Minggu, 31 Mei 2009

Suhbat Tanggal 18 Februari 2007

Suhbat Tanggal 18 Februari 2007
Mawlana Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
Zawiya Oakland


[Mawlana Zubayr: "Aku hendak membaca satu naat kemarin tetapi batang leherku tercekat dan aku tidak bisa melakukannya."]

Bukan, itu bukan karena batang lehermu tercekat; itu karena satu Wahhabi ada disini mengambil energimu. Kau harus menyadari dengan para Wahhabi yang meracuni dengan energi negatif mereka.

[Mawlana Zubayr membaca naat…]

A'udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim

Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim

Nawaytul-arba'iin, nawaytul-'itikaaf, nawaytul-khalwah, nawaytul-riyaada, nawaytus-suluuk, nawaytul-uzlah lillahi ta'ala fii hadzal-masjid

Kemarin dalam sesi sebelumnya, (ini bukanlah tafsir al-Qur'an) kami menjelaskan tentng awliya dan khususnya apakah wali itu. Ini bukan seperti pemikiran kita kalau kewalian adalah sesuatu yang mudah. Kewalian mustahil diperoleh dalam situasi yang sangat rileks…mustahil diperoleh…karena sang Nabi (saw) pernah berkata, "laa raahata fiid-diin." – "Tidak ada istirahat dalam agama." Artinya kau harus selalu melakukan lebih dan lebih lagi. Kau tidak dapat berkata, "Aku melakukan ibadah shalat 5 kali sehari kini aku tidak melakukan apa-apa." Awliyaullah tidak melakukan atau berkata seperti itu. Setelah mereka selesai melakukan ibadah Fajr, mereka mempunyai awraad (amalan) lain untuk dikerjakan. Kemudian mereka melaksanakan shalat zuhur dan antara waktu zuhur dan 'Ashar mereka mengerjakan hal-hal lain. Mereka melakukan rangkaian ibadah terus menerus dan rangkaian tersebut laksana sebuah mesin yang selalu berputar. Mesin itu bukan hanya berputar tapi saat berputar, ada sebuah poros yang mirip dengan pergerakan bumi. Awliyaullah dideskripsikan sebagai bumi, karena bumi dicengkram bersama-sama semua yang telah meninggal. Seorang wali adalah seorang pewaris dari semua yang ditaruh dibumi, meliputi mereka, karena mereka semua ada didalamnya. Allah (swt) melarang bumi untuk memakan jasad mereka, sebagaimana Dia sebutkan tentang jasad para Nabi. Tidak bisa. Bahkan bumi tidak bisa memakan jasad para pewaris sang Nabi (saw). Bumi tidak bisa memakan jasad para wali, awliyaullah, tidak juga bisa memakan peti-peti mati mereka; kau dapat menemukan mereka seakan kau baru menguburkannya.

[Subhanallah]

Dan berapa banyak kejadian yang aku lihat dengan mata kepala sendiri saat mereka membuka kuburan-kuburan berusia 500 tahun, 600 tahun, 700 tahun … peti-peti mati wali … dan kau lihat mereka seperti baru hari ini dikuburkan. Aku menyaksikan 2 dari itu tapi aku banyak mendengar kejadian ini. Ada awliya lain dengan tingkat lebih tinggi. Mereka tidak ingin dikenali meskipun mereka adalah wali, jadi mereka membolehkan bumi untuk memakan tubuh mereka. Mereka awliyaullah; bahkan mereka tidak ingin disebut-sebut karena mereka tidak tertarik. Ketertarikan mereka hanyalah Allah (swt) - itulah tingkat awliyaullah yang sangat tinggi. Inilah yang mereka suka dan jika Allah (swt) menyukai, Dia menjaga mereka dan bumi tidak memakan jasad mereka.

