Apakah Keuntungan dari Tidak Percaya/Tidak Beriman?
Sohbet Tanggal 3.6.07
Maulana Syeikh Nazim Adil Haqqani
As-salamu 'alaikum!
As-salam qabla-l kalam!...
Mereka melupakan Salam dan mereka tertinggal tanpa kedamaian mereka meninggalkan jalan kedamaian
A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim
Bismillahir Rahmanir Rahim,
La haula wa la quwatta illa bi-llahi-l Aliyu-l Azim!...
La haula wa la quwatta illa bi-llahi-l Aliyu-l Azim !
Ma sha Allahu kana wa ma lam yasha lam yakun [Apa yang Allah kehendaki terjadi akan terjadi dan apa yang Dia kehendaki tidak akan terjadi]!
Wahai manusia, kita adalah keturunan Sayyidina Adam – damai atas beliau dan atas Penutup para Nabi. Wahai manusia, mohonlah kepada Allah yang Maha Kuasa untuk memperbaiki kakimu di Jalan-Nya yang benar! Jalan yang Benar (adalah apa) yang diberikan kepadamu, menuntunmu ke Surga, oleh karena itu mohonlah untuk Jalan yang Benar! Jalan yang salah adalah menuntun manusia ke neraka!...
Dan ini adalah sebuah pertemuan rendah hati disini dan kau adalah hamba-hamba dari Tuhan-ku, Allah yang Maha Kuasa.
Wahai Grandsheikh kami, Madad, gapai kami dengan kekuatan spiritualmu! Jika kita tidak didukung oleh spiritualitas –spiritualitas itu bersama Grandsheikh- Grandsheikh kita. Mula-mula ini untuk Penutup para Nabi sallaLlahu alayhi wa sallam – dan kedua (ini) datang melalui para Nabi lain –(sebuah) Dukungan Surgawi yang menolongmu, menolong spiritualitasmu.
Apa yang sedang kau butuhkan sekarang?
Orang-orang sebaiknya mereka membutuhkan spiritualitas, kekuatas spiritual, (inilah) awal dari manusia pertama, Sayyidina Adam. Beliau datang bersama spiritualitasnya –yang (telah) dikenakan kepada beliau secara spiritual, kekuatan spiritual –dan beliau sudah diperintahkan oleh Tuhan Penguasa Langit, Allah yang Maha Kuasa, (yang) memerintahnya: Wahai Adam, perhatikan hamba-hamba-Ku, jangan kehilangan jalan mereka! Jika kau kehilangan jalanmu, kau baru saja kehilangan Surga! Jika kau kehilangan jalan itu, apa yang akan terjadi kepadamu? Jalan yang Salah akan membawa manusia ke nereka, jalan yang benar akan menuntun manusia ke surga.
Wahai manusia, sehari-hari kita menjadi semakin tua, tapi mereka berpikir seperti ini: Kami tidak akan pernah menjadi tua, selalu muda, kami selalu senang mengikuti hidup ini, dan mereka berpikir bahwa Hari Kebangkitan tidak pernah datang –dan kami semakin mendekatinya!
Ini sebuah pertemuan rendah hati dan kita meminta untuk membangun sebuah tempat bagi orang-orang untuk mengetahui (sesuatu) dan membangun diatasnya. Orang-orang berlarian mencari sebidang tanah kecil untuk membuat sebuah bangunan diatasnya. Mereka begitu senang, jika mereka menemukan sebidang tempat kecil, (sebidang) tanah kecil, untuk dibuatkan bagi dia dan keluarganya sebuah perlindungan, (sebuah) rumah. (Sebuah) rumah adalah pelindung bagi manusia, rumah tapi sebagian besar orang mereka tidak berpikir tentang ini; mereka tidak pernah peduli untuk mempunyai sebuah tempat spesial, sebidang tanah yang spesial, untuk menjaga dirinya dan anak-anaknya dibawah naungannya.
