Rabu, 03 Juni 2009

Cinta Kepada Mursid/Guru Sejati

Cinta Kepada Mursid/Guru Sejati
Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani an-Naqshbandi qs

Bismillah hirRohman nirRohim

Suatu ketika seorang anak muda datang kepada Syaikh, “Maulana, Saya bingung berilah saya rasa damai. Beberapa waktu yang lalu, saya jatuh cinta kepada seorang gadis, dan kami sempat memutuskan untuk menikah. Tetapi di lain pihak, dia menemukan pria lain yang dia suka dan malah akhirnya merekalah yang menikah! Saya sangat menderita akibat hal ini, tak tahan rasa sakitnya.” Lalu Syaikh menjawab, “Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Temui gadis lain dan nikahi dia.”

Si anak muda menjawab, “Usul yang baik, Syaikh! Tetapi pikiran saya selalu terbersit oleh kenangan akan gadis itu dan jikalau saya mencoba jutaan kali, saya tidak bisa melupakannya.” Syaikh bertanya, “Mengapa kamu sampai mengingatnya seperti demikian?” Anak muda itu menjawab, “Sebenarnya bukan saya sengaja melakukannya, tetapi selalu saja hal itu datang ke
ingatanku Syaikh. Selalu saja bayangannya melewati nuansa pikiran ini.

Nah bukankah hal ini sangat luar biasa? Si anak muda tidaklah sampai menyembah gadis itu; tidak pernah menerima formulasi wirid dari gadis itu yang memuat nama-nama atribut sang gadis. Inilah konsekuensi dari Cinta dan kebersamaan. Ketika meletakkan seseorang di kalbu dengan rasa cinta (mahabbah), kita tidak akan mampu untuk menghilangkannya. Inilah buahnya muraqaba. Lalu mengapa kita tidak melakukan hal tersebut terhadap Syaikh atau guru kita? Sang Syaikh hanya memerlukan satu kali untuk memasuki kalbu dan pikiran kita, lalu akan terus bersemayam di dalamnya terutama setelah mahabbah, kita pun berkonjugasi dengannya.

Jangan berpikir bahwa para Sufi dapat menerima pandangan yang mengatakan bahwa Sufisme bertentangan dengan syari’at? Ini tidak pernah menjadi masalah, dan tidak akan menjadi masalah. Dari Rasulullah saw, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq ra, Sayyidina ‘Ali ra dan seluruh guru Sufi, semuanya menghormati dan menjaga syari’at sepenuhnya. Yang kami maksud adalah guru Sufi sejati, bukan anak-anak yang memproklamirkan dirinya sebagai guru Sufi dan membawa seluruh khuza’balat, ide-ide bodoh dan omong kosong diberikan kepada sufisme. Apakah Sufisme seperti ini? Sufisme berarti bahwa kalian tidak mengangkat kepalamu dari
posisi sujud.

Kalian lihat mereka yang mengaku guru sufi, mereka tidak memelihara janggut, tidak memakai turban, tidak memperhatikan sunnah Rasulullah saw, dan tetap mengaku sebagai guru Sufi dan berbicara mengenai Jalaluddin ar-Rumi atau Muhyiddin ibnu al-‘Arabi, atau Abu Yazid al-Bistami . Abu Yazid al-Bistami, Muhyiddin ibnu al-‘Arabi dan Jalaluddin ar-Rumi menyangkal mereka! Para Awliya ini tidak menerima mereka karena mereka akan bertentangan dengan syari’at.

Guru Sufi yang palsu bahkan mengaku bahwa kita tidak perlu berwudhu. Bagaimana mungkin wudhu tidak diperlukan? Salah satu Nama Rasulullah saw adalah Nabi dari “orang-orang yang bercahaya", al-ghurr al-mujjalin. “Orang pertama yang akan kupanggil menghadapku untuk masuk ke dalam surga dan bertemu dengan Allah di surga dan tetap bersamaku adalah mereka yang anggota tubuhnya bercahaya seperti cahaya matahari karena dibasuh dengan wudhu” (Bukhari-Muslim). Setiap orang di antara kalian yang selalu menjaga wudhunya akan termasuk orang-orang yang beruntung itu.

Ketika Abu Huraira ra ditanya mengapa beliau membasuh anggota tubuhnya dengan air melebihi yang diperlukan, beliau menjawab bahwa beliau ingin seluruh anggota tubuhnya bersinar pada hari itu. Lalu bagaimana mungkin—orang yang mengaku Sufi—berkata bahwa wudhu tidak diperlukan? Mereka mengaku bahwa mereka melakukan wudhu dengan cara menghirup, lalu mengeluarkan semua kotoran mereka. Ini lebih baik dilakukan di kamar mandi, bukan di masjid. Kalian hanya bisa masuk ke masjid setelah melakukan wudhu! Tidak ada satu pun yang dapat membersihkan kalian kecuali dengan wudhu. Kami membantah apa yang mereka katakan. Mereka yang mengaku Sufi itu bukan Sufi sejati tetapi sesungguhnya menentang sufisme, dan merekalah yang memberi citra buruk kepada sufisme.

Wa min Allah at Tawfiq



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Arief Hamdani

Mursyid Sejati Seperti Helikopter Bukan Concorde

Mursyid Sejati Seperti Helikopter Bukan Concorde
Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani qs


Bismillah hirRohmaanir Rohim

"Oh Tuhanku, aku mohon padamu untuk menganugerahiku pemahaman,dan agar membuatku mampu membuat yang lain memahaminya." Ini adalah Sebuah doa Nabi Muhammad SAW .

Setiap akan memberi nasihat, diam-diam aku membaca doa ini. Karena aku sadar ; hanya dia yang telah mengetahui dirinya sendiri yang mampu mengajari orang lain sesuatu yang berguna. Ada seorang tamu yang mengatakan padaku tentang seorang guru spiritual yang tulisan dan pembicaraannya amat rumit, dan hanya para intelektual terlatih yang mampu mengerti apa yang sedang dia katakan.

Ini bukanlah tanda orang yang punya pemahaman karena ajaran-ajarannya tidak bisa dimengerti. Seorang manusia yang punya pemahaman akan selalu mencoba membuat dirinya dapat dipahami dengan memberikan pidato yang jelas dan langsung ke sasaran. Menyesuaikan dengan tingkat pemahaman pendengarnya, dan dia akan mencoba merambah pendengar seluas mungkin, kalau tidak maka kata-katanya akan seperti tertiup angin.
Bahkan Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan dari seluruh mahluk, Tuhan segala ciptaan, Tuhan bagi seluruh eksistensi, merendahkan segala Keagungan-Nya sampai ke tingkatan seluruh ciptaan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan "Tanazzulat Subhani" atau sedekat mungkin dari yang mampu di pahami. Dengan merendahkan segala Keagungan itu, kalian bisa menemui Tuhan pada setiap ciptaan-Nya, di dalam segala tingkatan.

Jika Dia tidak bersama dengan seekor semut dan tidak paham kondisi dan kebutuhan semut, maka Dia tidak bisa didefinisikan sebagai Tuhan bagi semut itu. Dia, Tuhan bagi seluruh ciptaan. Semua ada dalam Pengetahuan-Nya, bahkan mahluk-mahluk terkecil sekalipun. Apalagi umat manusia, ciptaan yang paling istimewa, apakah berlebihan bila kita mengatakan bahwa Dia selalu bersama kita ? "Tidakkah Pencipta mengetahui apa yang Dia ciptakan ?" tanya Tuhan. Dia Maha Tahu dan menjadi Tuhan bagi seluruh ciptaan-Nya, namun hal itu tidak mengurangi -Nya untuk selalu bersama setiap ciptaan-Nya.

Nabi-Nabi kita yang suci beserta para pewarisnya di setiap zaman telah diberkati dengan pengetahuan rahasia akan Kebenaran Ilahiah. Dan kewajiban utama mereka untuk mengungkapkan segala kenyataan itu agar dapat dipahami oleh umat manusia secara umum dan juga bagi setiap individu dalam cara apapun , sesuai tingkat pemahaman dan kemampuan mereka. Sebagai pembimbing bagi umat manusia atas percikan Sifat-Nya, mereka telah dianugerahi kemampuan untuk mengkomunikasikan dan menyentuh hati-hati manusia.

Namun hanya para Nabi dan para pewaris aslinya yang menemukan keluwesan seperti itu dalam diri mereka. Bagi yang lain amat susah untuk berkomunikasi dengan mereka yang bukan dari kalangannya sendiri atau dari latar belakang dan perilaku yang sama. Pembimbing Ilahiah mampu memberikan apa yang masyarakat inginkan, mengatakan apa yang mereka ingin dengar, sehingga semua orang dari berbagai kalangan mampu merasakan kedamaian bersama dan mengikutinya.

Sebuah pesawat Concorde tidak bisa mendarat di atap sebuah gedung, namun sebuah helikopter mampu. Kebanyakan ulama seperti Concorde, begitu bangga dengan sayapnya yang besar, kecepatan dan bentuknya yang luar biasa. Namun hanya negarawan, pialang, pria, wanita yang istimewa dan makmur yang bisa naik Concorde. Seperti para ulama hanya bicara dan menulis agar di puji oleh para ulama lain. Concorde terbang dengan kecepatan yang luar biasa dan butuh area yang luas di bandara internasional untuk mendarat, namun sebuah helicopter dapat mendarat dimanapun, kadang di laut, atau terbang rendah untuk menyelamatkan manusia yang terperangkap api.

Maka Guru-Guru Ilahiah juga dapat diakses setiap orang di setiap kesempatan, dimana Concorde bisa menabrak sebuah tempat dimana heli mampu menyelamatkan para korban. Aku tidak meninggalkan mereka di atas gunung Himalaya, namun menyelamatkan mereka. Para pencari kebenaran harus mencari kualitas-kualitas seperti itu dalam seorang pembimbing yang mengaku ingin menyampaikan ceramah yang berkaitan dengan keilahian. Kalau tidak, mereka akan mengejar ajaran yang sia-sia dan menurut Nabi suci kita, sebuah tanda dari kesempurnaan manusia dalam Islam adalah penolakannya pada aktifitas yang tidak berguna ( yang tidak ada kaitannya dengan dirinya ) .