Jadi sang Nabi (saw) mewariskan, memberikan pengetahuan itu kepada awliya. Mereka yang hidup mampu mewarisi dari setiap orang yang telah wafat. Itulah kenapa pengetahuan semakin meningkat. Barang siapa yang hidup mewarisi dari semua yang sudah wafat sebelumnya. Seperti banyak wali yang telah wafat sebelumnya, mereka mewarisi dari wali sebelum mereka. Ini tidak tersembunyi karena awliyaullah saling berkomunikasi. Mereka mengelilingi siang dan malam mereka seperti bumi yang berputar pada porosnya, apakah poros mereka? Ada satu yang aku sebutkan kemarin. Itulah poros utama yang dapat mereka putar dan itulah turbin bagi mereka. Sebagaimana sang Nabi (saw) berkata, "ad-diinu nasiiha," - "agama dalam makna umum adalah nasehat". Terserah kau ingin mengambil nasihat itu atau tidak, namun ketika kau semakin dalam mencari poros dari turbin mesin, maka ini bukan lagi nasiiha. Sebagian orang mengikuti dan sebagian lagi tidak; sebagian orang tidak suka mengikuti. Sang Nabi (saw) berkata, "ad-diinu nasiiha" - jadi, jika kau ingin mengetahui apakah agamamu baik bagimu atau tidak, pergi dan mintalah nasihat. Dari manakan kau mendapatkan nasihat ini? – Kau mendapatkannya dari seorang guru. Mungkin saja guru tersebut adalah seorang guru `ilm azh-zhaahir, itulah` ilm azh-zhaahir - diluar pengetahuan: apa yang dapat kau lihat - bukan hanya `ilm asy-Syari`ah. Tetapi jika kau ingin pergi ke turbin atau mesin dimana awliyaullah pergi kemudian tidak ada lagi pilihan, kau harus mengikuti - ittiba`. Mengikuti langkah-langkah kaki - dari manakah itu datangnya? Itu datang dari cinta. Turbin dan poros untuk awliyaullah adalah cinta.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Qul in kuntum tuhibbuuna Allah fat tabi'uunii yuhbibkumullah.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." [Ali 'Imran (3):31]

Allah (swt) berfirman, "Ya Muhammad, katakan kepada mereka, beri mereka rahasia!" Tidak ada lagi nasihat disini, Dia yang mengatakannya kepadamu, tidak seperti sang Nabi (saw) yang mengatakan, "ad-diinu nasiiha." Dia berfirman, Qul, ya Muhammad (saw) – "Katakan!" Ini syart, sebuah syarat; jika kau benar-benar mencintai Allah (swt), lalu apa mesinnya? Inilah cinta. "Jika kau benar-benar mencintai Allah," ada sebuah syarat disini: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku," – "fat tabi'uunii, ittiba."

Kau lihat pada beberapa bandara udara, tapi beberapa disana ada sebuah mobil dan tertulis "ikutilah aku." Pesawat mengikuti mobil itu sampai pesawat berada disuatu wilayah yang dituju dan para penumpang turun. Kini, kau mempunyai jalur pesawat jet dimana para penumpang turun, tapi sebelumnya mereka harus mengikuti mobil yang bertuliskan "ikuti aku." Jika kau tidak mengikuti kau bisa terjegal.

Kemudian Allah (swt) memberitahukan kepada manusia, "Ya Muhammad, katakan kepada mereka untuk mengikuti-Ku."

قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Qul bi fadlillahi wa bi rahmatihi fa bi-dzaalika fal-yafrahuu, huwa khairum mimma yajma`uun.

Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". [Yunus (10):58]

Ucapkan Wahai Muhammad, di lain kesempatan, "Dengan Kemurahan dan kasih sayang Allah biarkan mereka bergembira." Biarkan mereka bersenang-senang dan ulama dari Ummah ahl as-Sunnah wal-jama`ah berkata bahwa wa bi rahmatihi merujuk kepada sang Nabi (saw) - bahwa dialah sang Nabi (saw) - dan mereka mengambil ayat Qur'an [sebagai bukti kebenaran] untuk Mawlid an-Nabi (saw), dan katakanlah bahwa Allah (swt) memerintahkanmu untuk bersenang-senang karena Allah (swt) mengutus Nabi (saw) sebagai rahmat.

Jadi, kita harus bergembira karena cinta itu. Bergembira berarti: duduk seperti itu dan berkata "Aku bergembira?" Saat kau bergembira, kau harus melakukan beberapa gerakan. Jadi dalam rahmat Allah (swt) kau menari. Ketika seorang Baduy bertanya kepada Abu Bakr as-Siddiq, "Kapankah Hari Kiamat?" sang Nabi (saw) bertanya, "Apa yang kau siapkan untuk Hari Kiamat?" dan dia menjawab, "Cintamu,". Sang Nabi (saw) menjawab, "Itu cukup." Kemudian Abu Bakr as-Siddiq menari; dia berputar dengan bahagia. Kecintaan terhadap sang Nabi (saw) cukup untuk membawamu ke Surga. Jika kau sungguh-sungguh mencintai Allah (swt), ikuti sang Nabi (saw). Kemudian kau sungguh-sungguh mencintai Allah (swt). Terutama bagi kaum muda, mereka harus menjaga pikiran mereka dengan figure kepahlawanan Nabi Muhammad (saw), kebesaran beliau.

