Jumat, 22 Mei 2009

Keindahan adalah Sebuah Cahaya dari Surga

Keindahan adalah Sebuah Cahaya dari Surga
Sohbet Hari Minggu Tanggal 09 September 2007
Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al Qubrusi Al Haqqani (q.s)


Keindahan adalah sebuah Cahaya Surgawi dari Allah yang dianugerahkan kepada para hamba-Nya yang baik

atau: Berikan lebih banyak waktu untuk beribadah agar dianugerahi Cahaya Surgawi dan Kebahagiaan

As-salamu 'alaikum, selamat datang!
Selamat datang, itulah yang Allah Maha Kuasa beserta para malaikat-Nya menyambut kalian! Berusaha menjadi orang-orang seperti itu, orang yang disambut! Ketika mereka meninggalkan kehidupan ini menuju kehidupan abadi, para malaikat datang dan membukakan pintu-pintu ke Kehidupan Abadi dan mengundang mereka, menyambut mereka: Selamat datang, hamba yang baik!

A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim
Bismillahir Rahmanir Rahim.
Ya Rabbana, laka-l hamd! Hamdan daima ma a khuludik!
Wa salatu wa salamu ala Sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa sahbihi,
haqqa qadrihi wa miqdarihi l- azim!

Wahai manusia, mohonlah ampun! Semua orang butuh untuk memohon ampunan dari Allah yang Maha Kuasa karena kita melakukan sesuatu

-Madad, ya Rijalallah- ini bukan penghambaan yang begitu berharga. Kita melakukan penghambaan pada tingkat terakhir hamba dan kita memberikan seluruh kekuatan atau daya upaya kita bagi dunya!

Itulah bala un azim, itulah alasan terbesar bagi kutukan. Jika kita dapat melakukan ibadah untuk Allah seperti kita bekerja bagi dunya, maka dunia ini akan menjadi bagaikan surga! Tapi kaum beriman melakukan ketaatan atau penghambaan dengan sangat lemah, itulah yang mereka katakan: Kami hamba-hamba yang baik.

Kau tidak bisa berkata: Aku hamba yang baik! Tidak seorang pun dapat mengklaim ini, tidak ada otoritas bagi seorang pun untuk mengucap: Aku seorang hamba yang baik. Kau harus selalu memperhatikan dan berkata: Wahai Tuhan kami, kami tidak pernah sanggup menyembah-Mu sebagaimana Kau harus disembah!

Yesus Kristus selalu melakukan perjalanan karena para Nabi mempunya Cahaya Surgawi, mereka tercerahkan dari Surga dan cahaya atau pencerahan itu tampak pada wajah mereka. Begitu juga pada orang umum yang berusaha untuk beribadah kepada Tuhan mereka. Cahaya atau pencerahan dari Surga itu muncul diwajah mereka.

Mereka berusaha agar wajah mereka terlihat cantik atau tampan atau bersinar –untuk siapa? Untuk orang lain! Semua orang suka dilihat oleh orang lain: Ohhhh, orang yang negitu tampan, wanita yang begitu cantik! Mereka menggunakan aspek-aspek materi untuk memperlihatkan kecantikan atau ketampanan mereka –jangan pernah begitu!

Kecantikan atau ketampanan dari Surga dan Allah yang Maha Kuasa anugerahkan kepada para hamba-Nya Cahaya dari Surga dan Allah yang Maha Kuasa menyinari para hamba-Nya!

Dia suka kalau para hamba-Nya dilihat dan wajah mereka memancarkan keindahan, Dia menyukai itu. Siapa pun yang berasal dari kalangan kaya atau sultan atau kaisar, tidak dapat kau cari diantara para tentara atau pelayan dalam wajah jelek dan hitam; kau pasti melihat mereka semua begitu cantik dan tampan dan penampilan mereka dalam tampilan seorang pahlawan dan Cahaya Surgawi terpancar dari wajah mereka. Mereka memakai tongkat, raja berada disekitarnya; setiap orang bagian dari seorang raja atau sultan, wajah mereka bagus, tercerahkan, tidak untuk dibenci. Tidak untuk dibenci, tidak, setiap orang akan melihat kepada mereka dan mungkin saja merasakan kepuasan dan kecintaan dan kesetiaan dalam hati kepada raja mereka.

Ini penting. Dan Allah yang Maha Kuasa menyukai para hamba-Nya agar terlihat secantik atau setampan mungkin dan agar diwajah mereka terpancar keindahan dan bersinar.

Oleh karenanya, kini –ada suatu kaum sebelum masa kita, jumlah mereka banyak, tapi kini orang-orang itu semua disembunyikan, sembunyi, sehingga begitu banyak wajah buruk, wajah gelap, kegelapan menyelubungi wajah mereka, memenuhi semua tempat dan mereka berkata: Kami sedang melakukan layanan Illahiah! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Barang siapa yang merupakan pemberi layanan Illahiah harus tercerahkan dan hati orang banyak tertarik oleh diri mereka.