Salah seorang tamu kita menceritakan bahwa ulama ini mengangkat topik tentang "Fana dan Baqa", atau Lenyap dan Abadi dalam Ilahi. Aku rasa tidak seorangpun - kecuali mereka yang telah mencapai maqam tsb- layak untuk berbicara mengenai topik itu. Kalau tidak, penjelasannya akan sama dengan mereka yang belum pernah mencicipi madu dan berusaha menjelaskannya dari buku yang dibacanya, kepada mereka yang tidak tahu tentang madu. Atau seperti bertanya pada seorang anak kecil tentang kenikmatan bulan madu…sia-sia.

Topik-topik ini adalah Samudra. Ketika kalian meleleh, terserap dalam Ke-Esa-an Allah, maka kalian akan memahami arti dari "Fani-Fillah" (Lenyap dalam Allah). Ketika kalian bebas sebagai seseorang dalam eksistensi, ketika kalian mencoba menjadi setetes air hujan yang jatuh dari langit dan tenggelam, menyatu dalam Samudra Kesatuan Ilahi, maka tak seorangpun akan bertanya dimana tetesan itu hilang; karena tetesan itu telah menjadi sebuah Samudra. Sepanjang tetesan itu masih terjatuh, maka akan selalu berkata : " Aku adalah seseorang."

Namun ketika ia mencapai Samudra, diapun akan berkata : "Dimana aku ? aku sudah tidak ada, aku bersama-Nya; aku disini, namun tidak disini, hanya Dia yang disini dan sekarang aku bersama-Nya. Aku berada dalam Samudra-Nya. Aku merasakan ini, dan tidak ada yang mengatakan bahwa aku setetes hujan. Karena tetesan itu telah menjadi Samudra." Itulah sebuah contoh sangat sederhana akan penjelasan tentang melenyapkan diri dalam Tuhan.

"Baqa" atau keabadian, adalah keadaan selalu bersama Tuhan. Dalam maqam itu, kepribadian kalian tidak tampak; yang terpancar adalah eksistensi Ilahi. Kalian telah di dandani oleh KeEsaan Ilahiahnya. Itulah maqam at-Tawhid. Apa yang Baqa maksud adalah kalian tidak akan pernah kehilangan pandangan, perasaan, mengetahui, memahami tanpa membatasinya. Kita harus
berusaha meraih maqam-maqam ini, tapi Jalan itu susah dan butuh berbagai latihan.

Salah satu dari aspek latihan itu adalah dengan melihat apapun yang terjadi berasal dari Allah semata. Inilah rukun iman keenam dalam Islam : Keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, baik atau buruk adalah berasal dari Tuhan. Ini mengacu pada "Tawhid al-Af'al" atau " Penyatuan Tindakan ". Jalan untuk memulai kesadaran akan titik ini adalah dengan mengingat sumber dari segala apapun adalah Allah. Ketika sesuatu terjadi, jangan terusik dengan diri sendiri atau siapapun yang bukan penyebab terjadinya sesuatu. Karena mereka hanyalah alat atas kejadian-kejadian itu.

Itu berarti, jika Ahmad datang dan memberimu uang dan kemudian Fulan datang dan menamparmu lalu mengambil uang itu. Janganlah mengira bahwa Ahmad adalah si pemberi dan si Fulan adalah seorang pencuri. Jika kamu berpikir seperti itu, kamu sudah jatuh dari tingkatan keimanan yang tinggi. Kalian harus menerima bahwa Tangan Tuhan ada dibalik kedua tangan mereka, baik yang mengambil dan yang menerima. Karena bagaimanapun, Dialah Sang Pencipta bagi segala tindakan manusia.

Ketika seseorang berbaik hati pada kalian, kalian harus ingat bahwa Tuhan kalian yang mengirimkan kebaikan itu pada hatinya, dan kalian harus bersyukur pada-Nya. Nabi bersabda, " Siapa yang tidak berterima kasih pada manusia, sama dengan tidak bersyukur pada Allah."

Nabi tidak mengijinkan pandangan tauhid memecah kita dari menyempurnakan kesopanan kita terhadap manusia yang bersangkutan. Ketahuilah, Tuhanmu yang mengirim dia, dan jangan melupakan itu dalam keadaan apapun. Dan ketika kalian melihat Ahmad memberi emas penuh ditanganmu, kalian harus katakan : "Oh Syaikh Ahmad, terima kasih banyak! Pertama, terima kasih pada Tuhanmu, yang mengirim kebaikan di hatimu untukku, dan terima kasih atas ketulusanmu memberikan apa yang telah diamanatkan padamu."

Dan ketika perampok bernama Fulan datang, memukulmu dan mengambil seluruh uang itu, janganlah marah padanya ! Ya, menurut hukum Ilahi, Syariat, diijinkan bagi yang mampu untuk meraih kembali uang itu, dan memberi hukuman sesuai hukum masyarakat. Namun jika kalian berada dijalan Tauhid, maka kalian harus menghormati bahwa segala kejadian itu berasal dari
Allah juga. Dia sendiri yang mengirim orang untuk merampok kalian, karena Pencipta dari setiap kejadian hanyalah satu : Allah Yang Maha Kuasa.

Karena tidak mungkin bagi semua orang menginginkan keimanan tingkat tinggi, dimana Tangan Tuhan terlihat di setiap peristiwa, maka Allah dalam salah satu ayat Qur'an, dalam kasus pembunuhan diijinkan untuk "Nyawa dibayar dengan nyawa" dan berlanjut bagi mereka yang mampu untuk " memberikan pipi yang satunya" inilah tingkatan-tingkatan terhormat dari Syariat-hukum dan Thariqat-jalan / cara. Berdasarkan ayat-ayat ini, bagaimanapun hukum islam mengenai pembunuhan adalah seimbang. Melegakkan bagi perasaan manusia normal dengan membalas dendam ketika menghadapi kejahatan yang mengusik ini.

Islam mengijinkan untuk mengeksekusi para pembunuh, sehingga dengan cara ini , meredakan perasaan keluarga korban dan mencegah adanya permusuhan. Hukum juga mengijinkan pembayaran uang sebagai pengganti pelaksanaan hukuman bagi kerabat korban. Terakhir, ayat tersebut menyadarkan bahwa siapapun yang mencari tingkat tertinggi dari keimanan dan pandangan keEsaan untuk memaafkan. " Dan siapapun yang memaafkan dan memahaminya, imbalannya adalah sebuah " posisi" disisi Tuhan-nya."

Apa yang Allah maksudkan bagi para pencari kebenaran sejati adalah: " Sekarang maafkan dia, karena Aku-lah yang mengirimnya untuk melakukan perbuatan itu."Sehingga kalianpun sadar, bahwa sebenarnya tidak ada yang bersalah dan tidak perlu adanya balas dendam. Namun ini bukan tingkatan biasa. Kita harus mengusahakan untuk bisa memaafkan perbuatan seperti itu, namun ego kita seperti gunung berapi. Manusia amat sopan dalam urusan sehari-hari selama semua orang berperilaku sesuai apa yang diharapkan dan semuanya berjalan sesuai yang direncanakan. Namun ketika Tuhan menghalangi dengan kejadian kecil yang mengakibatkan kecelakaan, hanya karena alasan kecil itu, kita bisa mendengar kata-kata cabul keluar dari mulut mereka seperti semburan lahar.

Ego seperti itulah yang membuat orang menjadi sakit. Itu berbahaya karena berada dibawah perintah ego-ego. Dimana kalian menemukan toleransi seperti yang di katakan dalam ayat-ayat qur’an ? Begitu banyak kebencian dan frustasi mengurung manusia, saya melihatnya dalam penampilan mereka, bahkan sering seseorang yang sedang marah mencari kambing hitam. Dan
yang menarik, kambing hitam yang asli dan yang diberlakukan diseluruh dunia adalah selalu "orang-orang asing".

Jadi saya meyakinkan masyarakat di barat sini : " Kami disini sebagai tamu kalian. Ini tanah air kalian." Begitukah ? Kalian tidak bisa tinggal disini,kecuali di makam. Tanah air kalian adalah didalam kuburan, bukan diatas tanah. Bersyukurlah, tidak seorangpun mengomeli kita di kuburan, tidak ada yang mencegah kita untuk tidak dikubur. Penggali kubur membersihkan
debu di tangannya lantas dia pergi, dan bumi menerima kita tanpa diskriminasi. Hanya manusia di atas bumi yang sibuk dengan membuat perbedaan. Oleh karena itu penerimaan tingkat tinggi yang berasal dari Tuhan jarang ditemukan. Namun Allah mengajari kita : " Kalian harus mengerti siapa Aku. Aku-lah Sang Pencipta semua manusia dan apapun yang mereka perbuat. Pahami ini dan kalian akan meraih kedamaian serta meninggalkan segala omelan."

Ketika aku dengan Grandsyaikh melakukan Tawaf di Mekkah, di rumah Allah Allah, Ka’bah. Grandsheikh berkata padaku : " Lihatlah ke atas sana !" Ketika aku melihatnya, diatas kepala-kepala manusia yang sedang berjejal-jejal ada sekelompok orang juga sedang melakukan Tawaf. Namun mereka dalam maqam yang berbeda. Tenang, damai dan santun. Padahal mereka juga
manusia, bukan malaikat. Mereka adalah golongan yang telah mencapai maqam dimana mereka melihat apapun yang terjadi, berasal dari Allah, mereka telah meninggalkan kesusahan dalam mengejar dunia.