Orang-orang, orang-orang abad 21, mereka orang-orang yang mabuk! Orang yang mabuk artinya, 6 indera mereka berada dijalan yang salah. (Ke)mabuk(kan) membuat orang-orang tidak melihat secara pribadi atau mendengar secara pribadi; 6 indera mereka selalu memperlihatkan yang salah, tapi mereka berkata: Ohhh, kami begitu bahagia dengan indera kami, karena mereka mabuk.
Wahai orang-orang, bangunlah dari keadaan mabuk! Setiap nabi datang untuk membangkitkan manusia, karena manusia mabuk.
Dari masa Adam hingga saat ini ribuan Nabi datang dan misi mereka adalah berusaha membangunkan manusia, karena (seseorang) yang mabuk tidak pernah tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik. Dan kita benar-benar membutuhkan, kita butuh petunjuk melalui para pembimbing. Jika kau kehilangan pembimbingmu dan bimbingan mereka –selesailah, tidak berharga! Apa yang seharusnya berharga bagi orang itu, karena dia ada dijalan yang salah dan jalan yang salah sedang membawanya ke akhir yang buruk, bagi orang-orang.
Allah yang Maha Kuasa sedang menguji hamba-hamba-Nya; menguji, mengetes. Dia sedang menguji semua orang; kadang kala dengan kebaikan, kadang kala dengan keburukkan dan Allah yang Maha Kuasa mengamati, jika: hamba-Ku sedang berada disisi kebaikan atau menuju ke sisi yang buruk?
Dan mereka tidak pernah peduli dengan jalan mereka, kemana mereka akan pergi; tujuan, mereka katakana tentang (itu) di atas kertas. Ketika kau bepergian, mereka memberikan sebuah kartu dari kekuasaan keamana (security), dan (diatas kartu itu tertulis) keberangkatan dan lalu tujuannya: dimulai dari Larnaca, sebagai contoh, dan tujuanmu mungkin ke London, mungkin ke Perancis, mungkin ke Turki, mungkin ke Mesir. (Inilah) tujuan.
Bagi seluruh ummat manusia (apakah) tujuan yang sama dituliskan? Wahai manusia, kau harus bertanya (kepada mereka), siapa yang mereka ketahui, kemana mereka pergi, apa tujuan mereka: Timur atau Barat. Manusia melihat dan (lalu) menuliskannya.
Kini kita berada dimuka sebuah planet. Planet, jangan pikirkan itu, jika planet mana pun, (mereka semua) menuju ke tujuan yang sama, tidak! Bahkan mereka mengelilingi sistem matahari, mereka berputar, tapi ini tidaklah tujuan yang sama, (tapi) berbeda.
Berbeda, tapi jika kau melihat, kau berpikir bahwa semua dari mereka berada ditujuan yang sama. Tidak, tidak pernah! Dan kemudian –itulah pengetahuan yang paling penting (yang) kau dapat pelajari tentang dirimu sendiri dan tujuanmu-, tapi orang-orang saat ini, (mereka) yang memelihara kekuatan atas bangsa mereka, mereka tidak pernah mengajari kaum muda tentang tujuan mereka.
Mereka berkata: Jangan tanya! Makan dan minum –itu cukup bagimu. Lain (dari) itu, tidak perlu ditanyakan! Untuk apa kau bertanya? Kau bahagia dengan makan dan minum, berdansa, berlompatan –tidak apa-apa! Apalagi yang kau pinta lebih dari ini? Kau membuat dirimu sendiri bersenang-senang! Dan aturan filsafat mereka adalah: Wahai manusia, makan dan minum dan buatlah dirimu senang! Itulah aturan filsafat (mereka) yang mereka buat disetiap Negara, melalui sekolah-sekolah, memberi ide-ide kepada orang banyak, untuk ditanam dalam pikiran mereka, untuk melihat dan menerima bahwa (inilah) tujuan kita: Kau datang, makan, minum dan bersenang-senang, kemudian kau tiada.