Kita tidak lagi berada dalam ad-diinu nasiiha. Itu untuk khalayak umum. Untuk awliya adalah `ittiba. Apakah `ittiba? - Melakukan shalat 5 waktu? Bukan, kau wajib mengerjakan shalat 5 waktu. Sang Nabi (saw) mengerjakan shalat hingga kakinya bengkak. Beliau shalat di siang dan malam hari.

A'udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim

[Syaikh Sahib membaca ayat pertama Surah Al Muzzammil]

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

Yaa ayyuhal Muzammil. Qumil laial illaa qaliilaa. Nisfahuu awinqush minhu qaliilaa. Au zid `alaihi wa rattilil qur-aana tartiilaa

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. [Al Muzzammil (73):1-4]

Allah (swt) berfirman, "Wahai kau, yang berselimut, bangunlah sebentar dari tidur malam, nisfahu aw anqus minhu, setengahnya atau kurangilah sedikit daripadanya. Kau beribadah kurangilah atau lebih dari setengah itu sedikit dan bacalah Al Qur'an."

Itu artinya kalau untuk sang Nabi (saw) seluruh malam beliau adalah dalam ibadah. Jika malam beliau adalah ibadah, bagaimana dengan siang hari beliau? Orang-orang tidur dimalam hari - mereka tidak melakukan ibadah malam. Jika Allah (swt) berfirman kepada sang Nabi (saw) untuk beribadah dimalam hari, tentu artinya kau juga beribadah disiang hari.

Jadi sesungguhnya, 'ittiba berarti melakukan apa yang sang Nabi (saw) lakukan. Mereka tidak punya waktu untuk bicara kepadamu; mereka semua sepanjang waktu melakukan ibadah. Ibadah itu juga bukan hanya shalat tapi duduk berdampingan dengan seseorang; itulah bagian terberat. Duduk berdampingan dengan orang lain sangatlah susah. Saat mereka duduk, mereka membawa beban-beban orang-orang tersebut. Mereka harus membawanya. Awliyaullah mempunyai energi sangat besar. Mereka mempunyai energi sangat besar yang mereka peroleh dari ibadah-ibadah malam dan siang hari. Dan mereka membawa energi negatif dari manusia. Mereka tidak berkata "tidak". Mereka mendengarkan dan mendengarkan dan kadang kala mereka tidak mau duduk dengan orang lain karena mereka sepenuhnya ambruk.

Satu bulan yang lalu sebelum aku mengunjungi Mawlana di Siprus, mereka menelpon dari Siprus. Putraku berkata, "Oh, kakekku sangat sakit." Dia baik-baik saja; kami sudah bicara sehari sebelumnya. Kami menelpon balik dan tidak bisa bicara dengan Mawlana Syaikh; mereka berkata beliau sedang duduk dan tidak bisa bergerak. Mereka berkata beliau seakan sedang pingsan. Kemudian kami mengatur agar Hajjah bicara dengan beliau. Beliau berkata, "Aku tidak berenergi lagi." Mengapa? Beliau berkata, "Aku tidak akan menyebutkan siapa, tapi sebuah delegasi mufti dari sebuah Negara di Eropa, bukan di Eropa tapi ditempat lain… mereka datang kepadaku dan duduk bersamaku selama 5 jam. Mereka penuh dengan energi negatif. Semua bicara kepadaku dan aku tidak mampu bergerak lagi." Jadi, beliau harus istirahat. Inilah sebuah contoh bagaimana, untuk awliyaullah, mereka duduk dengan orang lain adalah ibadah. Mereka menjadikannya lebih mudah pada orang itu dan menjadikan diri mereka berada dalam kesulitan karena kecintaan kepada Allah (swt) dan kecintaan kepada sang Nabi (saw). Nabi (saw) bersabda, "idkhaal as-suruur fii qalb al-abd min al imaan" - Untuk menjadi hamba Allah (swt) adalah dari iman. Wali itu berusaha membawa energi negatif dari mereka dan memberikan mereka energi positif agar mereka senang. Itulah mengapa pertemuan dengan orang-orang atau dengan murid adalah sebuah bentuk ibadah. Sang Nabi (saw) pernah berkata bahwa tersenyum kepada saudaramu adalah sadaqah. Oleh karenanya, senyum mereka adalah sebuah bentuk ibadah.

