Selasa, 14 April 2009

Siapakah Saya ?… Saya adalah HambaNya!

"Siapakah Saya ?… Saya adalah HambaNya!"
Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani. Lefke, Cyprus 26 Februari 2006
Diambil dari http://mevlanasufi.blogspot.com/


A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim, Bismillaahir rahmaanir rahiim, Allaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammadiw wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin. Destur, ya Sayyidi, ya Sultanu-l Awliya! Bismillahi r-Rahmâni r-Rahîm

Ini adalah sebuah perkumpulan. Semoga Allah mengampuni kita! Apabila kita diberikan pengampunan, maka keridhaan Allahpun datang, jika Allah tidak mengampuni, maka Allah tidak memberikan ridhaNya. Dan kita memohon pengampunan Allah : "O, Tuhanku, ampunilah hambaMu yang lemah ini."

Kita sama seperti manusia yang lain sebagai hamba, itulah alasan penciptaan kita. Kita diciptakan untukNya, untuk menyembah, menjadi hambaNya! Subhannallah, Maha Suci Allah – Dia menciptakan manusia dan mengirimnya dari Surga ke bumi dan Dialah yang menciptakan semuanya, tak ada Pencipta yang lain. Kewajiban pertama yang harus kita tahu adalah, kita harus belajar dan bertingkah laku, itulah penghambaan kepadaNya.

Pertama kita harus mengajari anak-anak kita, dengan bertanya : "Siapakah kamu?" Jika kamu bertanya kepada keledai: "Siapakah kamu?" Keledai mungkin akan menjawab: "Saya seekor keledai." "Dan apakah tugasmu, untuk apa kamu diciptakan, apa yang kamu tahu tentang itu?" Keledai mungkin akan menjawab: "Ya, saya diciptakan untuk bekerja, memberikan layanan kepada manusia. Saya adalah hamba dan pelayan bagi manusia."

"Kemarilah kamu! Siapakah namamu?" "Nama saya fulan atau fulani."
"Siapakah kamu?" Dia mungkin akan menjawab: "Saya adalah saya."
"Siapakah kamu?" "Saya adalah seseorang, yang hanya tinggal dibumi, saya adalah makhluk."

"Apakah tugasmu, untuk apa kamu diciptakan?"
"Ooo..Saya tidak pernah menduga akan diajukan pertanyaan seperti itu. Tidak pernah ada yang bertanya untuk tujuan apa saya diciptakan dan bahkan saya sendiri tidak pernah mencari tahu alasan untuk bertanya pada diri sendiri untuk apa saya diciptakan!".

Artinya keledai lebih mengetahui tugasnya sebagai hamba dan pelayan bagi manusia; anjing, kucing, sapi, rubah, kerbau, unta, domba dan kambing mengetahui bahwa mereka diciptakan untuk manusia. Tetapi ketika kita bertanya kepada manusia: "Untuk apakah kamu diciptakan?" Manusia mungkin menjawab: "Saya tidak pernah ditanya seperti itu, tidak ada seorang pun pernah bertanya dan saya tidak menemukan alasan ataupun jawaban atau saya tidak pernah berpikir untuk bertanya pada diri sendiri: untuk apa saya ada?."

Itu berarti level hewan diatas level manusia, karena hewan mengetahui tujuan mengapa mereka diciptakan, tapi manusia berkata :"Saya tidak tahu. Saya tidak pernah memikirkan hal itu." Yang kita bahas sekarang adalah "ma'rifat", itulah yang kita tanyakan pada diri kita. Sebelum semuanya, sebelum semua diketahui, kamu hatus mengerti tentang dirimu sendiri: "Siapakh saya?" Itulah "ma'rifat" – untuk mengetahui diri sendiri. Siapa mengetahui dirinya mengenal Tuhannya.