Tetapi bersamaan dengan itu, di bawah mereka, manusia-manusia berjejal-jejal karena kurang akan keyakinan. Saling mendorong, menyikut dan menginjak-injak. Ada kelompok-kelompok yang saling mengunci tangannya dan menyikut kerumunan, bergerak lurus dengan kecepatan tinggi, melempar mereka yang naas nasibnya jatuh atau terpelanting ke udara. Ada sikut-sikut orang di rusukku, tumit orang di jempol kakiku. Namun diatas kami, mereka yang telah pasrah akan kehendak Allah, tidak lagi membutuhkan bumi dibawah kaki mereka.

Sekarang, mungkin kalian menganggap hal semacam itu adalah mustahil. Menganggap aku sedang mendongeng, namun ketika diberitahu ada pesawat sedang terbang, kalian langsung mempercayainya. Jika manusia mampu membuat besi bisa terbang, apakah Tuhan tidak mampu menjadikan manusia terbang ? Mereka berada dalam kedamaian Tuhan dan segala ciptaan-Nya mampu mengangkatnya. Kita telah ditunjukkan ‘jalanan yang lebih tinggi’ dalam pandangan KeEsaan-Nya, dan kita diminta bersabar dalam segala kejadian yang tidak kita senangi dengan mengingat Sumber Penyebabnya. Inilah latihan terbaik bagi ego-ego kita. Jalani latihan ini, atau kalian akan terus bersusah payah sampai menuju liang lahat nanti.

"Wahai manusia, jika kalian berusaha keras menuju Tuhan-mu, maka kalian akan berjumpa dengan-Nya." Tuhan Yang mengajarkan kita bahwa usaha keras kita akan dunia, pengejaran kita dari timur sampai barat, dari sini ke sana, siang malam, tanpa kita sadari, tidak lain adalah perlombaan kita menuju Samudra Ke-Esaan Tuhan Yang tiada akhirnya. Namun kita belum
menyadarinya sekarang. Ruh kita mencari Tuhan-nya, sehingga kemanapun kita bergerak, tidak ada arah lain kecuali menuju ke hadapan-Nya.

Wa min Allah at Tawfiq



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Arief Hamdani

Saya Memerlukan Seorang Pemandu

Saya Memerlukan Seorang Pemandu
Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani qs


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Tanda bahwa seseorang adalah Guru Spiritual yang Sejati , adalah bahwa kalian dapat mempercayainya. Kalbu kalian memberikan sinyal akan hal itu, dan kalbu tak pernah salah.

Ketika seseorang duduk bersama seorang Mursyid sejati, ia akan merasakan kedamaian, ketenangan dan kepuasan, serta amat bahagia. Orang itu akan melupakan seluruh masalah- masalahnya

Dalam hadirat Sang Guru, dia merasa bagaikan seekor ikan di dalam samudera. Mengapa orang-orang pergi ke pantai, ke tepi lautan? Karena ketika mereka memasuki air, mereka menemukan ketenangan dan kenikmatan.
Ruh pun menginginkan suatu samudera baginya.

Dalam kehidupan kita ini, kita membutuhkan seseorang yang bagaikan sebuah samudera, sehingga kalbu-kalbu kita dapat merasakan kenikmatan dan kepuasan dalam samudera Para Pembimbing Ruhani Sejati

Allah berfirman dalam al-Qur’an [9:109], “bahwa jika seseorang membangun rumahnya pada jurang yang terjal tanpa pondasi yang kuat, maka rumahnya pasti akan runtuh”. Jika seseorang membangun pondasi rumahnya dengan bahan yang baik, atau pada tanah yang padat, lapisan demi lapisan direncanakan dengan baik, dia akan mempunyai rumah yang kokoh. Setiap hal membutuhkan orang yang ahli dalam setiap bidangnya.

Jika Saya bertanya kepada kalian, “Bisakah kamu membuatkan rumah untuk kami?” maka orang yang tidak ahli akan menjawab, “Tidak, saya bukan tukang kayu, saya tidak pernah membangun rumah.” Jadi kita harus memanggil orang lain dan berkata, “Tolong buatkan rumah untuk kami karena anda ahlinya.” Maka orang itu akan menjawab, “Baiklah! Begini rencananya, di sini saya akan meletakkan dinding, lalu di sini pondasi harus lebih kuat, atap dengan kuda-kuda kayu dan seterusnya.”

Jadi jika kalian memerlukan seorang ahli untuk membangun rumah yang biasa, bagaimana dengan membangun hati kalian? Bagaimana kalian dapat membuat suatu pendekatan kepada Tuhanmu tanpa dibimbing seorang ahli? Kalian harus mencari ahlinya, karena kalian tidak dapat mencapai-Nya tanpa bantuan seorang pemandu, tidak peduli betapa keras kalian mencoba mengikuti jalan-Nya sendirian. Tak seorang pun yang dapat mencapainya sendirian karena kadang-kadang walaupun seseorang tahu bahwa dia berada di jalur yang benar, bisa saja dia melakukan sesuatu yang bukan pada tempat dan waktunya. Hingga seterusnya dia akan gagal.

Jadi kita memang memerlukan bantuan seorang ahli dan dia akan menjadi pemandu kita. Kalian tidak akan menemukan jalan dalam mengarungi gurun kehidupan untuk mencapai Tuhan, kecuali dengan bantuan seorang pemandu karena hempasan badai dari keinginan ego dan hasrat ingin menonjolkan diri dapat mengubah segalanya.

Ego memiliki keinginan. Angin badai ego kalian adalah keinginan yang kosong dan nafsu untuk menonjolkan diri. Bila keinginan tersebut muncul, dia akan menutupi jalur yang benar sehingga kalian akan tersesat. Kalian akan berhenti dan tidak tahu cara melanjutkannya. Itulah sebabnya kalian membutuhkan bantuan dari seorang pemandu yang benar-benar ahli dalam mengarungi gurun kehidupan tersebut. Pemandu Sejati adalah ahli dalam mengarungi jalur-jalur ego. Bila kalian tidak dapat menemukannya berarti buang-buang waktu saja dalam mencoba mendekati Tuhan di kehidupan ini.

Tuhan Maha Penyayang, karena kalian berusaha keras untuk mencapai-Nya, maka akhirnya kalian akan menemukan-Nya di akhir hayat meskipun tanpa bantuan seorang pemandu, tetapi kalian telah kehilangan waktu tanpa kemajuan yang berarti, kalian tersesat dahulu kesetiap tempat dan tidak bisa mencapai-Nya dengan cepat. Segera setelah kalian menemukan seorang pemandu dan kalian menerima panduan yang diberikannya, mengalahkan kemauan ego dan keinginan untuk menonjolkan diri, maka kalian akan sampai di sisi sebrang yang kalian tuju. Sebaliknya jika dengan kesombongan kalian tidak menerimanya, maka kalian akan tersesat di gurun yang sangat luas dalam waktu yang sangat lama.

Ketika Rasulullah saw diperintahkan untuk berhijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau bersabda, “Saya memerlukan seorang pemandu.” Beliau adalah seorang Rasul, mengapa beliau memerlukan seorang pemandu? Hal ini untuk mengajari kita bahwa walaupun beliau adalah seorang rasul, beliau tetap membutuhkan seorang pemandu, pemandu eksternal yang dapat menunjukkan jalan menuju Madinah. Misalnya, kita ingin menunjukkan jalan ke air terjun Niagara kepada anak kita, tetapi kita tidak tahu jalan menuju ke sana, maka kita akan mencari seorang yang ahli, yang tidak akan menyesatkan kita.

Beliau adalah Rasul tetapi Beliau SAW tetap mencari seorang pemandu, apakah beliau tidak tahu? Nabi ‘Isa as bersabda, “Salah satu di antara kalian akan menghianatiku.” Ini adalah benar, dan sebagai Muslim kita wajib mempercayainya. Beliau mengatakan ‘salah satu di antara kalian,’ apakah beliau tidak tahu? Beliau tahu tetapi tidak mengatakannya. Rasulullah saw pun tahu, tetapi mereka (Nabi ‘Isa dan Rasulullah saw) ingin menunjukkan kelemahan dan kerendahan hati sepenuhnya. Beliau mengajari kita untuk mencari seorang pemandu. Mereka membutuhkan seorang pemandu untuk menunjukkan jalan dari Makkah ke Madinah dan dengan bantuannya mereka bisa sampai di Madinah dengan aman.

Jika kita membutuhkan seorang pemandu untuk mengarungi gurun pasir, bagaimana dengan kehidupan spiritual kita? Ini lebih sulit. Kalian jelas membutuhkan seorang pemandu untuk masalah ini. Rasulullah saw mempunyai pemandu, yaitu malaikat Jibril as yang memberinya inspirasi dan menyampaikan wahyu. Pada peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah saw dibimbing menuju Kehadirat Ilahi. Jadi secara eksternal beliau membutuhkan seorang pemandu yaitu ketika hijrah dari Makkah ke Madinah dan secara internal beliau juga membutuhkan seorang pemandu, ketika hijrah menuju Tuhannya di malam Isra’ Mi’raj. Tanpa ada jalan mustahil melakukan hijrah, kalian tidak bisa pergi ke mana-mana tanpa ada jalan.

Itulah sebabnya mengapa setiap orang harus mencari seorang pemandu untuk menunjukkan jalan kebenaran dan jalan menuju realitas. Tanpa panduannya kalian akan berada dalam keraguan, apakah yang kalian lakukan benar atau salah. Kalian tidak akan mengetahuinya.

Dengan adanya pemandu, kalian akan bergantung kepadanya karena dia adalah seorang yang ahli. Seperti yang telah dikatakan bahwa Rasulullah saw mengambil seorang pemandu untuk menunjukkan jalan ke Madinah. Beliau tidak berkata kepadanya, “Tidak! Mengapa kamu membawaku ke jalan yang ini, bukan yang itu?” Beliau menggantungkan dirinya kepada pemandunya karena keahliannya.

