TANGGA MENUJU BULAN
Mawlana Syaikh Nazim Adil al Haqqani
Lefke, February 2005
Diambil dari www.mevlanasufi.blogspot.com
BismillaahirRahmaanirRahiim
Malam ini, Grandsyaikh Abdullah Faiz akan berbicara tentang topik yang amat penting. Saya katakan demikian karena Awliya adalah mereka yang hidup dalam kehidupan yang sebenarnya. Mereka ibarat bintang-bintang yang hidup, bukan mati. Mereka bahkan manusia-manusia yang hidup bahkan setelah tidak nampak dalam tubuh fisik.
Ketika mereka meninggalkan dunia ini dan menuju kehidupan surgawi, mereka meninggalkan utusan-utusan untuk menyampaikan pesan-pesan atas nama mereka. Maka ketika saya berbicara disini, Grandsyaikh Abdullah membuat saya berbicara atas nama beliau. Grandsyaikh menyinggung tentang seorang Wali besar, kekasih Nabi saw yang bernama Ibn Omar Es-Safadi. Beliau pernah mengatakan: "Jika seseorang meninggalkan segala hal dan tak melakukan apapun, dan berkata bahwa dia melakukan hal itu karena beriman pada Tuhannya - bahwa Tuhannya akan mencukupi dia dan menyediakan apa yang hamba-Nya butuhkan; maka sebenarnya orang itu sudah berdosa.
Disini Grandsyaikh menjelaskan hubungan sebenarnya antara hamba dan Tuhannya. Ada sebuah jarak tertentu yang harus terus dicapai hamba-hamba, dan hanya ketika jarak itu telah dipenuhi dan telah mencapai batas, maka hamba itu bisa mengatakan : "Dari sini aku akan menyerahkan segalanya pada Tuhanku dan di titik ini aku percayakan segala urusanku pada Tuhanku" Sebagai contoh, seorang petani membajak tanahnya dan menanam jagung, lalu dia tinggalkan dan dia berhak untuk menunggu sampai masa panen tiba. Namun bila petani itu tidak membajak dan menanam, lalu mengatakan: "Aku percaya bahwa Tuhanku akan memberiku masa panen. Maka dia telah sesat dalam berpikir dan berbuat.
Waspada akan kewajiban dan embanlah tugas itu. Kalian tak mampu mendatangkan hujan, atau memaksa jagung untuk tumbuh, tapi kalian bisa berencana lalu mulai membajak tanah, kemudian percayakan pada Tuhan kalian untuk menyelesaikan apa yang telah kalian mulai. Inilah arti percaya pada Allah (Tawakkul). Hal ini sering disalah artikan, khususnya di negara-negara Eropa dimana masyarakat keberatan akan Islam. Mereka menyebut Islam mengatakan pada pemeluknya agar tidak perlu bekerja dan seharusnya bergantung pada bantuan Tuhan mereka. Bahkan sekarang ini di dunia Muslim, generasi muda mengatakan bahwa Islam adalah penyebab dari ketertinggalan negara-negara mereka.
Padahal ini adalah akibat dari pemahaman yang keliru. Sebenarnya, apa yang Islam utarakan adalah agar kita memulai dengan sebuah usaha sendiri, namun Allah-lah yang akan menyelesaikannya; karena keberhasilan dari segala usaha hanyalah mutlak berada dalam genggaman-Nya. Ini adalah sebuah dunia penuh dengan sebab-sebab. Kita butuh penyebab, karena keajaiban hanya terjadi bagi para Wali dan Nabi, bukan bagi semua manusia. Dengan alasan tersebut maka kita telah diperintahkan oleh Nabi saw untuk berpegang pada penyebab-penyebab sehingga kita bisa menjadi saksi dari akibat-akibat dan meraih hasil. Sebuah anologi bagus untuk menggambarkan hal ini adalah sbb : "Seseorang diberi bekal sebuah tongkat patah dan sebuah sekop dan diperintahkan untuk menggali tujuh lapis tanah bumi sampai lapisan yang terakhir dimana harta si murid tersimpan disana.