Dan ketiadaanmu, ini (sebuah) iba bagi orang-orang untuk membuat mereka tidak percaya akan keabadian! Oleh karenanya, seluruh orang-orang beriman mereka datang dari hari ke hari, dari hari ke hari mereka berdatangan dan kedatangan mereka tidak sempurna. Tubuh mereka tidak membawanya dan (mereka) pecah dan mereka merasakan kesakitan disekujur tubuh, karena mereka mengikuti jalan para filsafat itu: Kau hanya berada satu kali disini dan tidak ada lagi kehidupan setelah kehidupan ini! Bersenang-senanglah dan (bersenang-senang) sebanyak yang kau bisa!
Dan dari hari ke hari, hari ke hari (mereka) memasuki sebuah kegelapan. Kegelapan –hati/qalbu orang-orang kafir dalam kegelapan! Mereka tidak bisa menikmati kesenangan, karena mereka berkata: Hari ini mungkin hari treakhirku dan besok aku tiada; hidupku baru saja selesai dan itulah membuat lingkup seluruh horizon ummat manusia dengan awan-awan gelap.
Ketika awan-awan gelap datang, kau tidak bisa melihat matahari, kau tidak bisa melihat bulan, kau tidak bisa melihat bintang gemintang –(maka) tidak ada harapan. Orang-orang tanpa harapan, mereka tamat! Mereka memberi dan mengijinkan hidup mereka itu menjjadi tidak bermakna. Itu memberi lebih banyak kegelapan dan juga begitu banyak penderitaan dan begitu banyak masalah datang ke hati/qalbu mereka, dan kemudian ke kepala mereka, datang, karena mereka berkata: Tidak ada yang melampaui kehidupan ini! Mereka memberikan diri mereka sendiri keputusan akhir, karena mereka orang-orang kafir, katakan: Hari ini mungkin hari terakhir hidupku, taua: besok hari mungkin hari terakhirku dan ini memberikan lebih banyak masalah dan mereka tidak sanggup untuk mencicipi apa pun dari kehidupan ini, bahkan mereka memakan semua makanan, mereka dapat melakukan (segalanya), (mereka) berpakaian dan hidup dalam jalan hidup mereka, kehidupan tingkat atas, kata mereka. Itu(lah) yang membuat mereka dipotong menjadi serpihan, karena mereka orang-orang tanpa harapan. Orang-orang tanpa harapan tidak bahagia, (dan) orang-orang yang tidak berbahagia tanpa harapan.
Harapan –Allah yang Maha Kuasa mengirimkan kepada para hamba-Nya harapan dan kabar gembira; setelah harapan itu (adalah) menjadikan harapan menjadi kenyataan dan kenyataan (haqiqat) adalah keabadian! Keabadian adalah haqiqat sejati, tapi kini orang-orang mengikuti Setan dan Setan membuat mereka menjadi tanpa harapan; Jangan percaya/beriman pada apapun! Apa untungnya, jika aku tidak beriman? Apa untungnya, jika kita mendengarkan Setan - na 'udzu bi-llah - dan Setan berkata kepada mereka: Tidak ada harapan untuk kehidupan kedua! Jangan percaya! Biarlah menjadi sebuah jalan! Setan,omongan setan, setan sedang memberi saran kepada orang-orang: Jangan beriman pada kehidupan kedua! Apa untungnya! Tidak ada keuntungan!
Tapi bagi kaum beriman –seluruh orang beriman mereka penuh dengan harapan. Apa kau pikir orang-orang tanpa harapan itu dan orang-orang penuh pengharapan sama? Satu wajah bersinar, wajah lain yang datang lebih banyak kegelapan, gelap, gelap, gelap, kutukan itu datang atas mereka, karena mereka tanpa harapan. Orang-orang penuh pengharapan kau bisa katakan, mereka bisa katakan: Tidak ada kehidupan kedua, jangan percaya!