Pemandu yang menunjukkan jalan harus dapat dipercaya. Kalian tidak bisa mengambil sembarang pemandu danmengaku bahwa dia adalah pemandu kalian. Jika kalian mengambil pemandu yang keliru, bisa saja dia membawa kalian ke dalam samudra Setan. Kalian akan tersesat dalam samudra halusinasi. Banyak orang yang mengikuti pemandu semacam ini, suatu saat para pengikutnya akan mengalami halusinasi. Apa yang mereka lihat sebenarnya tidak ada. Oleh sebab itu pemandu yang sejati sangatlah penting.

Bagaimana kalian bisa mengenalinya? Grandsyaikh Abdullah Faiz ad-Daghestan pernah berkata bahwa jika kalian ingin mengetahui apakah seseorang itu adalah seorang pemandu yang sejati, pertama kali yang harus dilakukan adalah melihat pakaian luarnya. Apakah dia telah memakai pakaian luar dengan lengkap? Jika belum, berarti ada kerusakan dalam hatinya, oleh sebab itu jangan ikuti dia. Segala sesuatu pada seorang guru Sufi, (kitaberbicara tentang Sufisme, bukan hal yang lain) yang tidak sesuai dengan pakaian dan perilaku seorang guru yang sejati, menunjukkan suatu ketidaksempurnaan atau kesalahan.

Grandsyaikh berkata, “Jika kalian mempunyai sebuah jam dan jam itu secara internal bekerja 100% tetapi tidak mempunyai jarum, jam itu tidak bisa menunjukkan waktu kepada kalian sehingga tidak ada manfaat yang dapat diambil darinya. Sama halnya dengan jam yang mempunyai jarum, tetapi mekanik internalnya tidak bekerja 100%, dia juga tidak dapat menunjukkan waktu yang tepat bagi kalian.” Jadi bagi seorang pemandu bagian eksternal dan internal harus sempurna.

Kita tidak berbicara tentang diri kita. Kita mengikuti guru kita. Beliaulah pemandu kita. Beliau bekerja 100% baik secara eksternal maupun internal. Kita hanya mencoba mengikutinya. Itulah sebabnya bila kita melihat kepada seseorang dan berpikir apakah dia adalah seorang pemandu sejati, kalian harus melihat bahwa dia telah melengkapi bagian eksternalnya tanpa ada kekurangan. Jika ada sesuatu yang hilang, kalian jangan mengikutinya. Bila dia kehilangan salah satu bagian eksternalnya berarti dia telah kehilangan banyak bagian internalnya, yang tidak dapat diketahui orang.

Kalian berpakaian dengan rapi karena tahu bahwa orang melihat kalian. Tetapi bila menyangkut hal-hal yang tidak dapat dilihat, kalian berkata, “Biarkan saja, toh tidak ada yang melihat.” Jika kalian kehilangan salah satu item dari pakaian eksternal yang jelas akan dilihat orang, berarti kalian ‘tidak fit’. Apalagi kalau menyangkut hal-hal yang tidak terlihat, tentu akan lebih banyak yang hilang. Orang seperti itu tidak bisa menjadi pemandu sejati. Dia adalah pemandu yang tidak terhubung.

Bisa saja dia membawa kalian ke jarak tertentu dalam kehidupan spiritual, tetapi dia tidak terhubung dengan tingkat yang lebih tinggi lagi. Pemandu sejati harus mempunyai penampilan luar yang mengikuti sunah Nabi saw yang lengkap, tidak kurang sedikit pun. Grandsyaikh berkata bahwa itu adalah langkah pertama untuk menentukan seorang pemandu sejati. Bila kalian melihatnya dan mengatakan, “Dia sudah lolos,” bukan ujian pertama, tetapi lolos dari “kriteria pertama.”

Berikutnya kita tinjau dari sisi dalam. Bagaimana kalian bisa melihat sisi dalamnya? Grandsyaikh berkata, “Kalian harus lihat bahwa orang itu mempunyai rasa hormat kepada setiap orang tanpa diskriminasi sekecil apa pun, tanpa memandang agama karena setiap manusia adalah hamba Tuhan yang saja.

Sang pemandu harus menghormatinya, pertama karena seluruh manusia adalah ciptaan Tuhan dan mempunyai Cahaya Ilahi dalam hatinya. Selain itu dia juga harus mempunyai rasa cinta terhadap mereka. Menerima apa yang dia inginkan baginya dan bagi anak-anaknya, untuk menjadi dan bertindak atas nama mereka, walaupun mereka hanya orang biasa yang belum menjadi pengikutnya. Jadi dia harus bisa menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada mereka. Ketiga, dia harus menunjukkan kerendahan hati kepada mereka. Dia tidak bisa berkata bahwa dia lebih tinggi dari mereka. Tidak ada seorang pun yang tinggi kecuali Tuhan. Jika dia menganggap dirinya lebih tinggi dari mereka berarti dia seperti Setan yang menganggap dirinya lebih tinggi dari Adam as.

Ketiga kriteria ini adalah “aksesoris dalam” yang dimiliki pemandu sejati. Dalam hal pakaian dia harus memiliki pakaian lengkap seorang Guru Sufi. Jika guru kalian seperti itu, barulah dia seorang pemandu sejati, ikutilah dia. Bersamanya kalian akan menemukan kepuasan hati dan menemukan hal-hal yang telah hilang. Jika kalian tidak menemukan orang seperti itu, lanjutkan pencarian kalian. Kalian akan menemukannya karena Allah Maha Penyayang.
Bila kalian memintanya, maka Allah akan memberi. Bila kalian tidak meminta, Allah tidak akan memberi.

Jika kalian sungguh-sungguh, memohonlah dengan hati kalian. Kalian akan menemukannya dan dia akan memberi kunci hati kalian. Jika kalian tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh, tidak melakukannya sepenuh hati, hanya di lidah saja mungkin kalian akan menemukannya atau mungkin juga tidak.
Ahmad al-Badawi adalah seorang Wali yang sangat terkenal di semua kalangan Sufi. Beliau menyatakan “Aku tidak membutuhkan seorang pemandu. Pemanduku adalah al-Qur’an,” sebagaimana yang dikatakan orang Wahabi sekarang ini, “…dan cara hidup Rasulullah saw.” Beliau mencoba mendekati Tuhannya sebagaimana Rasulullah saw bersabda atas nama Tuhannya, “Hambaku tidak berhenti untuk mendekati-Ku melalui ibadah sunnah atau perbuatan baik, sampai Aku mencintainya. Dan bila Aku Mencintainya, pada saat itu Aku akan menjadi telinga yang digunakan untuk mendengar, mata yang dipakainya untuk melihat, tangan untuk merasakan, dan kaki untuk berjalan.

Jika dia meminta, Aku akan memberi. Jika dia memohon perlindungan, Aku akan melindunginya. Aku akan menjadi dia, dan dia dapat mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah!” maka jadilah ia.” Orang-orang Wahabi biasanya memotong bagian terakhir dari hadits tersebut, tetapi kita mengucapkannya secara lengkap.

Ahmad al-Badawi berusaha mendekatai Tuhannya sampai mencapai pintu Kehadirat Ilahi, lalu dia berkata, “Ya Tuhanku! Bukakanlah pintu ini untukku.” Tetapi dia tidak mendapat jawaban. Dia mencobanya berulang-ulang sampai akhirnya dia bertemu ‘secara tidak sengaja’ dengan seseorang. Saya bilang ‘tidak sengaja’ tetapi sebetulnya itu sudah direncanakan dengan sangat rapi, karena itu adalah Kehendak Allah untuk mengujinya. Dia bertemu orang itu di jalan, seseorang yang kelihatannya biasa saja. Orang itu lalu memanggilnya, “Hei Ahmad!” bahkan dia tidak menyebutnya “Syaikh Ahmad!” sebagai tanda penghormatan. Dia berkata, “Wahai Ahmad! Engkau perlu kunci untuk mencapai kehadirat Ilahi? Aku punya kuncinya dan jika Kau mau,
datanglah kepadaku dan akan kuberikan kepadamu.”

Banyak di antara kita yang menolak fakta atau kenyataan karena merasa bangga, walaupun dia tahu sebenarnya itu adalah jalan yang benar. Mereka tidak menerima sebab ego mereka mengatakan, “tidak!”. Ego Ahmad berkata kepadanya, “Bagaimana mungkin Engkau menerima sesuatu darinya? Jangan menerima kunci darinya. Terimalah dari Tuhan.” Lalu dia berkata,
“Wahai Saudaraku, Aku tidak akan menerima kunci darimu, tidak juga dari orang lain, kecuali dari Sang Pembuat Kunci. Siapa Engkau. Engkau bukan siapa-siapa.”

Selanjutnya Ahmad berusaha untuk mencapai Kehadirat Ilahi sampai dia mendengar Tuhan berbicara kepadanya, “Wahai Ahmad, kehidupan ini adalah kehidupan yang berisi sebab dan akibat. Aku tidak akan memberimu kunci. Sesuai Kehendakku kunci untukmu berada pada orang itu. Pergilah dan dapatkan kunci itu darinya.” Sekarang persoalannya sudah selesai. Dia mendengarnya langsung dari Tuhannya, dan dia menerimanya. Sekarang dia harus mencari pemandunya. Tetapi sang pemandu telah lenyap. Dia telah meninggalkannya.

Selama enam bulan pemandu itu mengamati hati Ahmad secara rahasia, melihat bahwa dia mencarinya dan berdo’a kepada Tuhan siang dan malam, “Ya Tuhanku kirimkanlah orang itu kembali kepadaku,” sampai akhirnya dia bisa menemukannya kembali. Dengan segera orang itu membuka tabir yang ada pada dirinya selama ini.

