Minggu, 10 Mei 2009

Guru Ruhani Sejati 41 - Apa Itu Murshid Naqshbandi ? Empat Tingkatan Murshid

Bgain 41
Apa Itu Murshid Naqshbandi ? Empat Tingkatan Murshid
Oleh Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Michigan, Fenton, 19 December, 2001


Jika engkau sungguh mencintai Allah, ta’ati (patuhi) aku dan Allah akan mencintaimu. (Qur’an) Para shaykh Naqshbandi adalah pembimbing kepada Sayedena Muhammad s.a.w. dan Allah S.W.T.. Apapun yang diberikan Nabi ambillah, dan apapun yang dilarangnya tinggalkanlah (hentikanlah). Mereka memelihara disiplin shari‘ah, untuk membangun (meningkat kan) kamu dengan kewajiban harian dan kepada tingkatan iman dan berlanjut kepada tingkatan ihsan.

Murshid Sejati Ada Empat Tingkatan :

Pertama Murshid Tabarruk : Penunjuk jalan terutama untuk menerima barakah dan biasanya menyelesaikan tugasnya dengan memberimu sebuah awrad (wirid) dan praktek harian. Tingkatan Kedua Murshid Tazkiyya : Penunjuk jalan yang mengangkat mu ke atas dengan mengambil amal buruk dan keinginan buruk kamu. Ketiga Murshid Tasfiyya atau Penunjuk jalan yang mengenyahkan semua keinginanmu terhadap dunya. Dan Tingkatan Keempat atau Terakhir Murshid Tarbiyya : Level tertinggi yang akan membangun mu ke atas dengan disiplin dan membawamu kepada tempat (maqam) kamu di Hadhirat Ilahi.

MURSHID AT-TABARRUK

Dia berada pada tingkat pertama dan diperkenankan untuk mengajarimu dan menaruh
talqin dhikr pada lidahmu. Dia mengajarimu untuk mengingat dan menyeru Allah, dan bagaimana untuk mengikuti perintah Allah. Mursid Tabarruk memberimu langkah pertama pada jalan tariqat. Seperti anak kecil yang kata pertamanya adalah “baba,” engkau menyeru (memanggil) pada siapa yang pertama kali engkau cintai. Jadi Mursid mengajarimu bagaimana mengatakan “Allah” dan untuk membangun hubungan itu antara jantungmu dan Surga. Dengan pembacaan doa, engkau akan melihat (mengenali) tanda-tanda Allah. Jika engkau tidak melihat mereka, engkau belum mencapai tahap yang murshid itu mencoba menunjukkan kepadamu. Dia harus menaruh pada lidahmu Sultan Dzikir yang digambarkan di dalam al Qur‘an: “Kami mengungkapkan al Qur‘an dan Kami melindunginya”.

Mursid Tabarruk akan menaruh pembacaan al Qur’an dan Asma Allah dan arah kepada Nabi Muhammad saw, yaitu., bagaimana membaca salawat sesuai dengan kebutuhan pribadimu, untuk mencapai hadirat Sayedena Nabi Muhammad s.a.w. Pembacaan salawat berbeda-beda dari seorang kepada orang lainnya. Mereka memberi tahu kalian mana asma Allah yang dibaca dan bagaimana membaca salawat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhanmu.

Murshid at-Tabarruk harus memiliki pengetahuan dan kuasa dari semua pepujian Nama Allah – baik yang terucap ataupun yang dibatin. Dia harus tahu dhikr setiap makhluq yang ada, baik yang hidup maupun yang mati. Mursid Tabarruk juga tahu apa yang dibutuhkan tubuhmu untuk membaca tasbih, karena setiap sel dalam tubuhmu memiliki tasbih tertentu. Murshid ini mengetahui bahasa apa dan tasbih jenis apa yang dibuat setiap makhluq, mendengarkannya secara serentak, namun mereka tidak menjadi tertumpang-tindih atau membingungkan.