Ketika kamu telah mengetahuinya, kamu akan menanyakan pertanyaan lain: "Apabila saya makhluk, diciptakan dan ada diplanet ini, siapakah Yang Satu yang telah menyiapkan bumi ini sebagai tempat tinggal saya? Siapakah yang menyiapkan? Siapa yang mengirim saya? Dari milyaran atau jutaan milyar dan ratusan milyar sistem, galaksi, bagaimana saya dapat berada diplanet ini?"

Jawabannya bukan sesuatu yang dapat kamu pelajari melalui kapasitas kamu, tidak. Apabila kita dapat mempelajari semua melalui kapasitas kita yang ada, maka sudah tidak dibutuhkan sekolah, menyiapkan pendidikan tinggi atau mendirikan pesantren dan sebagainya. Untuk apa? Tidak perlu! Jika dapat menjawab pertanyaan ini: "Siapakah aku?", jika pertanyaan tersebut dapat dijawab oleh diri kita sendiri, maka tidak ada alasana atau keuntungan mengirimkan seseorang seperti para Nabi as.

Dapatkah kamu belajar sendiri? Melalu keakuanmu, apakah kamu mengetahui alasan keberadaanmu? Bila dapat, maka tidak dibutuhkan seseorang untuk berkata: "Datang dan dengarlah, saya berbicara bagi kamu, sesuatu yang kamu belum pernah dengar sebelumnya bahkan berpikir tentangnya!".

Tetapi manusia sekarang seperi Nimrod; Nimrod tidak pernah berkata: "Saya adalah makhluk atau saya diciptakan", tidak, yang dia katakan :"Saya Tuhanmu, dan kamu hambaku. Saya adalah Tuhan di bumi ini!". Ketika Sayyidunâ Nabi Ibrahim as datang dan berkata: "O Nimrod, datang dan katakan 'O Tuhanku bahwa Kaulah yang menciptakanku dan mendandani aku sebagai seorang raja yang menjadi hambaMu' ". Nimrod tidak memandang dirinya dan berkata: "Saya hanya manusia biasa", tidak, dia menjawab kepada Sayyidunâ Ibrahim: "Oh! Yang anda maksud adalah Raja Surga, Tuhanmu, yang menyuruhku menjadi hambaNya dan sayalah raja dunia, sayalah raja."

Bila kamu berkata kepada manusia sekarang,"Datang dan sembahlah, datang dan lakukan penghambaan!" Mereka akan berkata,"Untuk siapa?" Dan mereka akan berkata. "Tuhan itu tidak ada!." Akhirnya Nimrod berkata: "TuhanMu ada di Surga, tapi akulah raja di dunia!". Nimrod tidak mengatakan 'Tidak ada Tuhan', tapi manusia sekarang lebih buruk dari Nimrod dengan berkata: "Tidak ada Tuhan di dunia dan di Surga." Apabila ditanya mengapa, mereka hanya akan menjawab: "Semua ada karena alami, alami.."

Manusia sekarang lebih buruk dari Nimrod, mereka tidak berpikir, karena sebagian besar mabuk, mereka tidak pernah berpikir tentang segala hal dari kenyataan. Setan membuat mereka hidup dalam imajinasi, melalui dunia imajinasi; bahkan mereka tak pernah mendekati kenyataan/realitas; mereka selalu berlari ke jalan setan, yang membawa mereka untuk mempercayai imajinasi.

Karena itu sekarang manusia mengklaim: "Kami telah mencapai puncak keberadaban dan kami telah meraih stasiun kekuasaan yang belum pernah diraih satu orang pun!". Dan mereka pun berkata: "Seluruh manusia yang telah tiada, mereka tidak pernah meraih titik kekuasaan seperti yang kami raih saat ini dan kami menggunakan kekuasaan yang besar dan dapat menembus batas yang tidak terbayangkan. Karena itulah, kami adalah pembebas dan kami dapat berkata bahwa semua orang diciptakan oleh dirinya sendiri dan tidak diperlukan Sang Pencipta!". Mereka pun berkata: "Setiap kekuatan melalui teknologi berasal dari tangan kami!".