Oleh sebab itu, kita memberikan waktu lebih banyak lagi mungkin seluruh wkatu kita untuk layanan Surgawi Allah yang Maha Kuasa dan layanan Illahiah-Nya. Kau mungkin melihat heybet (?), pujian atas mereka, dan wajah mereka tercerahkan.

Yesus Kristus berkelana, seluruh Nabi melakukan perjalanan karena sebagian besar manusia bodoh. Jika mereka mendengar sesuatu yang diiklankan oleh setan, mereka akan berlari menghampiri: Oh, datang seorang pianis terkenal, seorang profesor kenamaan (?), orang terkenal yang begitu dan begini –(dan mereka) berlarian menghampiri untuk menjumpai mereka. Tapi tidak bagi orang-orang Surgawi bahkan rambut mereka pun tidak bergerak untuk mengucap: Eh!

Oleh karena itu setiap hari kau lihat dilayar TV orang yang sama, seseorang datang, jika kau memperhatikan wajahnya maka tidak ada sesuatu pun diwajahnya. Hanya tanda-tanda setan pada wajah laki-laki atau wanita itu! Mereka mulai bernyanyi atau memainkan instrumen mereka ohhh –ribuan orang berdiri dan duduk.

Itu artinya, orang pada umumnya melakukan layanan setani; mereka hanya melakukan segala sesuatu bagi setan, tidak ada bagi Allah. Oleh karenanya, wajah mereka begitu, begitu jelek dan suara yang sangat buruk keluar dari mulut mereka, dan mereka menari, bermain…tingkah laku buruk yang mereka lakukan.

Karena manusia sejak dari mulanya hingga hari ini, mereka senang menjadi setan; ini menyenangkan bagi masyarakat umum untuk mengikuti orang-orang setani dimana mereka merupakan bagian dari setan.

Yesus Kristus –(Allah) mengenakan beliau pakaian kehormatan dan kebesaran dan beliau dilindungi dalam kerahasiaan-Nya, Allah melindunginya- suatu kali Yesus Kristus mengadakan perjalanan untuk bertemu dengan beberapa orang yang mungkin tertarik kepadanya.

Satu hari Yesus Kristus tiba disebuah tempat dipegunungan dan dia mencari-cari sebuah abid; abid artinya, seseorang yeng mengabdikan diri mereka untuk melayani Tuhan mereka seperti para biksu; mereka berusaha untuk meniru yang asli tapi mereka sangatlah jauh jauh. Yesus Kristus kemudian bertemu dengan seseorang yang sedang duduk diatas tanah, berdo'a.

Kemudian Yesus Kristus bertanya kepadanya: Siapakah kamu? dan dia berkata:

Wahai Yesus Kristus! Mengapa kau menanyakan namaku? Mengapa kau tidak bertanya mengapa aku (tidak?) bertanya kepadamu: Apa kabar? Aku bicara tentang diriku sendiri bahwa kaulah Yesus Kristus –kau tidak tahu siapakah aku?

Beliau menjawab: Benar, aku tahu. Tapi aku tidak suka memperlihatkan sesuatu kepadamu tanpa Ijin Surgawi. Aku tidak bisa melakukan itu. Oleh karenanya aku bertanya kepadamu, siapakah kami.

Dan biksu itu atau abid, orang yang beribadah berkata: Aku juga seorang hamba Tuhan-ku yang lemah.

Apa yang kau lakukan disini? Seperti itulah pertanyaan yang diajukan para Nabi, ini untuk ta'lim, untuk ajaran dan juga latihan.

Aku disini berusaha melakukan sesuatu bagi Tuhan-ku, Allah yang Maha Kuasa.
Ohhh! Berapa tahun kau sudah ada disini?
Saya disini sudah sekitar 700 tahun.
Dimanakah rumahmu?

Dia berkata: Aku hanya disini, aku tidak membutuhkan untuk membangun rumah, walaupun hanya satu kamar.

Tanyalah 'Isa, Yesus Kristus: Kau tidak akan membangun sebuah bangunan bagi dirimu sendiri. Tapi sebagai perlindungan dari matahari atau melindungi dari dingin, kau setidaknya bisa melakukan satu gubug kecil! Kau tinggal disini beberapa tahun, pasti ada musim yang berubah. Kadang kala musim panas, kadang kala musim dingin dan kadang kala hujan, kadang kala matahari bersinar dengan terik. Apa kau tidak membutuhkan rumah?