Dia tahu semua tasbih untuk Muslim dan non-Muslim, karena tubuh mereka membuat tasbih tanpa memandang apakah tubuh dan pikirannya menerima Islam. Dia menerima dari Nabi s.a.w. ilmu tentang informasi yang tepat (presisi) tentang apa yang diperbuat oleh setiap makhluq yang hidup dan non-hidup, baik yang di dunya dan di barzakh. Mursid Tabarruk juga tahu benar tentang alam jinn dan kelebihan yang Allah berikan kepada mereka maupun hukumamnya. Dia tahu secara tepat bagaimana setiap insan dan jinn dapat memperoleh ridho Allah, termasuk amal apa yang membuka pintu untuk mencapai baraka hadhirat Sayedena Muhammad s.a.w.. Muris akan tahu tasbih apa yang diperlukan murid untuk tubuhnya dan untuk jiwanya, secara terpisah.

Murshid at-Tabarruk tahu nama semua manusia sepanjang penciptaan, sebagaimana diajarkan kepada Adam a.s., dan dicontohkan dalam ayat-ayat al Qur’an, dimana Allah bertanya kepada Malaikat apakah mereka tahu semua nama ciptaan, namun mereka tidak mengetahuinya. Ketika Dia bertanya kepada Adam a.s., dia membaca semua nama ciptaan satu per satu. Ketika dilakukan (pembacaan) itu, setiap bentuk spiritual mereka muncul di depan Adam a.s.. Murshid ini tentu telah mewarisi kuasa itu dari Adam a.s..

Mursid Tabarruk harus tahu para malaikat dari setiap makhluq ciptaan, termasuk mereka yang mencatat amal baik dan burukmu, demikian juga mereka yang memonitor jumlah makanan yang engkau lahap. Dia harus tahu semua malaikat yang melayani manusia, mengetahui berbagai giliran malaikat yang turun – mereka yang turun sepuluh menit sebelum Fajr, sebelum Maghrib, dan antara Maghrib dan Isha .(Catatan : diwaktu dulu, giliran ganti pada saat Zuhr, namun dalam masa Grandshaykh Abdullah Faiz, waktu itu diganti menjadi antara Asr dan Maghrib).

Para malaikat ini yang datang pada gilirannya mengharapkan murid untuk melaksanakan awrad (wirid) yang diwajibkan dari Murshid nya ini. Mereka mengharap melihat murid terlibat dalam praktek ini ketika mereka turun (ke dunia), agar supaya dapat meneruskan cahaya dan hubungan surgawi yang mereka miliki. Jika murid itu tidak sedang melaksanakan kewajiban wiridnya itu dalam masa (waktu) khusus ini, malaikat tidak dapat mencerahkan (menyalakan) jantungnya. Pada dasarnya, murid yang tidak melakukan wiridnya adalah seperti keledai.

Sebagai balasan dari memelihara kewajiban hariannya, murid dapat mengandalkan perlindungan Murshid nya dan mendapat jaminan sambungannya kepada Sayedena Muhammad s.a.w. Pertalian dan kontak ini harus senantiasa terjaga agar Murshid menyerahkan murid itu kepada tahap kedua, kepada Murshid at-Tazkiyya.

Tahap pertama ini dimulai dengan membaca sehari-hari 5,000 kali “Allah, Allah” dan
Membaca 500 kali salawat dalam cara /model yang telah dirumuskan (bagi murid).
Tahap berikutnya adalah membaca sehari-hari 24,000 kali “Allah, Allah” dan 5,000 kali salawat. Ini baru tahap pertama dari tujuh belas tahap yang berbeda dari Murshid Tabarruk. Grandshaykh Abdullah Faiz berhenti sampai di tahap satu ini karena dia berkata bahwa pikiran (pemikiran) orang-orang tidak dapat membawa lebih dari pada itu. Setelah semua tujuh belas tahap berikut nya adalah tahap Murshid at-Tazkiyya.