Allah (swt) menjadikan mereka sebagai mesin bagi Ummah. Perhatikan apa yang dikatakan Sayyidinna Bayazid al-Bistami dalam munajaatnya. Beliau berkata, "Wahai Allah, nafsku, egoku, diriku… tatlub al-ladha, ladhat ad-dunya. Jadi jika diri kita menginginkan kesenangan dunya lalu kita tahu bahwa kita bukanlah apa-apa, karena banyak pertimbangan yang menjadikan mereka awliya besar, masya-Allah. Mereka hanya tahu sedikit, lalu mereka menjadi awliya. Awliya tidak perlu tahu apa-apa - Allah akan memberikannya. Ini bukan apa yang kau pelajari dari kertas-kertas (buku) - inilah inspirasi yang datang ke hati.

Beliau berkata, "Ya Allah, nafsku menginginkan kesenangan dunya dan jiwaku tatlub ladhat al-jannah, mencari kesenangan surgawi." Jadi apa yang pertama kali beliau ucapkan? "Diriku menginginkan kesenangan dunya dan jiwaku menginginkan kesenangan jannah." Kini Abu Yazid bertanya kepadamu.

Ini bukan lagi diri yang menginginkan kesenangan dunya atau jiwa menginginkan kesenangan jannah, tapi mohonlah, "Kau-lah puncak tujuanku, anta maqsuudi, Aku mohon kepada-Mu, Ilaahii."

Beliau juga berkata,, "Ya Allah, aku memohon 3 hal ini: egoku meminta kesenangan dunya dan jiwaku meminta kesenangan jannah dan aku menginginkan-Mu."

"Namun jika aku mencari kesenangan dunya, aku seorang pembangkang dan jika aku mengikuti kesenangan jiwa, aku akan tulus seperti orang-orang yang menginginkan akhira dan jika aku mengikuti apa Abu Yazid inginkan, aku akan berada ditengah-tengah mujahidiin dalam jalan-Mu." Bukan seperti mujahidiin zaman sekarang, berperang, tapi berperang dalam jalan perjuangan. Ketiga hal ini mempunyai kehendak didalamnya. Artinya, "Aku tidak tunduk kepada-Mu dengan benar, Ya Rabbi. Jadi, jika aku memohon kepada-Mu, aku masih memohon." Ini adalah iraada: sebuah hasrat. Ini masih belum menunjukkan kepatuhan. Kepatuhan, taslimiyya, tidaklah mempunyai sebuah kehendak didepan kehendakmu. Artinya "Aku tersesat. Aku…[lalu dia menundukkan kepalanya] aku tidak akan berkata apa-apa… kau lakukan apa yang kau inginkan." Dia tidak tahu harus berbuat apa, dia terhunjam. Ketiganya mempunyai sebuah kehendak didalamnya dan dia tidak ingin mempunyai satu kehendak pun.

Pada saat itu, spiritualitas Syaikhnya muncul. Siapkah Syaikh beliau? Sayyidina Ja`far as-Saadiq. Beliau muncul dan berkata, "Ya Abayazid! Munajaat-mu telah didengar. Munajaat-mu telah mencapai sang Nabi (saw) dan sang Nabi (saw) mengirimnya ke Hadirat Ilahiah. Munajaat-mu telah mencapai dimana it harus dicapai. Kini, kau harus menghentikan kehendak-kehendakmu. Tiga buah kehendakmu dan kini kau menunggu kehendak apa yang datang dari Allah (swt); apa yang Allah (swt) inginkan."

Kini, kau tahu bahwa kau harus patuh kepada Kehendak Allah (swt) dan tidak ada apa-apa dalam genggamanmu. Kau yakin akan hal itu. Itu artinya bahwa kau telah mati. Kau telah wafat; kau tidak pernah patuh kepada Allah (swt) kecuali ketika kau wafat. Kau masih melawan. Namun ketika kau telah wafat –tamat – itulah kepatuhan penuh. Tidak ada cara lain; kau telah tamat. Allah (swt) memanggilmu. Itulah kepatuhan. Awliyaullah, seperti Sayyidina Bayazid al-Bistami, mati sebelum mati. Mereka telah mati di dunya.