(Biksu) menjawab: Tidak, tidak ada waktu bagiku! Tidak ada waktu bagiku membangun apa pun karena aku telah diberitahukan oleh beberapa hamba spesial Tuhan-ku -beberapa Nabi- yang bertemu denganku dan mereka memberikan kabar gembira bahwa aku akan hidup hanya selama 700 tahun dan 700 tahun itu tidaklah hidup yang lama. Oleh sebab itu aku tidak punya cukup waktu untuk membangun apapun disini…Aku duduk disini, siang dan malam dibawah terik matahari, dibawah salju- tidak berubah. Tapi aku bahagia karena (aku) tidak punya waktu untuk meletakkan satu batu diatas batu lainnya untuk menjadikannya sebagai sebuah bangunan.

Kemudian Yesus Kristus berkata: Oh, orang yang bekerja atau melakukan yang terbaik yang dia bisa agar Tuhannya ridho kepadanya adalah orang benar!

Itulah tujuan paling penting bagi manusia: berusaha agar Tuhan ridho kepada mereka tapi mereka malah lari berhamburan dan meminta untuk bersenang-senang! Jika semua orang berlarian dan tidak membuat Tuhan mereka ridho, mereka tidak pernah bahagia dalam hidup! Itulah Pembalasan Illahiah: Barang siapa yang berusaha untuk membuat-Ku bahagia, ridho kepadanya. Aku menjadikan hamba itu bahagia dan ridho melewati kehidupannya! Barang siapa berusaha memberikan Aku kesenangan, Aku juga akan menganugerahkan agar hamba tersebut selalu dalam kesenangan!

Itulah keseimbangan yang tidak berubah agar diketahui, agar mengerjakannya!

Kemudian Yesus Kristus berkata: Ohhh, dia berbuat seperti ini. Kau berkata, Wahai hamba Tuhan-ku, kau berkata bahwa hanya selama 700 tahun usiamu dan kau tidak memperhatikan dan mencari untuk membangun gubug yang sangat sederhana. Aku bertanya-tanya dan berpikir bahwa ketika Hari Akhir mendekat, Allah yang Maha Kuasa mengutus Penutup para Nabi, Sayyidina Muhammad sallaLlahu alayhi wa sallam, dan umat beliau yang umurnya tidak pernah lebih banyak dari 60 atau 70 tahun –sangat sedikit yang lebih dari itu- dan mereka membangun berbagai macam bangunan, sebagaimana yang baru dibangun oleh Nimrod, sebuah menara. Mereka seharusnya mencoba membangun bangunan seperti itu.

Subhanallah! Sebelum 2.000 tahun yang lalu berita itu datang dan itu sampai kepadaku pula seperti sebuah pengetahuan. Subhanallah! – Mengejutkan apa yang Yesus Kristus katakan. Beliau mengatakan ini dan ummat Penutup para Nabi, tentang hidup mereka yang akan berusia 60-70 tahun- apa yang akan kau lakukan jika hidupmu antara 60 dan 70 tahun?

Wahai Yesus Kristus! Wahai Yesus Kristus! Waktu itu aku mengucap Allahu akbar, merendahkan kepalaku, bersujud dalam Hadirat Illahiah untuk Kasih Sayang-Nya yang Tanpa Akhir, melakukan satu sajda dan aku tinggal disana sampai Malaikat Kematian datang dan mengambil nyawaku! Tidak ada lagi yang aku lakukan, hanya satu sajda dan satu tekukan lutut (sampai) aku selesai. Itu yang mendekat Hari Pembalasan dan mereka sedang sajda - Subhanallah!

Kini, apa yang dilakukan oleh masyarakat? Mereka begitu serakah; serakah dalam memberi bahkan sangat sedikit waktu bagi tuhan mereka, untuk berlutut dan melakukan sajda untuk-Nya!

Bagaimanakah menurutmu atau pendapatmu, apa yang bisa kau katakan, kejadian ebsar apa yang seharusnya dihadapi oleh masyarakat abad 21? Apa yang kau katakan?... Hanya kutukan! Hanya kutukan! Hanya kutukan sampai mereka kembali, meninggalkan setan kemudian berkah mendekat…

Wahai manusia, jagalah dirimu, berikan Hak Tuhan-mu melalui waktumu, jangan takut terhadap siapapun! Jagalah ibadahmu dan sempurnakan penghambaanmu sebanyak mungkin, kemudian kau akan menemui bahwa kau berada dalam Lindungan Illahiah Tuhan-mu- tidak ada yang bisa menyentuhmu, tidak ada yang bisa menyakitimu, disini atau di Akhirat!

Demi kehormatan Penutup para Nabi. Ucapkan: Astaghfirullah, Astaghfirullah!
Tubna wa rajana ilayka, ya Rabbana!

Bi hurmati man anzaltahu 'alayhi Suratu l-Fatiha.



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Arsip Blog