Itulah posisi manusia yang sombong saat ini. Mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah batil, banyak kesalahan dan kesalahan itu menimbulkan krisis, menimbulkan bencana, menimbulkan masalah yang tak terhitung. Bila kamu dapat memecahkan satu masalah, maka cara yang kalian pakai akan menimbulkan masalah lain dan masalah lain lagi –masalah yang tak henti-henti dan bencana tak berkesudahan, karena itulah bencana-bencana itu akan menimbulkan penderitaan yang tak berakhir dan manusia tidak akan pernah bisa beristirahat. Tidak ada satupun yang berkata: "Saya bahagia!".

Orang-orang tidak berkata: "Saya bahagia telah dikirim ke bumi ini." Orang-orang yang tidak beriman membawa manusia kepada bencana dan bencana adalah hasil dari masalah. Apabila manusia tidak dapat memberikan solusi untuk sebuah masalah, bagaimana bisa manusia berada dalam kedamaian? Tidak akan. Bencana akan membawa bencana, bencana membawa penderitaan dan penderitaan membawa manusia lari dari kepercayaan.

Karena itu, manusia mungkin mengetahui banyak hal, tetapi semua pengetahuan yang mereka pelajari dan ajarkan tidak dapat memberikan solusi untuk krisis yang dihadapi. Saat ini krisis menjadi hal utama. Negara-negara barat berkata: "Kami telah mencapai puncak teknologi, kami sangat kuat, kami dapat melakukan apapun dengan teknologi, kami berusaha untuk memecahkan misteri", tetapi mereka tidak bisa mengerti pengetahuan yang sangat sederhana!"

Suatu saat ada seseorang yang sedang duduk seperti saya, berceramah dan memberikan pelajaran kepada murid-muridnya, berkata,"Saya dapat menjawab semua pertanyaan kalian." Salah satu yang hadir berdiri dan bertanya,"O Guru kami! Bagaimana menurutmu, ganjil atau genapkah janggut kami?" "Hmmm…saya tidak pernah memikirkannya. Ada pertanyaan lain?". Maka berdiri satu orang lagi, orang itu berkata,"Ini adalah kulit serigala. Tolong, bila kamu tahu segalanya, menurut anda berapa banyak rambut dikulit ini?". Inilah contoh dari manusia yang selalu berkata 'Kami tahu segalanya, tetapi tak bisa menjawab segala pertanyaan tersebut.

Mereka berkata bahwa komputer tahu segalanya, Bila kamu tahu segalanya dan berkata,"Kami memiliki komputer", masukkan pertanyaan ke komputer dan akan keluar hasilnya!". Tetapi bukan itu jawabannya! Saya menanyakan sesuatu yang bahkan komputer, komputer mutakhir abad 21, atau orang terpelajar seperti ilmuwan, tidak akan dapat menjawabnya!

Murid yang lainnya berdiri dan bertanya,"O Syekhku, bagaimana menurut anda tentang seekor semut? Badan semut hanya memiliki 2 buah bagian, kepala dan bagian belakang, tapi diantara 2 bagian itu ada struktur yang tipis. Saya memikirkannya beberapa lama untuk menemukan jawabannya, Tiba-tiba jawaban itu adalh sebuah pertanya lain, “menurut anda isi perut semut ada dibagian kepala atau belakang?"

Saya bertanya pada ilmuwan yang selalu berkata,'Kami tahu segalanya': "Katakan padaku: dibagian manakah isi perut semut? Bagian depan atau belakang?" "Kami harus melihat, kami akan bertanya pada komputer." "Lalu ada bagian kecil pada komputer, yang akan mencari jawabannya, tapi pertanyaan itu tidak dapat dijawab. Pengetahuan yang mereka klaim tersebut hanyalah seperti sebuah satu titik di samudera pasifik dan mereka membanggakannya dengan berkata,"Kita tahu segalanya!".