Jadi, awliyaullah yang masih hidup, mewarisinya. Aku tidak akan menjelaskan dengan detil hal tersebut; kita akan masuk ke pembahasan itu lain waktu. Awliyaullah yang diwarisi kini masih hidup dan mewarisi rahasia-rahasia tersebut. Ini tidak mudah untuk datang dan berkata kepada semua orang adalah wali. Tidak semua orang wali - semua orang bergerak digaris tersebut tapi mencapai wali tidaklah begitu mudahnya. Mungkin saja setiap orang berusaha namun ini tidak dapat diakses dengan gaya hidup seperti ini.

Awliyaullah mempunyai skala-skala yang sangat halus. Kau tahu para tukang emas mempunya skala yang sangat halus, untuk memastikan bahwa mereka tidak akan kehilangan apa-apa, karena perhiasan sangatlah mahal. Skala untuk awliyaullah begitu halus sehingga mereka bahkan dapat mengukur berat seutas rambut. Jika berat seutas rambut lebih berat disatu sisi, lebih berat pada sisi jahat dibandingkan sisi baik, mereka tidak akan pernah mencapai wilaya. "Sisi jahat" bukan diartikan sebagai perbuatan jahat, tapi itu artinya bahwa jika kepatuhan mereka belumlan 100%, maka mereka tidak akan mencapai tingkat kewalian. Oleh karenanya ini tidaklah mudah; ini sangat sulit.

Ini, seperti yang saya katakan kemarin, tidak bisa diperoleh kecuali dengan suluk dan perintah-perintah berbeda yang datang dari satu perintah ke perintah lainnya dan ini bukanlah sesuatu yang kau baca, kemudian pada akhir tahun, kau lulus ujian, dan menjadi seperti yang mereka lakukan dalam pelajaran-pelajaran Islami…seperti kau menjadi seorang dokter. Dalam spiritualitas tasawwuf, tidak ada dokter … tidak ada PhD. Adakah sesuatu diatas PhD? Tidak ada? Tidak ada kecuali kau melakukan bidang lain dan bidang lain, seperti saudara kita disini yang mempunyai 10 PhD. PhD … Ada satu dan kemudian selesai dan hilang.

Dalam wilaya tidak ada PhD. Itu selalu naik… meningkatkan… selalu bertambah tinggi dan tinggi. Jadi awliyaullah dalam setiap kesempatan jika kau suka kami mengatakannya dalam setiap decade atau dalam setiap periode waktu, pengetahuan semakin meningkat.

Jika kita menghadiri sebuah pertemuan, disana tidak ada nasiha. Bimbingan bukanlah nasiiha. Nasehat adalah satu hal dan bimbingan adalah hal yang lain. Bimbingan seperti dia yang membimbingmu melintasi sebuah kanal atau menavigasimu melalui teknisi teknologi - kau dapat menelpon mereka dan kau tidak tahu bagaimana menggunakan komputermu, jadi kau melakukan ini dan menekan tombol ini, menekan tombol ini… Kau dapat melakukan sendiri? Tidak? Cobalah. Kau tidak bisa melakukannya sendiri.

Jadi, awliya seperti teknisi teknologi. Mereka membimbingmu kemana hendak pergi. Mereka berkata, "Baiklah, tekan tombol ini." Kita mempunyai tombol - 366 buah tombol dalam tubuh kita: 366 buah tombol. Jika satu titik tidak seimbang, maka seluruh sistem tidak seimbang, baik spiritual maupun fisik. Grandsyaikh menjelaskannya dengan lengkap pada satu waktu. Jadi, titik-titik tekan ini, ketika kau menekannya - tidak seperti dalam pengobatan China atau chiropractor (orang yang menyembuhkan penyakit dengan pengobatan tulang punggung .penerj) dan lainnya - tapi ada tombol-tombol spiritual yang dapat kau tekan seperti pada komputer. Ada titik-titik yang kau tekan pada komputer dan segera energi pindah disana dan dengan segera chip ini, silikon (apapun sebutan yang kalian gunakan) ini, membuat energi ini bergerak; dari "0" ke "1" atau dari "1" ke "0". Tekan mereka untuk memberikan angka berbeda. Awliyaullah menaruh tekanan pada jiwamu ketika mereka membimbingmu agar kau akan meraih apa yang kau butuhkan; dimana kau butuh digapai. Ketika mereka menekan sebuah tombol, beberapa inspirasi muncul dalam hati: itulah mengapa kau memperoleh inspirasi. Jika kau tidak mengikuti seorang guru, atau pembimbing, kau tidak akan mendapat inspirasi seperti jika kau mengikutinya. Kau membutuhkan inspirasi­- inspirasi ini untuk mengatur komputer yang ada dalam hatimu.