Jadi sang pemandu membuka tabir dan menampakkan dirinya di hadapan Ahmad. Ahmad berkata, “Wahai Syaikhku! Aku menemukanmu.” Dia tidak menemukannya tetapi sang pemandulah yang menghilangkan tabirnya. Tetapi tetap saja dia berpikir bahwa dia telah menemukannya. Dia berkata, “Wahai Syaikhku, Aku menerimamu sebagai pemanduku.” Sang pemandu menjawab, “Jika engkau menerimaku sebagai pemandumu sekarang, engkau harus pasrah, menyerahkan diri, dan menyerahkan seluruh kehendakmu kepadaku. Engkau tidak
diperkenankan mempunyai kemauan selama bersamaku. Engkau telah membangun ilmu pengetahuanmu pada sebuah karang yang hanya dengan satu tiupan angin dari ego, dia akan jatuh.

Aku harus membangun pondasi yang kuat bagimu. Jadi, lihatlah ke dalam mataku.” Ahmad melihat ke matanya dan pemandu itu dengan segera menghapus seluruh pengetahuan yang telah dipelajari oleh Ahmad al-Badawi dari buku. “Lewat buku” maksudnya ada banyak hal yang berasal dari ego si penulis. Maka dia menghilangkan pengetahuan itu dari hati Ahmad dan kemudian lenyap. Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi bahkan dalam keadaan tidak tahu bagaimana mengucapkan, “bismillahir rahmaanir rahiim,” bahkan tanpa mengetahui bagaimana mengucapkan Nama Allah.

Orang-orang di kota kini mengejek Ahmad al-Badawi, yang kelihatannya seperti orang gila setelah sebelumnya menjadi ulama yang terkemuka. Karena keterbatasan pengetahuan spiritual mereka, mereka berpikir bahwa dia benar-benar sakit. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa dia mengikuti seseorang yang membuatnya gila, tetapi Ahmad al-Badawi tahu bahwa dia telah mendengar suara Tuhannya yang mengatakan bahwa, “Kuncimu ada pada orang itu.” Tidak ada yang membuatnya gila. Dia mengikuti orang itu.

Tetapi bila dia menerimanya sejak awal, ketika pemandu itu datang untuk pertama kalinya atas Kehendak Allah, dia tidak harus melewati ujian ini. Jadi mengapa kalian membuat diri kalian harus melewati ujian yang sama? Bila kalian menemukan kebenaran, seorang pemandu yang benar, terimalah dia dengan segera! Jangan
bermain-main dengan ego kalian.

Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi dan muncul kembali di waktu yang lain. Dalam kurun waktu tersebut Ahmad al-Badawi terus mencarinya dan ketika dia bertemu kembali, Ahmad al-Badawi berkata, “Wahai Syaikhku, Aku menemukanmu lagi.” Saat itu sang pemandu memandang mata Ahmad al-Badawi dan memancarkan sesuatu dari lubuk hatinya kepada hati Ahmad al-Badawi melalui matanya. Pada saat itu terjadi transfer pengetahuan internal, pengetahuan dari Kitab Allah dan rahasia-rahasianya. Pemandu itu melakukannya 3 kali sampai mata Ahmad al-Badawi memancarkan sinar yang begitu kuat bahkan orang yang melihatnya bisa tewas. Oleh sebab itu dia menutup wajahnya dengan cadar. Saat itu dia bisa memasuki Kehadirat Ilahi dan dia menerima kuncinya.

Tanpa bantuan pemandu sejati kalian tidak akan bisa mencapai Kehadirat-Nya. Dialah yang akan membukakan pintu bagimu ke mana pun kalian akan pergi. Ahmad al-Badawi adalah seorang ulama besar yang mengetahui banyak hal. Dia bangga dengan pengetahuannya itu dan tidak mau menerima pelajaran dari orang lain. Dia hanya mau mengambil langsung dari posisi Yang Maha Tinggi. Dia tidak melihat ada yang lebih tinggi darinya kecuali Tuhan. Bagaimana mungkin dia akan mengambil pelajaran dari orang lain? Berarti tidak ada sifat rendah hati pada dirinya.

Dia telah kehilangan satu dari tiga karakteristik yang diperlukan oleh hamba Allah. Dia mempunyai rasa hormat, dia juga mencintai sesamanya, tetapi dia tidak mempunyai kerendahan hati untuk menerima nasihat dari orang lain. Dan karena dia telah kehilangan satu karakteristik itu, seolah-olah dia tidak mengalami kemajuan lagi. Seorang Wali, seorang guru harus memiliki karakteristik hormat, cinta dan rendah hati.

Jika kalian melihat salah satunya tidak ada, maka dia bukanlah seorang pemandu sejati. Dia hanya akan membawa kalian ke jarak tertentu seperti yang kita lihat pada diri Ahmad al-Badawi yang bisa mencapai Tuhan sampai pada jarak tertentu, namun tidak bisa membukanya. Dia membutuhkan seseorang yang mempunyai kunci tetapi ketika ditemukan dia tidak menerimanya langsung karena kesombongannya. Dia terlalu banyak memikirkan dirinya. Akhirnya dia menerima juga setelah mendengar langsung dari Tuhannya, tetapi dia harus melewati ujian tertentu. Jika pada mulanya dia langsung menerimanya tanpa melalui rasa bangga terhadap dirinya, pintu itu segera terbuka baginya tanpa harus melewati ujian selama 2 tahun.

Bila kalian menemukan seorang pemandu dan hatimu merasa senang dengan kehadirannya, jangan dengarkan egomu. Katakan kepada ego, “Kau salah! Apa ruginya jika Aku menerimanya sebagai guru? “ Kalian tidak akan kehilangan apa pun. Bila kalian menunjukkan sifat rendah hati, ini cukup bagi Allah untuk menaikkan kalian. Jika Saya datang dan mengatakan, “Si Anu dan si Anu” adalah Syaikh Saya, dan Saya telah berbay’at dengannya. Apa salahnya? Saya menerimanya dan Saya menunjukkan kerendahan hati, Allah akan menaikkan Saya.

Mempunyai sifat rendah hati adalah sangat penting. Jika kalian bersifat rendah hati, kalian akan menerima semua orang sebab setiap orang dapat menjadi pemandu bagimu. Ada sebuah peribahasa di Turki yang berupa pertanyaan kepada seseorang yang baik, “Dari mana Engkau belajar perilaku yang sempurna dalam masyarakat?” jawabnya, “Dari orang-orang yang
bersalah. Aku mengamatinya, melihat kesalahan yang mereka lakukan lalu Aku menghindarinya. Jadi Aku bisa memperbaiki diriku lewat kesalahan orang lain.” Jika kalian bisa menerima semua orang sebagai pemandu kalian, bahkan seorang yang jahat pun dapat memandumu. Dengan mengamati dan melihat kesalahan yang dilakukannya, kalian berhenti.

Wa min Allah at Taufiq



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Arief Hamdani

Lakukan Protes dengan Berdo'a di dalam Masjid!!!

Lakukan Protes dengan Berdo'a di dalam Masjid!!!
Mawlana Syaikh Histam Kabbani
Hari Sabtu, 17 Januari 2009 London-UK
Diambil dari SufiLive.com


As-salaam 'alaikum wa rahmatullahi wa barakutuh,
[wa 'alaikum salaam,…]
Bismillahir-Rahmanir-Rahim
Alhamdulillahi rabil alamiin was-shalaat was-salaam 'ala asyrafil-anbiya wal-mursaliin
Alhamdulillah alladzii hadana li hadza wa ma kunna li-nahtadii law la an hadaana-Allah..

Wa asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna Sayyidina Muhammad (s) Rasulullah….

Wahai kaum Muslim, saudara saudari, saya datang dari tempat yang jauh dari sini. Bukan berarti saya tidak senang datang karena saya harus datang ke sini. Karena ini tugas kita dan juga tugas semua orang untuk saling mengingatkan apa yang baik dan buruk. Saya berada disini bukan untuk mengajarkan kalian, saya mengajari diri saya sendiri. Saya mengingatkan diri saya dulu kemudian terserah kalian mau menerima dengan senang hati atau tidak.

Saya bukanlah orang yang akan berkata, "Saya terkenal dibidang ini atau saya ulama dibidang ini. Saya begini atau begitu." Tidak, sayalah yang terendah dibanding kalian. Dan yang menjadikan kita hebat adalah saat mengikat diri kita kepada Sayyidina Muhammad SAW, itulah yang menjadikan kita hebat. Selain dari itu, kita hanya manusia biasa. Kita makan, minum dan mengurus keinginan-keinginan kita serta tidur kemudian mati. Namun jika kiat menghubungkan diri kita kepada Sayyidina Muhammad SAW, maka kita tidak pernah mati. Karena hati dan tubuh kita akan hidup didalam kubur sebagaimana Rasulullah SAW dan Kitab Suci al Qur'an sebutkan bahwa kubur kita akan menjadi surga bagi mereka yang mengikuti jalan yang lurus. Kita tidak bisa bermain-main dengan Allah SWT, kita tidak bisa bermain-main dengan agama-Nya. Allah SWT mengirim satu agama bagi semua golongan. Tiap golongan sudah mempunyai agamanya sendiri. Kita harus menasehati diri kita sendiri. Agama kita adalah antara diri kita sendiri dan Allah SWT, kita tidak harus berargumentasi tentang agama. Kita harus semakin mendekat kepada Allah SWT.

Inna khalaqnaakum mindhakkarin wa untha wa ja'alanaakum shu'uban wa qabaa'il li-ta'arafoo, Inna akramakum 'ind-Allahi atqaakum.

