Teori Darwin & Atheisme Kesombongan Ego Terburuk Manusia (14)
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
Lefke, Ciprus, 25 Mei 2002
Diambil dari www.mevlanasufi.blogspot.com
"Ketika Fir'aun mengaku dirinya Tuhan, Iblis berlari dan menggigil ketakutan, karena mengetahui akan turunnya kemurkaan Allah Azza Wa Jalla. Bahkan Iblispun mengakui adanya Tuhan, sementara sebagian manusia dungu karena kesombonggan nya tidak mengakui adanya Tuhan"
Destur ya Sayidi, Meded. Meded, ya Sulthanul Awliya'. Meded, ya Rijalullah. Bismillahir Rahmanir Rahim, Dengan Nama Allah, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Kita hidup adalah untuk Allah swt. Siapa yang hidup untuk Allah akan terhormat. Siapa yang hidup bagi dirinya sendiri, untuk egonya, maka dia telah melakukannya untuk Setan. Meded ya Sulthanul Awliya. Kita telah diperintah, dan misi utama kita adalah untuk memerangi kejahatan dan kemungkaran. Adakah suatu agama yang keberatan dengan kata-kata saya ini? Saya bertanya, "Setiap agama, setiap nabi datang untuk apa?" Untuk menyingkirkan kejahatan, karena kejahatan adalah kesultanan setan dan seluruh pekerjaan setan.
Iblis mendukung kejahatan untuk menegakkan kesultanan setani di mana-mana, sedangkan orang-orang Rabbani (orang-orang Allah) yang merupakan orang-orang suci datang untuk menyelamatkan manusia dari tangan-tangan setan dan untuk menyelamatkan mereka agar tidak jatuh ke dalam samudera-samudera kemungkaran. Siapakah yang tak setuju dengan hal ini? Maka dia pasti seorang agen Setan. Orang-orang religius sejati, mu'min sejati harus menerima ini sebagai tujuan dan cita-cita mereka, untuk membersihkan seluruh dunia dari kejahatan dan untuk kembali merengkuh kekuatan kerajaan Langit, karena kerajaan setani di muka bumi selalu ingin memerangi kerajaan Langit. Manusia tak akan pernah meraih apa pun dari nikmat Ilahiah di sini dan di akhirat, hingga mereka memahami hal ini.
Dunia hewan, merupakan dunia tak terbatas. Suatu dunia yang memiliki tingkatan lebih tinggi dari dunia bebatuan dan dunia tanaman; itulah dunia hewan. Dalam dunia hewan, pada setiap tahap (perkembangannya-red) muncul pula kesempurnaan yang lain. Bukan suatu permainan atau gurauan semacam yang dikemukakan Darwin. Ia mengemukakan teorinya hanya lewat cerita-cerita dongeng, dan seluruh universitas mengajarkan sebagai teori evolusi.
Suatu teori tak masuk akal yang pernah dikemukakan orang, di mana ia mengatakan manusia berasal dari kera. Dan beberapa kera yang tengah ditawan di kebun binatang pernah saya lihat dalam keadaan sedang duduk dan berpikir. Saya bertanya kepada mereka, "Apa yang kau pikirkan?" Kera itu berkata, "Saya berpikir kalau suatu saat nanti saya dapat menjadi seorang manusia". Saya bertanya kepada gorilla yang sedang duduk, atau simpanse, atau orang utan, "Apa yang kalian pikirkan, wahai temanku?". Mereka menjawab, "Wahai Syaikh-ku, kami berpikir jika seandainya suatu saat kami bisa menjadi seorang manusia, dan kami pikir kami tak akan mampu menanggung beban sebagai manusia." "Ya engkau benar!" Begitu banyak hal tak berguna memenuhi Timur dan Barat, Utara dan Selatan, pada setiap pusat pendidikan yang mengklaim dirinya sebagai pusat pengetahuan. Sepanjang mereka percaya pada Teori Darwin, maka pusat-pusat ilmu itu adalah kutub-kutub kedunguan, karena mereka mencari dan mempercayai sesuatu yang tak pernah terjadi. Karena itulah, Darwin selalu melihat lukisan/foto dirinya sendiri dan merenung. Saat melihat lukisan dirinya, "Apa yang kau pikirkan?" "Aku mencoba mencari dari jenis monyet apakah aku berasal.
Darwin berkata kakek moyangku mungkin adalah orang utan." Maka Mawlana berkata, "Anda tidak terlalu mirip seperti orang utan; bagi saya, Anda lebih mirip dengan gorilla yang demikian buruk. Saya pikir Anda tidaklah lebih jelek dari gorilla." Maafkan saya karena Saya menceritakan hal ini sebagai suatu lelucon, tetapi ini adalah suatu kenyataan. Saya menyesal bahwa universitas-universitas yang mengklaim diri mereka sebagai pusat pengetahuan malah percaya pada teori yang demikian bodoh itu, dan lebih-lebih menempatkannya sebagai nomor satu dari yang lain dan menjadikan yang lain didasarkan atas teori evolusi Darwin ini.