Beliau mengatakan bahwa pertemuan-pertemuan yang membawa murid ke tingkat yang lebih tinggi adalah ibadah. Beliau berkata, "Jangan dengarkan siapa yang bicara -dengarkan apa yang dibicarakan didalamnya." Beliau juga berkata, "Aku tidak membuka mulutku jika sang Nabi (saw) tidak memberikan inspirasi ke dalam hatiku. Apapun yang diinspirasikan dan informasi yang datang, aku membacanya bagi kalian; bukan hanya membacanya tapi aku akan membawamu dan menaikkanmu ke tingkat inspirasi tersebut." Apapun inspirasi atau informasi itu yang beliau bicarakan tentang surga atau dalam ibadah, kau akan dinaikkan ke tingkat meski kau hanya mendengarkan. Itulah mengapa sang Nabi (saw) berkata, "taffakaru sa`atin khairan min `ibaadati saba`iin sannah - untuk memikirkan sesuatu yang Allah (swt) ciptakan lebih baik dibandingkan beribadah selama 70 tahun."

Itu tidak berarti kau tidak perlu beribadah tapi itu artinya bahwa dengan pikiran dan tafakkur kau akan memperoleh kenaikan tingkat-tingkat tinggi. Artinya bahwa asosiasi-asosiasi seperti itu akan membawamu begitu cepat untuk memperoleh kenaikan tingkat-tingkat tinggi.

Seperti seekor semut yang butuh mencapai dari timur ke barat… Barapa tahunkah dia dapat menyelesaikannya? Ia mungkin akan mati sebelum mencapai tujuannya. Baiklah, jangan memakai analogi itu, pergilah dengan menunggang seekor kuda. Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk pergi dari timur ke barat - atau pergi dengan pesawat terbang… Awliyaullah tidak membawamu dengan kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya, dokter, adalah satu detik dari kecepatan yang mereka pakai untuk membawamu. Kecepatan cahaya kira-kira, (kami tidak mau lebih dalam membahas ilmu fisika/alam), tergantung, tapi dia mengoreksi saya sebelumnya… ini 300 kilometer per detik. Awliyaullah mungkin membawamu dengan kecepatan 3 juta kilometer per detik - Mereka tidak punya batasan. Itu tergantung berapa banyak kau sanggup bergerak. Tentu saja, kita adalah "0" dan tidak dapat bergerak namun dengan dorongan mereka, seperti ketika mereka mendorong shuttle naik. Itu tidak bisa bergerak sendiri, jadi apa yang mereka lakukan dengannya? - Dengan sebuah pendorong. Merekalah pendorong, awliyaullah. Mereka membawamu naik dan bergerak dengan kecepatan mereka namun kadang-kadang kau tidak dapat pergi dengan kecepatan mereka karena kau belumlah siap. Ketika kau sudah mencapainya tabir-tabir akan terkuak, dan kita lanjutkan dilain waktu denga harapan dapat menguak tabir-tabir ini, bi-hurmatil Fatiha.

Kami berusaha menyelesaikan hari ini, tapi kami sudah membaha suhba Grandsyaikh ini hampir 10 buah sohbet dan hari ini aku berusaha menyelesaikan 7 buah halaman tapi aku hanya selesai setengah halaman.