Kami sudah menciptakan kamu berbangsa-bangsa …

Jadi, artinya siapa-siapa yang berbudi luhur dan tuluslah yang akan diselamatkan. Ada banyak orang yang percaya kepada Sayyidina Ibrahim (a.s), mereka menerima dan mengikuti beliau. Apakah kita akan berkata bahwa mereka ini akan masuk neraka? Tidak. Apakah orang-orang tersebut akan dihukum? Tidak. Banyak orang percaya kepada Sayyidina Musa (a.s). Dapatkah kita berkata kalau orang-orang ini akan dikirim ke neraka? Tidak. Mereka percaya dengan yang dibawa oleh Sayyidina Musa (a.s). Ada yang percaya kepada Sayyidina 'Isa (a.s), Jesus yaitu Hawariyun (para murid beliau) dapatkah kita berkata bahwa orang-orang ini akan masuk ke neraka? Tidak.

Bagi orang-orang yang menerima Sayyidina Muhammad SAW akan menerima seluruh agama. Ini merupakan tugas kita untuk bertoleransi, tidak bukan bertoleransi, kata toleransi diluar kamus bahasa kita. Kata yang tepat adalah untuk menerima. Menerima orang dari seluruh agama…kita tidak tinggal di Mars. Allah SWT telah menciptakan kita dan menempatkan kita di bumi. Mengapa kita ada di bumi? Itu diskusi lain lagi. Mengapa kita tidak di Venus atau Mars atau Pluto merupakan sebuah pertanyaan berbeda. Adakah makhluk lain diplanet-planet itu atau tidak juga diskusi berbeda. Tapi kita ditempatkan di bumi.

Siapakah Insan al-Kaamil.? [Sayyidina Muhammad SAW] Itu artinya kepribadian yang sempurna sepenuhnya telah Allah SWT berikan kepada hamba-Nya sebagai suatu hadiah. Beliau seorang hamba Allah SWT dan bangga akan hal itu. Beliau sempurna. Apakah arti sempurna, al-Insan al-Kamil. Manusia yang komplit. Kalian punya sebuah komputer yang punya semua jenis memory dengan kapasitas besar dan semua jenis perangkat didalamnya. Jika satu buah chip hilang, maka komputer tidak bisa bekerja. Komputer harus sempurna, jika tidak komputer tidak bisa bekerja. Jika ada yang hilang maka seluruh fungsi komputer akan crash. Kadang saat kalian pergi ke bandar udara dan tidak dapat melakukan apa-apa terhadap satu chip atau satu kesalahan (error). Satu error pada sistem, seluruh komputer mati.

Tidak ada satu kesalahanpun dalam Insan al-Kaamil, beliau SAW tidak punya ketidak sempurnaan. Kesempurnaan itu direfleksikan kepada kita. Dan aku bicara atas nama seluruh manusia karena Rasulullah SAW diutus bagi seluruh umat manusia.

Dan seperti saudara Ahmad Maqsuud, Wa ma arsalnaaka illa rahmatan lil-'alamiin. Kami tidak mengutus kamu melainkan sebagai rahmat untuk 'alamiin. Untuk semua orang dan untuk semuanya. Semua yang hidup di planet ini berada dibawah nama 'alamiin. Bahkan seekor cacing, semut harus menerima dari kesempurnaan yang Allah SWT sematkan kepada Sayyidina Muhammad SAW. Itulah mengapa seekor semut bicara ketika Sayyidina Sulaiman (a.s) diutus. Semut itu mendesak semua semut untuk masuk ke sarang karena bila tidak maka Sayyidina Sulaiman (a.s) beserta para tentaranya akan melindas mereka semua. Dan itu berasal dari sebuah kesempurnaan yang diterima oleh Sayyidina Sulaiman (a.s) dari ruh Sayyidina Muhammad SAW. Dan hal tersebut disebutkan dalam banyak hadis dan sebagian orang mungkin akan berkata bahwa hadis tersebut dha'if (lemah) atau maqbuul atau hasan. Dan itulah yang kita percayai. Apapun yang ingin mereka katakan, dikatakan. Mereka punya keyakinan, begitulah halnya dengan kita. Namun dalam hadis itu disebutkan, yang pertama Allah SWT ciptakan adalah Sayyidina Muhammad SAW." "Aku seorang nabi saat Adam berada diantara lempung dan air."

Nah, tugas kita adalah menjadi pewaris dari apa yang Rasulullah SAW katakan kepada kita. Menjadi sempurna. Bila tidak, semua yang ada dalam diri kita akan mati. Jika seseorang punya masalah hati dan mereka berkata, "Sebuah arteri (pembuluh darah besar) menghalangi dan Anda harus di angioplasty (penyambungan kembali pembuluh darah yang pecah .penj) atau Anda akan meninggal dunia." Bagaiman dengan arteri yang menghubungkan kita dengan Sayyidina Muhammad SAW?

Awliyaullah dan orang-orang yang tulus. Allah SWT telah menyebutkan dalam Kitab Suci al Qur'an, ala inna awliyaullah.. Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekuatiran terhadap mereka. Tanpa koneksi tersebut, ummah akan tersesat. Itulah mengapa kini kita melihat Ummah tersesat.. Saya tidak bermaksud mengkritik, kita harus mengkritik agar dapat membangun kembali diri kita sendiri. Saat ini, kita tidak tahu siapa yang diikuti.

Kulli hizbin bima ladayhim farihuun – Setiap golongan senang dengan apa yang mereka miliki. Tidak mengapa kalian senang dengan itu, kalian bebas berpendapat namun jangan memaksakan pendapat kalian tersebut ke golongan lain. Tidak mengapa kalian punya pendapat sendiri namun perhatikan juga pendapat mereka yang ada bersama kalian.

Baru saja Mawlana Syaikh Ababakr menyebutkan sesuatu. Dan meski saya menyetujuinya, dengan yakin saya menerima bahwa dialah guru –Syaikh– saya, dan dengan segala hormat mungkin saya berbeda pendapat. Tapi bukan bermaksud mengecam, tidak istaghfirullah – tidak ada ide-ide untuk mengecam.

It is that: Mengapa kita pergi ke Arafat? Inilah pendapat pribadi saya, inilah bagaimana saya memahaminya. Kita pergi ke Arafat karena jika kalian tidak pergi ke Arafat, haji kalian tidak diterima. Al-hajju Arafat (Haji adalah Arafat).

Mengapa Allah SWT berkehendak semua orang berada di Arafat? Untuk memperlihatkan kesatuan dan memperlihatkan kepada mereka untuk tidak memohon pertolongan kepada siapa pun kecuali Allah SWT. Mereka langsung memohon kepada Allah SWT dan dengan perantara Sayyidina Muhammad SAW. Karena Allah SWT telah menyebutkan dalam Kitab Suci al Qur'an kepada beberapa Sahabat. Jika kalian punya masalah, jika kalian menindas diri kalian sendiri pergilah ke Rasulullah SAW.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا

Wa maa arsalnaa min rasuulin illaa liyuthaa'a bi idznillaahi wa lau annahum izh zhalamuu anfusahum jaa-uuka fastaghfaruullaaha was taghfara lahumur rasuulu la wajaduullaaha tawwaabar rahiimaa.

Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

[QS An-Nisaa' (4):64]

Apabila mereka membuat banyak masalah atau melakukan sesuatu yang salah dan bagaimana kita menindas diri kita sendiri…apakah kita sempurna? Tidak. Dan kemanakah kita harus pergi saat kita menindas diri sendiri? Kita harus pergi ke Rasulullah SAW, pergilah ke Muhammad SAW. Apakah kita akan pergi ke pemimpin kita yaitu Nabi penghabisan untuk memohon kepada Allah SWT syafa'at beliau bagi kita? Dihadapan beliau SAW, ber-istighfaar-lah. Apakah kita menjaga hubungan dengan Rasulullah SAW melalui hati kita untuk tiap perbuatan yang kita lakukan?

Perhatikan anak-anak yang kalian lihat dijalan-jalan atau dimana pun. Mereka mengenakan kaus: Spiderman. Yang lainnya? Superman. Anak yang lain lagi? Frogman? Batman? Anak-anak itu semuanya berhubungan. Mereka merasakan hubungan itu. Mereka beraksi dengan koneksi yang diberikan Hollywood kepada mereka. Kita tidak cukup memperlihatkan pentingnya Nabi kepada anak-anak sejak mereka masih kecil. Allah SWT telah memberikan kita Sayyidina Muhammad SAW dan kita tidak memberikan pemahaman kepada anak-anak sejak kecil mengenai pentingnya Sayyidina Muhammad SAW. Kita terus mencegah segala jenis maulid, orang-orang yang mencegahnya adalah untuk menghancurkan hubungan itu dengan Rasulullah SAW.

Perhatikan bagaimana saya menghargai apa yang diperbuat oleh murid-murid Sayyidina 'Isa (a.s) saat ini. Saat hari Natal –hari kelahiran Sayyidina 'Isa (a.s)- kemanapun kalian pergi akan melihat kerlap-kerlip lampu ada dimana-mana yang dipasang oleh kaum Kristiani. Sedangkan untuk Sayyidina Muhammad SAW, kita mematikan semua penerangan. Jadi, tugas kita adalah mengantarkan cinta terhadap Sayyidina Muhammad SAW kepada anak-anak kita dan Sayyidina Muhammad SAW pemimpin… pada ummat ini agar dapat mengantarkan hubungan tersebut. Ketika menerima hubungan itu, maka chip yang menghalangi kita hilang dan hubungan kita langsung menuju kepada beliau SAW.

Nah, mari kita kembali ke pembahasan tentang padang Arafat. Untuk tujuan apa kita pergi ke Arafat? Memenuhi panggilan Allah SWT. Semua orang yang ada disana berseru "Labbaik Allahuma labbaik Labbaika la syarika laka labbaik… Semua orang disana mengenakan pakaian putih, tak berdebu. Kita ingin datang kepada-Mu dalam keadaan suci. Ya Rabbii, kami datang kepada-Mu dalam keadaan bersih mengenakan pakaina putih-putih, datang ke tempat suci, berseru kepada-Mu dalam satu alunana suara untuk mrngatasi masalah-masalah kami. Kini, kemanakah kita pergi untuk mengatasi masalah? Ke jalan-jalan. Kami akan ber demonstrasi. Untuk apa berdemonstrasi? Untuk membuat lebih banyak fitnah, lebih banyak masalah. Pergilah ke masjid-masjid, duduk dan berdo'a. Mohon kepada Allah SWT untuk memberikan apa yang kalian mau, apa yang kalian butuhkan dan apa yang kalian inginkan.