Itu adalah suatu hal yang amat memalukan bagi pusat-pusat ilmu, bagi universitas-universitas dan bagi kementerian-kementerian pendidikan dan seluruh pemerintahan, cela terbesar dan juga alasan terbesar untuk turunnya kutukan dari Langit, yang telah membuat Allah menjadi amat murka atas mereka. Kini, kita hidup di abad 21. Orang-orang, sarjana-sarjana dan ilmuwan mereka, mereka semua mengamati sekeliling diri mereka dan melakukan penelitian atas segala sesuatu. Mereka melakukan penelitian atas alam, dan alam terdiri atas bebatuan, lautan-lautan, tanaman, dan hewan. Manusia dikelilingi oleh tiga dunia, dunia benda mati, dunia tanaman, dan dunia hewan. Dunia benda mati terdiri atas batu-batu dan lautan. Sarjana dan ilmuwan telah melakukan riset mendalam atas dunia ini, dan mereka menulis ratusan ribu buku, ratusan volume, ribuan volume buku, yang dengannya mereka memenuhi perpustakaan-perpustakaan, sehingga tak mungkin bagi seseorang untuk menjangkau dan untuk mempelajari seluruh apa yang tertulis di sana. Tak mungkin.
Dan berusaha untuk membuat sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin adalah suatu kebodohan. Siapa yang mengejar sesuatu yang tak mungkin, dan siapa yang meminta untuk menjadikan suatu yang tak mungkin menjadi mungkin, maka mereka pastilah orang-orang yang dungu. Tak mungkin tak dapat menjadi mungkin. Daya ingat seseorang, otak seseorang, tak dapat menampungnya, dan daya pikir seorang manusia tak akan dapat membuat sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin. Kemudian setelah apa yang saya katakan sebagai dunia yang tak hidup ada pula dunia yang lain.
Dunia tanaman. Berjenis-jenis tumbuhan dan tanaman yang tak terhitung jumlahnya. Kalian tidak mengetahui nama-nama mereka, tapi setiap tanaman pasti memiliki identitasnya masing-masing. Pasti! Karenanya, ribuan bahkan tak terhitung jumlahnya jenis-jenis tanaman yang tidak kita ketahui. Yang kita ketahui hanyalah pohon pinus, pohon pinus merah, eucalyptus, pohon hujan, pohon almond, pohon ek. Saya berkata bahkan Syaikh Hisyam pun ketika ia datang ke kebun saya, ia bertanya kepada saya, "Apa ini dan apa itu?" Sepuluh jenis tanaman di kebun kami.
Bahkan Syaikh Hisyam Effendi yang adalah seorang Syaikh Ensiklopedia masih bertanya kepada saya, "Apa ini?" Saya jawab, "Ini pohon kentang." Dan ia berkata, "Saya belum pernah melihat pohon seperti itu." (jawab Saya) "Ya, kau harus menunggu 6 bulan di sini, sampai engkau lihat (buah) kentangnya bermunculan di situ, seperti pohon tomat." Ia saat itu berpikir bahwa tomat tumbuh di pohon seperti kentang. Begitu tak berhingganya dunia tanaman. Tak terhitung! Tak seorang pun memiliki kepala yang sanggup mengetahuinya. Tak seorang pun dapat mengetahui semuanya. Dan mungkin telah ditulis ribuan buku tentang tanaman yang tak seorang pun mampu mengingatnya di dalam otaknya. Bahkan, sekalipun kemudian manusia menemukan dan membuat suatu sistem, yang kalian sebut komputer. Komputer pun tak mampu menjangkau dan menyimpan seluruh pengetahuan (tentang tanaman) ini. Komputer bekerja, dan kemudian berkata, "Cukup bagiku, tidak lagi!"
Karena komputer pun memiliki limit dan batasannya. Dan manusia malah berusaha menaruh apa yang ada dalam otak mereka ke dalam komputer. Apa untungnya kalian menyimpan semuanya dalam komputer. Maka, itu adalah buat komputer, dan bukan buat kalian. Tetapi, manusia demikian bangga dengan komputer-komputer mereka. Tidak, itu bukan buat kalian, itu (yang disimpan ke dalam komputer-red) adalah untuk mesin itu. Kini kita beralih dari pembicaraan tentang teori evolusi ini dan kembali kepada apa yang kita bicarakan semula. Dunia Hewan. Kalian tak mampu menjangkaunya. Mari kita mulai dari kupu-kupu. Jika kupu-kupu saja ada ribuan jenisnya, dan ada ribuan desain pola sayap mereka, maka bagaimanakah ini terjadi? Saya baru berkata tentang satu jenis hewan, yang merupakan anggota dunia hewan. Bagaimana pula dengan yang lainnya? Kalian pikir, kepala kita dapat mengetahui semua ini, sambil melakukan riset tentang hal ini, lalu ribuan dan ribuan buku ditulis? Apa untungnya?
