nasyrah laka shadrak qalbu beliau penuh cahaya kenabian yang tidak seorang nabi lain mendapatkan cahaya itu dan beliau menyelimuti seluruh agama bersama-sama dan menjadikan beliau untuk menyerukan ke jalan Allah dan jinn dan memerintahkan para malaikat berdo’a baginya, karena itu insyirah qalbu Nabi dan untuk membawa kekotoran orang-orang kafir dan munafik.
Apakah artinya?
Itu artinya bahwa Allah sudah memberitahukan Nabi-Nya tentang setiap orang uman dan setiap orang kafir dan itu artinya sang Nabi mengetahui segala sesuatu tentang setiap manusia dimuka bumi dan Dia mengutus beliau ketika Dia melapangkan qalbu beliau Dia meletakkan seruan agama bagi seluruh manusia, baik yang beriman dan kafir. Barang siapa yang beriman menjadi Ummat al-ijaba dan bagi yang tidak percaya adalah Ummat ad-da`wah. Ummah yang tidak menanggapi dan keduanya adalah Ummah sang Nabi dan untuk Ummah menjadi Ummah itu artinya sang Nabi (saw) sudah mengetahui setiap individu dan tentang namanya dan segala sesuatu dalam hidupnya, segala sesuatu tentang orang itu sang Nabi (saw) mempunyai pengetahuannya.

Jadi Dia melapangkan qalbu beliau dengan sinar kewalian dan sinar-sinar dari cahaya surgawi dan menjadikan beliau sebuah lautan dalam pengetahuan surgawi dan perhitungan surgawi dan kekuatan surgawi dan haqiqat-haqiqat dari nama ar-Rahman dan ar-Rahiim. Dan dilain pihak beliau sudah dibukakan qalbunya oleh Sayyidina Jibril (as) agar Jibril dapat mengambil keluar tempat setan itu.
Ini dikatakan, dan kita akhiri dengan itu, bahwa Abu Hurayrah berkata, dariAbdullah ibn Ahmad dalam Zawai’d fii az-Zuhd dari Ubay bin K`ab bahwa dia bertanya kepada sang Nabi (saw), “Apa yang pertama kali kau lihat dari kenabian?”
Beliau duduk dan menjawab, “Apa yang kau tanyakan, aku berusia sekitar 20 tahun beberapa bulan dan tiba-tiba aku mendengar beberapa kata diatas kepalaku bahwa seorang laki-laki berkata kepada laki-laki lain, ‘Ahuwa am huwa – Apa itu dia?’ Aku mendengar mereka berkata seperti itu dan melihat mereka dan aku tidak pernah melihat wajah-wajah itu selama hidupku –mereka bukan manusia. Tapi ketika aku melihat ke ruh-ruh di surga dan bumi, aku tidak melihat mereka dalam ciptaan surgawi. Ini adalah sebuah makhluk yang tidak pernah aku lihat sebelumnya bukan malaikat dan bukan duniawi. Dan mereka bukan dalam makhluk yang telah diciptakan dan apa yang mereka kenakan tidak pernah aku lihat seorang pun mengenakan seperti itu dan mereka menghampiriku berjalan kaki dan setiap dari mereka memegang lenganku dan ketika mereka memegang lenganku aku tidak merasakan tangan mereka, seperti mereka tidak mempunyai tangan, tidak ada, seperti cahaya dan yang satu bicara kepada yang lain, ‘Baringkan dia.’ Dan mereka membaringkan aku. Dan yang lain berkata, “Buka dadanya.’ Dan satu dari mereka mendekati dadaku dan membukanya dan aku tidak melihat darah dan aku tidak merasakan sakit. Dan yang satu berbicara, ‘Akhraj al-ghilla wal hasad - keluarkan kecemburuan dan dengki.’ Dan dia mengambil sesuatu bagaikan sebuah gumpalan dan kemudian meletakkanya dan dia berkata kepada yang lainnya yang membuka dada beliau, ’Letakkan ke dalam raafa wa rahmat, belas kasih dan kasih sayang.’ ”
”Dan kemudian dia menekan kaki jempol kananku dan berkata ,’Bergeraklah dengan tenang.’ Aku segera bergerak dan aku merasakan belas kasih kepada kaum mudan dan aku meninggalkan kasih sayang kepada kaum dewasa, kaum tua.”

Aku akan mengakhirinya dengan itu, seperti itulah fisik insyirah as-sadr yang Allah sudah bukakan dada sang Nabi melalui itu dalam kehidupan fisik dan dalam kehidupan spiritual sebagaimana kita sebutkan sebelumnya.
Dan insya-Allah kita akan lanjutkan pada waktu berikutnya penjelasan Surat asy-Syarh itu. Bi hurmatil Fatih.



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Arsip Blog