Kita bukanlah kaum qawaiyuun, yang menciptakan kebingungan untuk hal yang sia-sia. Kita melihat banyak orang dijalan saling berhadapan, melempari sesuatu ke arah polisi, menentang… untuk apa? Itu bukanlah Islam.

Ajaran Islam adalah pergi ke masjid, pergi ke rumah, duduk bersama keluarga kalian. Mohonlah, "Ya Rabbi, ampunilah kami. Inilah sesuatu yang datang kepada kamu karena kami tidak berbuat baik."

Perhatikan sejak awal kehidupan dimuka bumi, pada hari pertama. Apakah yang terjadi diantara 2 orang anak Adam (a.s) saat datang ke muka bumi? Ada sebuah perjuangan antara yang baik dan yang jahat. Satu baik, satu jahat. Dia ingin membunuh saudara kandungnya ketika Allah SWT memerintahkan mereka untuk berkurban. Haabil pergi dan membawa domba terbaik yang dimilikinya sedangkan Kaabil (dalam bahasa Inggris Cain) pergi dan membawa domba terburuk yang dimilikinya. Kaabil berpikir, "Untuk apa Allah membutuhkan domba-dombaku. Dia kan al-Ghani, Maha Kaya. Aku memberiNya domba terburuk, yang sedang sakit."

لَئِن بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَاْ بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لَأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

La im basatta ilayya yadaka li taqtulanii maa ana bi baasithiy yadiya ilaika li aqtulaka. innii akhaafu Allaha rabbal 'aalamiin

"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."

[QS Al Maaidah (5):28]

Kau akan mengulurkan tangan untuk membunuhku tapi aku tidak akan mengulurkan tangan untuk membunuhmu. Aku tidak akan membuka tangan untuk membunuh saudaraku sendiri. Jika kau membunuhku, Allah SWT akan membelaku. Yang ini memperoleh surga dan yang itu menerima hukuman.

Wahai kaum Muslim, saudari saudari. Kita tinggal di negara barat. Kita harus tahu hukum disini dan mengikutinya. Bahkan banyak dari kita lahir disini. Mereka benar-benar warga negara Inggris. Yang lainnya pribumi. Namun kita harus berlindung pada hukum.

Ketika Rasulullah SAW mengutus kaum Muslim sebagaimana disebutkan oleh Syaikh AbaBakr, ke Abyssinia –mereka bekerja kepada raja pada masa itu. Jadi apakah tugas kita? Yaitu bekerja kepada pemerintah. Jika kita tidak senang, tinggalkan dan pergi dengan damai. Kalian tidak perlu menganggu diri kalian sendiri. Kalian senang disini, maka kita harus bersyukur kepada Allah SWT pada siang dan malam. Jika kita tinggal di Somalia –karena di Somalia saat ini malam hari- apa yang terjadi disana? Sepuluh tahun berlalu dan mereka masih berperang. Dan banyak ras dan suku bangsa lain berdatangan ke sini untuk tetap hidup. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah katakan dan telah saya sebutkan sebelumnya, "Mengapa Rasulullah SAW mengirim mereka ke Abyssinia. Kenapa bukan mengirim mereka ke China, ke India?" Dimanakah sebelah barat Mekkah? Beliau SAW mengirim mereka ke Abyssinia dan ke barat. Hal itu menyimbolkan bahwa kau akan selamat di barat.

Itulah mengapa semua Muslim berlarian mencari keselamatan di barat. Apakah kalian menemukan orang yang meminta suaka di Indonesia, atau Thailand atau Jepang? Sangat sedikit. Apakah kalian melihat Muslim melarikan diri ke china? Itulah indikasi dari Sayyidina Muhammad SAW ketika beliau menyebutkan untuk pergi ke Abyssinia yaitu pergi ke arah barat. Dan dilindungi payung hukum.

Wahai saudara saudari. Saya tidak datang ke sini untuk mengajari kalian tentang tuga kita. Saya tahu kalau kalian semua sangat baik agamanya atau kalian tidak akan datang ke sini. Namun saya ingin mengatakan bahwa kami bekerja sangat baik di Indonesia bagi kaum muda untuk membawa mereka kembali ke kehidupan normal. Karena kaum muda kami terjebak dalam banyak masalah seperti di Indonesia, Amerika, dimana-mana. Terjebak dalam narkoba dan semua jenis masalah yang kaum muda hadapi dalam kehidupan mereka. Kini kita lihat setiap hari semua bangsa mencari perlindungan dalam Sufisme. Dan bahkan sekarang ini kita melihat banyak ulama Muslim yang sejak 5 atau 6 tahun kita tahu dan kini mereka berkata, "Kami ulama Sufi." Di seluruh pelosok dunia. Di negara-negara yang tidak ada peringatan Maulid Nabi SAW, kini disana dilakukan Maulid Nabi SAW padahal sebelumnya mereka menentangnya. Semua itu adalah berkah dari mereka yang kembali ke agama mereka dan kembali ke hubungan mereka kepada Sayyidina Muhammad SAW.

Jadi, di Indonesia kami merehabilitasi kaum muda, kami merehabilitasi mereka dari Jihad dan saya tidak ingin membicarakannya. Syaikh Abu Bakr benar, jihad adalah sebuah perjuangan, kalian harus ber-jihad untuk kesehatan, jihad pendidikan dan itulah arti yang umum.

Nah, akan ada sebuah cerita didepan acara resmi ini dan kami membutuhkan dukungan mereka sebagai ...mengimplementasikan hal-hal yang mengganggu dan mengendap dipikiran kaum muda. Saya akan memberitahukan cerita tentang apa yang terjadi kepada saya di Indonesia. Setiap fajar setelah shalat kami punya waktu kosong -biasanya saya berada disana selama 21 hari- setelah Fajr dan sampai ishraaq, kami mendapat sebuah ajaran Sufi. Dan ada 200, 3.000 orang yang hadir. Jumlahnya antara 2.000 sampai 33.000 orang, sekitar jumlah itu. Kemudian pada satu hari, saya melihat sekelompok orang berjumlah 10 orang. Saya tidak kenal mereka. Dan mereka mengenakan suatu pakaian tertentu yang diorganisasikan dinegara ini bahkan sampai dibagian benua. Nah, kami mengenali mereka dengan cara berpakaiannya. Mereka datang dan makan bersama orang yang hadir, karena kami menyediakan makanan bagi orang-orang. Kami tidak minta apa-apa dari mereka. Itulah cara kami. Kami tidak minta apa-apa dari mereka dan mereka pun bebas datang dan pergi sesuka mereka.

Nah, mereka datang selama 10 hari dan kami tidak bertanya apa-apa kepada mereka. Setelah 10 hari, mereka datang berkata, "Kami menyukai ajaran-ajaran Anda." Saya berkata,"Alhamdulillah itu bagus." Dan mereka berkata, "Kami bermaksud mengundang Anda ke masjid kami dan memberi ajaran disana. Ada sekitar 10.000 orang seperti kami disana." Saya menjawab, "Baiklah, dimana masjid kalian."

… Syaikh saya adalah tuan saya, beliaulah Syaikh saya. Beliaulah bapak mertua saya. Beliaulah tuan saya dan saya berada dibawah kakinya. Beliaulah salah satu Syaikh yang saleh dan tulus dalam Sufisme.
…Jadi, setelah kami melaksanakan pengambilan bay'at mereka melihat ke arah saya didepan 10.000 orang ini dan berkata, "Kami sudah mengambil ikrar kami. Sekarang kemana kami harus pergi ber-jihad."

Selama 10 hari mereka mendengarkan saya yang memberitahukan mereka prinsip-prinsip perang tidak dipergunakan lagi. Tetapi tetap saja mereka bertanya, "Kemanakah ber-jihad-nya?"

…mereka tidak berpikir banyak tentang ektrismisne, radikalisme dan kekerasan. Mereka mulai ke kehidupan normal dan pergi bekerja mencari nafkah. Kejadian itu sekitar 5 tahun yang lalu. Seluruh yang hadir di masjid berubah seperti itu.

Itulah mengapa kita harus memberikan dukungan resemi seperti yang ada disini…tanpa dukungan semacam itu, kalian tidak bisa melakukan perubahan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Ababakr atau Syaikh??, Saya melakukan penelitian selama di Inggris dalam perjalanan saya berkeliling, saya menemukan sebagian besar masjid sudah menunjuk pir (guru) dari wilayah yang menerima Sufisme. Dan sebagian kecil masjid menunjuk orang yang tidak mengikuti Sufisme. Kami sholat, mereka ikut berjamaah dengan kita dan saat orang dari mereka menjadi imam, kami pun menjadi jamaahnya. Dan kita akan melihat sampai dimana akan berakhir. Namun sebagian besar pusat Islam, saya pergi ke banyak kota dan bertanya berapa banyak masjid. Mereka menjawab, "Kami memiliki 20, 30 buah masjid." Dan saya bertanya berapa banyak Sufi diantara mereka dan mereka menjawab, "Sebagian besar". Masalahnya adalah otoritas yang mereka perluas kepada orang yang tidak sejalan dengan Sufisme. …

Kamu hanya punya satu pendapat. Pendapat lain akan datang menyusul. Namun kamu harus mendukung pendapat orang lain agar pendapat yang lain juga muncul.