Dan kemudian muncul dunia kita: manusia. Dunia manusia adalah yang terhebat dan paling sempurna. Mungkin ia adalah titik puncak kesempurnaan. Namun, sekalipun dunia manusia adalah yang paling maju dan ciptaan yang paling sempurna di muka bumi, hanya sedikit orang yang meneliti mereka. "Mengapa Anda katakan hal ini, oh, Syaikh?" Ya, saya mengatakan hal ini atas otoritas yang ada pada saya, karena, ya, memang orang-orang telah melakukan riset pada wujud fisik badan manusia, yang merupakan eksistensi mereka sebagai materi. Riset mereka hanya terbatas pada bagian materi yang kita sebut sebagai wujud fisik manusia.
Mereka hanya berhenti di situ, dan menulis ribuan dan ribuan buku tentang wujud fisik manusia. Tetapi, di luar keberadaan fisik kita yang telah memberikan kita wewenang untuk menjaga segala sesuatu di muka bumi ini dan menggunakannya untuk kepentingan kita, kita tidak memberikan nilai pada riset-riset tentang sisi lain dari keberadaan kita. Bahwa keberadaan fisik kita adalah bagaikan sebuah pesawat terbang, kita hanya melihat pesawatnya, tapi kita tidak melihat siapa pengemudinya, siapa pilotnya. Ya, suatu pesawat Boeing, pesawat Boeing paling maju, 747? Kita memperhatikan dan mengatakan bahwa jika pesawat ini membawa 500 penumpang, dan segala sesuatu di dalamnya, terbang naik 10 mil, 20 mil ke atas, kemudian terbang dengan kecepatan 1000 km/jam, maka kita terpesona.
Kita kagum hanya pada materi teoretis dari pesawat itu, tapi kita tak pernah bertanya, "Bagaimana ia bisa terbang? Dengan sendirinya? Bagaimana itu mungkin?" Kini mereka datang dengan Samsonite (merek tas mewah-red) mereka seperti karavan, datang ke sini. Krunya datang. Jika tak ada orang-orang ini di dalamnya, material ini tak akan dapat bergerak dari tempat awalnya. Orang-orang hanya perhatian pada penerbangan dan pesawatnya, tapi tidak peduli pada siapa yang membuatnya terbang, siapa yang mengemudikannya. Wujud fisik kita berada dalam suatu kesempurnaan, tapi bagaimana sebenarnya ia bekerja? Bagaimana kita melihat dan memandang? Bagaimana kita mendengar dan menyimak? Bagaimana kita mencium dan memahami, bagaimana kita mengecap, merasakan dan memahaminya? Bagaimana tangan-tangan kita bergerak naik dan turun, bagaimana tubuh kita berlari dan berhenti? Bagaimana bentuk fisik kita telah bekerja untuk berkembang biak? Apa itu? Bagaimana ia akan berubah?
Tak ada yang bertanya hal-hal itu. Dan suatu rasa malu yang besar bagi seluruh pusat-pusat ilmu: universitas dan akademi, karena mereka tidak pernah menanyakan hal itu: siapa Dia? Tak ada yang bertanya tentang kepribadian dan identitas hakiki dari manusia. Ini adalah cela terbesar manusia yang hidup di abad 21 ini, dan aib terbesar! Hendaknya mereka malu telah menyangkal segala sesuatu yang bersifat tak dapat disentuh, tak dapat dilihat atau dirasakan atau didengar atau dicium. Sarjana dan ilmuwan abad 21 telah memenjarakan diri mereka sendiri dalam kerangkeng panca indera mereka. Tak pernah mereka tertarik pada apa-apa yang berada di luar jangkauan panca indera mereka. Dan mereka akan mati di dalamnya dan habis di dalamnya, tak pernah meraih apa pun. Sudah cukup! Cukup untuk seluruh manusia, bagi seluruh pusat-pusat ilmu, universitas, akademi, semua orang-orang terpelajar, sarjana, dan ilmuwan. Ini sudah cukup bagi mereka, lebih dari cukup! Tak seorang pun dapat membawa suatu jawaban atau keberatan atas hal ini. Kadang-kadang Saya adalah orang yang sederhana dan 'mudah', kadang-kadang bak pegunungan Himalaya tak seorang pun mampu melaluinya. Semoga Allah memaafkan saya dan memberkati kalian.
Wa min Allah at Tawfiq