Datang sebuah kelompok materialistis, orang-orang atheis kepada Sayyidina 'Ali - Allah memberkahi beliau – dan berkata:
Wahai 'Ali, Wahai Imamu-l Muslimin, kami datang untuk melakukan sebuah percakapan denganmu tentang suatu hal, dan kami tahu, jika kau berada dijalan yang benar, kehidupan benar yang rutin, jalan benar atau jalan salah atau kami berada dijalan yang benar dan kau dijalan yang salah!
Imam 'Ali - Allah memberkahi beliau, berkata: Ya, kau boleh bertanya apapun. Semuanya bisa ditanyakan, tidak masalah!
Dan mereka mulai bertanya:
Wahai Imamu-l Muslimin, 'Ali! Kau adalah Imam dan kita sebut seorang yang cerdas. Bagaimana tentang diri kami dan kaum kami? Kami adalah sebuah kelompok orang, kami, kehidupan rutin kami adalah, tidak membuat rintangan apa pun didepan ego kami, diri kami sendiri.
Ibahiyun , itu artinya membuat segala sesuatu bagi mereka halal, kau dapat lakukan itu, kau dapat hidup seperti yang kau suka. Kami tidak mengerti dari halal dan haram; jalan kami adalah menjadikan semuanya halal bagi diri kami; kami tidak membuat rintangan apapun di depan ego kami. Tapi kau, kalian sebuah kelompok orang, kau katakan kau adalah Muslim, dan kau percaya pada sesuatu yang membuat sebuah bagian besar penghalang di depan keinginan-keinginan fisikmu. Itu yang kau katakan. Ini halal, itu haram. Kau mencegah dirimu sendiri sedemikian rupa, kau tidak bisa lakukan itu, kau tidak bisa memberikan kebebasan penuh bagi ego-egomu untuk melakukannya atau hidup sebagaimana mereka minta untuk hidup. Dan juga, kau percaya dengan kehidupan setelah mati; itu kehidupan setelah mati untuk dipercayai dalam surga dan neraka dan kami tidak melihat surga atau pun neraka; kami hanya mendengar beberapa orang berbicara itu [disana] menjadi Hari Akhir, seharusnya dalam perhitungan Hadirat Illahiah dan orang-orang yang baik masuk ke surga, orang-orang melakukan dosa masuk ke neraka. Kita tidak peduli dengan itu, tapi kita menyukai hidup seperti yang kita mau!
Itulah ibahiyun : menjadikan segala sesuatu halal bagi mereka.
Lalu Sayyidina 'Ali - Allah memberkahi beliau - menjawab: Oh! Isma, dengar! Perhatikan, apa yang kami katakana! Aku memberikan (sebuah) jawaban kepadamu! Aku bertanya kepadamu: Menurutmu bahwa akan datang satu hari [ketika] kau dan dirimu adalah sama, pada keadaan yang sama, pada tingkat yang sama?
Mereka menjawab (Ya,) –mereka tidak bisa berkata tidak!
Satu hari, artinya ketika kau sekarat, kau dan orang itu, yang ini beriman dan yang itu kafir. Menurutmu: Hari Akhir, ketika kau meninggalkan hidup ini, apakah kau membawa sesuatu dari kesenanganmu yang kau lakukan sebelumnya bahwa semua halal bagi dirimu? Menurutmu apakah kau dianugerahi kebahagiaan pada Hari Akhir? Mereka menjawab: Tidak.
Menurutmu kalau kami, kini kami orang beriman, beriman dan kami membawa -sebagaimana kau katakan- kita tidak mengatakan (kalau) itu sebuah beban atas diri kami untuk beribadah, tidak, kami melakukannya karena cinta. Kita tidak dipaksa untuk melakukan penghambaan dengan kekerasan, tapi kami melakukan shalat kami dengan cinta. Jika hari itu dimana hidup kami selesai, apa kau pikir bahwa kau membawa sesuatu dari kesenangan saat kau berada didalamnya? Dan apa kau pikir bahwa (kami, yang) peduli untuk patuh kepada Allah yang Maha Kuasa, kami kehilangan sesuatu?