Dalam matarantai Thariqat Naqshbandi selain Mata Rantai Emas kita, mungkin terdapat pribadi yang berbeda untuk mengisi masing-masing setiap posisi dari empat tahapan ini. Dalam banyak kasus, seorang shaykh dapat memanggul dua sampai tiga tahapan sebelum shaykh lainnya mengambil alih secara fisik. Namun dalam Matarantai Emas, Shaykh zaman ini memiliki otoritas dan kuasa untuk mengatur kesemua empat tahapan untuk setiap murid. Itulah sebabnya sekali seseorang mengambil bay’at dalam thariqat kita, mereka tidak akan pernah membutuhkan Murshid lainnya. Dimasa ini Shaykh kita hanya ingin kita menyadari bahwa kita tidak memiliki kemampuan melakukan sesuatu yang berguna. Makin buruk kita anggap diri kita, maka makin bahagia mereka dengan kita. Dia ingin kita mengetahui bahwa amal kita tak akan pernah membawa kita kemana-mana, dan bahwa satu-satunya kesempatan yang kita miliki adalah keterlibatan Shaykh kita. Maka, kita harus terus-menerus minta ampunan dan kasihnya.

Grandshaykh Abdullah (semoga Allah mensucikan ruhnya) sering mengingatkan kita hal berikut ini :“Engkau harus selalu terus menerus menancapkan tiga kukumu ke dahimu (yaitu ingat tiga hukum ini setiap saat jika engkau ingin berhasil dalam tariqat) :
Pertama ,“Jika saya memberimu sebuah sekop patah dan memerintahkan kamu untuk menggali sampai ke dalam tengah bumi untuk mendapatkan berlianmu, kamu menggali. Kamu jangan pernah bertanya mengapa atau mengeluh; kamu hanya menggali.

Kedua, “Jika saya memberi mu sebuah ember dan berkata ‘kuras samudera lautan itu’, jangan menanyakan bahwa air tidak akan pernah berkurang, atau mendebat bahwa tidaklah mungkin menguras samudera dengan sebuah ember, tugas kalian hanya mulai lah menguras ! Sesaat pikiran itu muncul pada dirimu bahwa tugas itu adalah tidak mungkin, tidak praktis, atau tiada gunanya, maka kalian gagal dalam ujian itu dan akan harus memulai dari awal lagi.

Ketiga, “Jika saya mengatakan (pada) semut makanannya ada di Barat dan dia berada di Timur, dia akan langsung mulai berjalan. Murid harus seperti semut itu : jangan menggunakan pikiranmu untuk mengetahui bagaimana kamu akan mendapat makananmu, hanya berjalanlah ! Jika kamu meninggal dalam upaya, engkau meninggal, engkau berserah diri.”

Instruksi paling penting adalah, jika seseorang melaksanakan (menyelesaikan) tiga amalan ini secara tekun, Allah akan mengirim malaikat Reeha Sibah, yang akan membawa murid itu ke Hadhirat Ilahi! Dia akan melakukan ini untuk kita karena kita mematuhi Allah dengan mematuhi Shaykh kita, dan Rahmat Nya adalah tak terbatas dan Dia melakukan yang Dia kehendaki. Kita akan mencapai Tahap Ilahiah bukan karena amal, ibadah, atau pengorbanan kita yang manapun, namun karena tahap kepasrahan kita.

Ketika mendengar ini, seorang murid bertanya, “Jadi mengapa bersungguh-sungguh dalam ibadah?” Shaykh akan membawa setiap pengikutnya ke Hadhirat Ilahi sampai pada satu titik, tetapi hanya mereka yang bersungguh-sungguh di Jalan Allah yang sesungguhnya akan melihat dan mendengar dalam Samudera itu. Untuk seseorang khusus yang memenuhi kewajiban mereka, penampakan dan suara akan terbuka bagi mereka. Kamu jangan pernah mencoba bangga karena menyelesaikan kewajiban kamu, jangan. menyadari itu tidak berharga seperserpun, namun lakukanlah (persembahan) itu dengan ta’at dan rendah hati, dengan menyadari bahwa tanpa Shaykh mu engkau adalah seorang pecundang.



Dikutip dari http://mevlanasufi.blogspot.com

Arsip Blog