Dan saya berkata,"Kamu harus berusaha mencari tahu tentang dirimu sendiri. Sebelum mengetahui hal lainnya, Siapakah kamu? Jawablah itu. Saya tidak menanyakan banyak pertanyaan, hanya 'Siapakah kamu?' dan 'Apakah tugas manusia dibumi?' Apabila kamu tidak memiliki jawabannya, diamlah, jangan berkata apapun!." O manusia, berikanlah aku jawaban, 'Siapakah kamu?' Seluruh dunia harus mengatakan posisi sebenarnya, tentang diri mereka, siapakah mereka dan bagaimanakah mereka menjadi ada, tapi setan membuat mereka berlarian dan setan mengajarkan mereka hal-hal yang menganggu dengan segala macam ilmu. Itulah rangkuman dari tugas mereka atau 'ilmu': untuk memberi manusia bencana; dari satu bangsa ke bangsa lain, dan setiap bangsa yang ada melalui diri mereka masing-masing.

Semoga Allah memaafkan kita dan semoga Penguasa Surga memberikan kita seseorang yang mengajari jawaban sebenarnya dari pertanyaan,"Siapakah kamu? Siapakah saya?". Jika kita tahu apapun tentang itu, maka kita tak berilmu! Maka manusiapun akan tahu istilah baru dari “pengetahuan”. Manusia telah meninggalkan pengetahuan turun temurun, dan mencari tahu tentang 'virus flu burung'. "Berapa tahun kamu belum dapat memperlajarinya, sekarang kamu belajar? Siapa yang mengajarimu?" "Kami tidak tahu, kami bertanya: dimanakah tempat untuk mempelajarinya?" Saya menjawab,"Daripada membunuh burung dan makhluk tak berdosa lainnya yang memberi manfaat bagi manusia, kenapa kamu tidak menangkap virus itu dan membakar virus tersebut?" Dan mereka akan menjawab,"Virus ini tak terlihat, bahkan dengan miksroskop tercanggih."

Di Turki, sebagian orang mulai meragukan sebagian orang lainnya dan berkata,"Mungkin penyakit ini flu burung:, tapi saya tidak pernah mengetahui jenis virus tersebut. Sebanyak 80 juta manusia, tidak ada satupun yang mengetahui virus ini. "Apa yang harus kami lakukan?". "Kami dapat mengirimnya ke London, mungkin mereka tahu tentang virus ini". Sebagian orang berkata,"Tidak, bangsa Inggris juga tidak tahu, kita harus bertanya ke bangsa Perancis yang berkata,"Kami ilmuwan nomor satu, kami harus melihatnya dulu!" Saya bertanya,"Jika kamu tidak pernah melihat atau mengetahui bentuk virus itu, apakah virus itu ada?" "Tidak". Dalam hal ini manusia menuju kebodohan...

Semoga Allah mengutus seseorang untuk membangunkan bangsa-bangsa, orang-orang, untuk mengenal dirinya sendiri sehingga mereka dapat menemukan jalan yang benar menuju ilmu yang sesungguhnya atau mereka seharusnya berada dalam tabir kebodohan dan tabir kebodohan memberikan manusia bencana, bencana terbesar, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi setelah satu jam kemudian, setelah satu menit, setelah satu hari...

Itulah yang membuat manusia lebih banyak terjerumus dalam bencana dan penderitaan. Itulah hukuman dari Surga, disebabkan manusia kehilangan arah, alasan sebenarnya ataupun kebijaksanaan dari keberadaan mereka dan karena mereka tidak pernah berkata, "Kami ada untuk Penguasa Surga!" Semoga Allah memberikan pengampunan dan meridho kamu!Untuk kehormatan dari segala kehormatan dalam Kehadirat Ilahi, Sayyidinâ Muhammad - sallaLlahu ´alayhi wa sallam, Fatiha!

Wa min Allah at Tawfiq, Bihurmati habib, Fatihah

Arsip Blog