Mereka menjawab: Tidak.
Itu artinya kau dan dirimu sendiri akan menjadi sama pada hari itu. Artinya kau tidak pernah menghasilkan apapun dan kami tidak pernah kehilangan apapun. Nol; kau menjadi nol, berakhir nol, kita datang hidup dan berakhir di nol!
Kini –kau menjawab ya dan kami berkata ya. Perhatikan! Jika [pada] hari itu, yang datang kepada semua orang, jika hari itu kita akan mencari, apa yang telah kita imani dan harapan bagi kehidupan abadi dan kekal- bagaimana dengan dirimu sendiri?
Apa kau pikir bahwa kau menghasilkan sesuatu, karena kau tidak beriman dan tidak shalat? Kau dapat berkata tentang ini?
Mereka menjawab: Tidak.
Kami beriman dan kami melakukan yang terbaik, sebagaimana Perintah Surgawi memerintahkan diri kami, dan akan membuka pintu-pintu (ke) sebuah kehidupan baru, hal itu sudah dituliskan: Kehidupan abadi dan kekal. Apa yang kau pikirkan: jika keyakinan kita itu yang kita imani, menjadi benar dan keyakinanmu menjadi salah dan selesai, apa seharusnya posisimu? Dan membuat Sayyidina 'Ali dengan tangan beliau seperti ini (mengetuk) orang-orang atheis.
Pikirkan itu! Jika bukan apa-apa, kau tidak menghasilkan sesuatu dan kami tidak kehilangan. Tapi jika ada kehidupan abadi dan kekal, kau kehilangan itu dan kami menggapai kekekalan! Kau harus memikirkannya! Apa pertanyaanmu yang kedua?
Mereka berkata: Oh...! Dan beliau sedang duduk memukul-mukul kepala beliau tak tak tak membuatnya seperti ini (di) kepala beliau, karena jari Sayyidina 'Ali seperti palu –tak tak tak. Kau harus memikirkannya! Dan (mereka) berkata: Wahai Imamu-l Muslimin, Wahai orang yang terhormat, Wahai orang yang sangat cerdas yang kami temui dimuka bumi sekarang! Kau memberikan kami sebuah pelajaran yang tidak seorang pun dapat memberikan sebuah pelajaran seperti itu dan kami tidak pernah memikirkannya dan mencari jawaban ini! Dan kami berkata mengikutimu juga: Asyadu ala ilaha ill-Allah, ill-Allah, ill-Allah, wa ana Sayyiduna Muhammadan 'abduhu wa habibuhu wa rasuluh !
Al-jannatu haqqun, wa l-naru haqqun, was saatu atiyatun la raiba fiha wa anna-llaha yabatsu man fi l-qubur laqannaka ma hadza l-talqin
Itulah keyakinan kita. Kita memberikannya kepadamu juga. Jagalah dan kau seharusnya bahagia disini dan Akhirat! Dan semua dari mereka mulai menyerah, menerima Islam dan Allah yang Maha Kuasa mengenakan mereka kehormatan menjadi Muslim.
Semoga Allah mengampuni kita dan menganugerahi kita, apa yang Dia janjikan: kehidupan abadi bagi kita, untuk menggapai keabadian! Wahai orang-orang, dunya ini (sedang) sekarat, pikirkan itu!
Semoga Allah mengampuni kita! Demi kehormatan yang paling terhormat dalam Hadirat Illahiah-Nya, Sayyidina Muhammad sallaLlahu alayhi wa sallam, Fatiha!
Sumber : milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com posted by Sri Rahayu Handayani