Apakah kalian mengira ada kemungkinan menggali semua itu hanya dengan alat-alat tsb? Tentu saja tidak akan bisa ! namun lepas dari ini semua, kalian harus menggali sebaik mungkin tanpa menyerah atau mengatakan:"Bagaimana bisa aku menyelesaikan tugas ini?? Kewajiban kalian adalah untuk menggali sedikit demi sedikit. Ketika Allah melihat bahwa kalian percaya dan mengerjakan sesuai yang diminta, maka DIA akan mengirim pertolongan tepat di saat kalian sampai pada titik kelelahan dan tak mampu melanjutkannya. Tuhan akan mengirim mesin besar untuk mengangkat harta kalian tanpa usaha dan amat cepat. Karena kalian hanyalah hamba lemah dalam memikul perintah-Nya. Tuhanlah yang mengangkat harta itu dengan kekuatan-Nya, bukan dengan kekuatan kalian ! DIA hanya menguji kalian, apakah kalian hanya mendengar, percaya dan menaatinya.
Jika kalian memulai usaha dengan mengatakan: Bagaimana bisa aku melakukannya, hal ini terlalu susah, maka kalian akan di tendang dari Hadirat Tuhan. Jika kalian tetap berusaha maka ingatlah akan janji Allah : "Allah tidak akan membebani siapapun diluar batas kemampuan hamba-hamba-Nya."Dalam hal ini Grandsyaikh Abdullah Faiz tidak menyinggung tentang konteks pekerjaan dunia. Tapi menunjuk pada usaha yang kita perlukan guna mencapai tingkatan surgawi dan Samudra Pengetahuan Ilahiah. Ketika kalian telah selesai mengerjakan amalan sebaik mungkin maka Allah akan mengangkat kalian lebih tinggi.
Kita tidak mengatakan bahwa kita akan meraih semua maqam surgawi sebagai hasil dari amalan-amalan kita. Kita hanya mengerjakan apa yang mampu kita lakukan dengan seluruh kekuatan kita. Meraih tujuan kita dengan latihan-latihan ibarat ingin menggapai bulan dengan sebuah tangga; bahkan bila kita gabungkan seluruh tangga di dunia ini - tetap mustahil kita bisa mencapai bulan. Namun dengan usaha, mungkin dalam semalam dari arah bulan akan diturunkan satu tangga sehingga akhirnya tersambung dengan tangga kita. Kerjakan apa kewajiban kita, kata Allah; mengerjakan kewajiban adalah penyebab kita meraih surga, tapi sadarilah bahwa semua itu tidak akan cukup. Tangga akan selalu naik, tapi tidak akan pernah mencapai bulan tanpa bantuan kekuatan dari Allah swt .
Inilah arti yang tepat bagi Thariqat dan kami tidak mengelabui siapapun : Bahwa jika seseorang bekerja dengan tulus, maka Tuhan mungkin akan mengirim sebuah tangga pertolongan. Kapanpun, tangga dari bulan akan turun untuk mengangkat kalian ? Tetapi kalian harus mengerjakan kewajiban dulu, lalu serahkan semuanya pada-Nya. Banyak orang membaca buku-buku tentang keajaiban-keajaiban yang terjadi dan kadang ego kita meminta kita untuk menjadi pembuat keajaiban. Thariqat adalah jalan yang mampu untuk menunjukkan keajaiban-keajaiban, namun kita tidak bekerja agar mampu melakukan hal-hal seperti itu.
Hanya ridha Allah yang kita tuju, bila Allah ridha dengan kita, maka DIA pun akan membuat kita ridha pada-Nya. Pada saat itu, kalian tak akan lagi berpikir tentang keajaiban, hanya ego yang meminta menunjukkan hal-hal seperti itu. Grandsyaikh Abdullah q berkata, "Saya berbicara atas nama Sayyidina Al-Mahdi as, karena beliau belum diizinkan untuk muncul dan mengatakan hal ini secara langsung pada publik, tapi saya telah mendapatkan izin beliau. Saat beliau muncul, maka kalian akan menjadi saksi bagaimana beliau akan berbicara.
Majelis semacam ini sama dengan majelisnya Sayyidina Al-Mahdi as, dan mempunyai pahala yang sama. Pengetahuan ini bukan hasil dari membaca buku namun berasal langsung dari hati Nabi saw. Allah swt menganugerahkan pengetahuan ini bagi siapa yang beriman pada-Nya serta menjaga perintah-Nya dengan rasa hormat yang tinggi.
Wa min Allah at Tawfiq