Inilah pengetahuan yang tidak kita ketahui namun pertemuan-pertemuan seperti ini penting dilakukan terus menerus. Ketika pertemuan-pertemuan seperti ini dilakukan dan selesai, kemudian kau duduk pada suatu tingkat. Bagaimanapun, jika kau bergerak terus menerus, kemudian kau ada ditangga yang mereka gunakan untuk naik ke atas. Kadang-kadang kau menaiki tangga 10 atau 15 langkah dan lalu kau berhenti. Kemudian, setelah 10 atau 15 langkah kau lanjutkan, namun anak tangganya bisa saja membusuk dan patah, jadi kau harus mulai dari awal lagi. Itulah mengapa sohbet penting untuk Syaikh. Itulah mengapa catatan-catatan penting. Jika kau berhenti, lalu kau berhenti naik. Itulah mengapa penting untuk mencatat atau mendengarkan sohbet yang diberikan, seperti itu akan menjagamu selalu naik ke atas. Sebagian orang berkata, "Oh, aku sudah mendengar itu… Tidak butuh mendengarkannya lagi." Kau harus tetap mendengarnya. Mungkin saja ketika aku membaca buku catatan ini lebih dari 15 kali dan setiap kali aku membacanya, manifestasi yang datang berbeda: tidak sama.

Itulah mengapa Grandsyaikh dan Mawlana Syaikh berkata, "Jika aku menyebutkan sebuah cerita dan aku menyebutkan hal yang sama seribu kali, maka itu datang dengan sebuah manifestasi berbeda setiap kalinya dan itu datang dengan sebuah tajalli berbeda setiap kalinya. Tidak pernah sama. Seperti ketika kau mengalami kenaikan, maka maknanya berubah. Kau ada ditingkat ini, tingkat primer, lalu kau memahami satu makna. Dan kau pergi ke sekolah sekunder dan kau memahaminya dengan berbeda. Kau pergi ke sekolah menengah dan kau masih memahami dengan berbeda. Satu waktu seorang imam naik ke atas minbar dan melantunkan Fatiha dan menjelaskannya. Dia kemudian berkata bahwa ini makna Fatiha bagi khalayak umum. Kemudian dia membaca Fatiha dan menjelaskannya dan dia berkata, "Ini bagi ulama." Lalu dia membacanya lagi dilain waktu dan menjelaskannya dan berkata, "Penjelasan ini bagi awliya." Lalu dia membacanya lagi dan menjelaskannya dan berkata, "Penjelasan ini dari khawaas min al-khawaas min al-awliya -Yang elit dari yang elit." Lalu dia membacanya lagi dilain waktu dan tetap memberikan penjelasan dan makna dan berkata, "Penjelasan itu bagi seorang yang sedang duduk dibalik pilar dibelakang sepatu-sepatu. Dia adalah Qutb. Dan yang menjelaskan lebih tinggi dibandingkan Qutb. Mereka lari untuk melihat siapakan sang Qutb tapi dia menghilang dan mereka tidak dapat melihat siapakah yang lebih tinggi dari Qutb.

Tergantung pada tingkat yang dapat kau pahami. Bukalah Qur'an Suci dan perhatikan bagaimana mereka menjelaskannya. Mereka mempunyai satu penjelasan dan lalu mereka mempunyai penjelasan lain di catatan kaki. Kemudian lihat ke dalam buku-buku tafsir dan orang seperti ini sangat banyak.

Kami sudaj menjelaskan Surat al-Fatiha dan berapa banyak sesi, Taher? Ada 10 atau 15 sesi untuk menjelaskan Surat al –Fatiha. Kami menjelaskan dengan cara yang sangat ringkas. Dan Tafsir Suratu 'l-Ikhlaas ada 180 halaman, bisa didapat di amazon.com [ISN1: http://isn1.net/spcoonchofsi.html]

Kami pergi ke sebuah penerbit yang menerbitkan bukuku "Sufi Science." Kami meminta kepada penerbit untuk menerbitkan tafsir ku. Dia berkata tidak bisa. Kami bertanya, "Mengapa tidak?" Dia menjawab, "Banyak orang yang tidak akan mengerti." Mereka berkata kalau kita harus mengubah seluruh cara menjelaskan. Apakah yang kau pikirkan jika wali menjelaskan? Itu akan memberikan banyak sekali makna. Sayang sekali, kita tidak punya lebih banyak orang yang menjelaskan dan mereka pergi membawa naskah dan itu adalah pengetahuan mendasar. Sayang sekali, kita tidak mencari awliyaullah untuk belajar.

Semoga Allah mengampuni kita.

Bi-hurmatil Fatiha.



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Arsip Blog