Saya sangat senang dengan orang Inggris –ratunya, perdana menterinya- dengan pemerintahnya. Disini mereka bisa meminta kepada pemerintah untuk memberi dana. Sedang di Amerika Serikat tidak bisa seperti itu. Jika mendapat dukungan, kita bisa melaksanakan banyak acara, bahkan tiap malam pun bisa.

… membangun banyak masjid dan pusat (center) untuk menyebarkan pesan dari Sufisme. Saya berharap pesan saya akan menyebar dan didengar oleh orang-orang pemberi dana, Jika suatu organisasi memperoleh dana, maka mereka dapat melakukan apa yang diinginkan selama mereka berlaku damai dan bekerja sama dengan organisasi lainnya. Namun dana digunakan untuk membangun pergerakkan yang mengarah ke kekerasan… Rasulullah SAW telah menyebutkan bahwa akan datang suatu masa yang bagaikan segumpal cahaya-cahaya kegelapan. Sawfa takoona fitanin kal-qata'at il-layl al-mudhlim.

Patahkan panah dan anak-anak panahnya. Para ulama disini. Rusakkan senajata kalian, dia tidak pernah menerima orang-orang yang membawa senjata tanpa alasan. Dia berkata, "Rusakkan senjata kalian dan lemparkan." Saat ada kebingungan jangan tuang minyak ke fir (semacam pohon cemara .penj) karena akan menyebabkan masalah..

Kami tidak ingin menyalahkan satu negara atas negara lain. Sejarah tidak akan memberikan penghargaan kepada siapapun. Adolf Hitler. Rasulullah SAW telah mengajari kita untuk berperang melawan setan, kejahatan dan setan pada diri kita. Disanalah kita berusaha meletakkan senjata-senjata kita, yaitu senjata-senjata spiritual yang langsung diarahkan ke setan.

Semoga Allah SWT merahmati, mendukung kalian dan mendukung seluruh bangsa diseluruh pelosok dunia. Allah SWT memiliki mereka semua. Berikanlah kembali apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita.

Innaa 'aradhnal amaanata 'ala as-samaawaati wal ardhi wal jibaali fa abaina ay yahmilnahaa wa asyfaqna minhaa fa hamalahal insaanu innahuu kaana zhaluuman jahuulaa..

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh. [QS Al Ahzaab (33):72]

Tapi kita malah mengambil tanggung jawab itu karena kita bodoh dan lalim.

Wahai saudara saudari, pesanku diperuntukkan kepada saya dan kalian. Jangan memikul beban terlalu banyak, pikirkan urusan kalian sendiri.

Rawatlah anak-anak kalian, uruslah lingkungan kalian. Setiap hari aku melihat seseorang datang menangis kepadaku. Oh, anak laki-laki saya terkena narkoba. Oh, anak laki-laki saya telah bergabung dengan sebuah organisasi ektrimis. Allah SWT akan bertanya kepada kalian. Apa yang sudah kalian lakukan untuk komunitas dimana kalian tinggal? Kalian tidak bisa berkata tidak ada. Perlihatkan kepada kaum Muslim dan non-Muslim kalau kalian peduli terhadap semua orang dan kalian menginginkan hidup dalam kedamaian.

Terima kasih kepada kalian semua, as-salaam 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Tahun Penuh Peluang

Tahun Penuh Peluang
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
Hari Kamis, 1 Januari 2009 Lefke, Siprus
Diambil dari SufiLive.com
[Dituliskan oleh Khairiyah Siegel]


Sebuah Pesan dari Mawlana untuk Kalian!

Au'dzu billahi min asy-syaitan ir-rajiim.
Bismillahir-Rahmanir-Rahiim
Nawaytul-arbai'in,
nawaytul-'itikaf,
nawaytul-khalwah,
nawaytul-riyadha,
nawaytus-suluk,
nawaytul-'uzlah lillahi ta'ala fi hadza'l-masjid

Ati' Allahu wa ati'ur-Rasul wa ulu'l-amri minkum. Madad, ya Sayyidi, ya Sultanu-l Awliya, Sayyidi Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani.

Pertama-tama, saya ingin sampaikan bahwa Mawlana meminta dan memerintahkan saya untuk menyampaikan kepada kalian bahwa beliau mencintai kalian, merindukan kalian dan kalian semua selalu berada dihati beliau. Dan insya Allah, apabila cuaca membaik beliau segera bersama kalian seperti biasanya, selalu bersama dengan siapapun yang datang berkunjung dan memerlukan nasehat.

Kadang Awliyaullah sulit dipahami. Dimana pun kalian berada, dimanapun kedudukan kalian. Bertahun-tahun bersama Awliyaullah, namun masih saja sangat sulit memahami setetes makna seorang wali. Dan seperti diketahui, Rasulullah SAW biasa bercakap-cakap dengan para Sahabat. Memberi mereka hadis, dari ucapan, mengajari Sahabat, menyampaikan pesan Allah SWT – melalui Kitab Suci al Qur'an dan melalui Sunnah Rasulullah SAW. Dan sebagaimana kalian ketahui bahwa tidak seorang sahabipun – artinya tidak seorang sahabatpun yang mengetahui segala hal. Maksud "segalanya" yaitu seorang sahabi tidak selalu hadir di tiap kesempatan bersama Rasulullah SAW saat beliau memberikan nasehat atau ajaran. Itulah mengapa sekarang kita melihat banyak kita kumpulan-kumpulan hadis-hadis Nabi SAW. Seorang Sahabi mengatakan ini, Sahabat yang lain berkata itu... Sahabat yang itu mendengar itu dari Rasulullah SAW. Beberapa sahabat mendengar 10 buah hadis, beberapa lagi mendengar 20 hadis, yang lain mendengar 100, 1.000 buah hadis. Namun dalam dasarnya, mereka semua tidak mendengar semua hadis itu pada waktu yang bersamaan.

Itulah mengapa terkadang beberapa Sahabat berkata: "Oh, kami tidak mendengar mengenai hal itu." Mereka biasanya menggunakan argumen-argumen ini; saya tidak akan menjelaskannya dengan detil, namun mereka biasanya menggunakan argumen ini diantara mereka sendiri. Salah satu dari mereka berkata: "Aku tidak mendengar itu" atau yang lain berkata: "Tidak, aku mendengarnya," dan yang lainnya berkata: "Tidak, aku tidak mendengarnya" atau yang lainnya berkata: "Tidak, aku mendengarnya ." Dan hadis lainnya. Hadis berubah dari satu ke yang lainnya, tidak semua dari Sahabat yang mendengarnya. Jika kalian mendengar sesuatu, saya tidak mendengarnya. Saya bisa saja memberitahu kalian: "Oh, saya tidak dengar tentang itu." Kalian mungkin memberitahu: "Tidak, saya tidak mendengar tentang itu."

Jadi, akan ada situasi seperti itu setelah masa Rasulullah SAW, dimana zaman tersebut masih ada para Sahabat. Dan zaman setelah Rasulullah SAW berulang, para Sahabat mengumpulkan hadis-hadis dan menyusunnya. Sebagai contoh. Misalnya Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq menyebutkan 24 atau 25 buah ahadis. Itu saja. Sayyidina Abu Bakar tidak menyebutkan lebih dari itu, meskipun beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW.

Allah SWT menyebutkan dalam Kitab Suci al Qur'an mengenai Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq radiallahu anhu, firman-Nya:

إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Illa tanshuruuhu fa qad nasharahu Allahu idz akhrajahul ladziina kafaruu tsaaniyats naini idz humaa fil ghaari idz yaquulu li shaahibihii laa tahzan innAllaha ma'anaa fa anzalAllahu sakiinatahuu 'alaihi wa ayyadahu bi junuudil lam tarauhaa wa ja'ala kalimatal ladziina kafarus suflaa wa kalimatullahi hiyal 'ulya wAllahu 'aziizun Hakiim.
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [At Taubah (9):40]

Rasulullah SAW berkata kepada Sayyidina Abu Bakar, "Jangan bersedih, Allah bersama kita." Dan berapa hadis yang Sayyidina Abu Bakar riwayatkan? Hanya 24 atau 25 hadis! Dimanakah hadis yang lain?

Nah, yang ingin saya katakan dan simpulkan adalah sangatlah sulit untuk memahami Awliyaullah. Kalian mungkin mendengar sesuatu; saya mungkin mendengar sesuatu. Tergantung pada waktu, dan pada saat dan kesempatan tersebut, dimana maqam awliyaullah, di tingkat kenaikan yang mana seorang wali dihadapan Rasulullah SAW saat ia memberikan suatu nasehat.

Jika kalian perhatikan hadis-hadis Rasulullah SAW, sebuah hadis membahas sesuatu hal, kemudian hadis lainnya turun dengan lebih rinci dan membahas hal yang tidak disebutkan di hadis yang pertama. Mengapa? Karena, sebagai contoh, pertama kali Rasulullah SAW menyampaikannya sahabat ada katakanlah di tingkat X. Dilain waktu, ketika Rasulullah SAW mengalami kenaikan yang makin tinggi maka beliau bicara dari tingkat Z. Jadi, dari tingkat ke tingkat akan mengalami kenaikan atau mungkin saja berubah. Tergantung pada waktu dan situasinya.

Sangatlah penting memahami Awliyaullah karena mereka adalah pewaris Rasulullah SAW. Bagaimana cara memahami Awliyaullah? Suatu saat Awliyaullah mengatakan sesuatu tapi diwaktu lain mengatakan hal yang sama tapi lebih mendetil atau mungkin awliyaullah mengubahnya. Lalu kalian mulai berpikir, "Oh, apa maksud beliau?" Orang lain yang mendengarnya perkataan yang berbeda berkata, "Oh, tidak. Maksud beliau adalah ini." Itulah mengapa tidak semua orang dapat memahami seorang wali! Kita tidak dapat memahami Awliyaullah walau hanya setetes saja dari pengetahuan mereka.

Saya menghadap Mawlana Syaikh dan beliau berpesan, "Sampaikan cinta dan dukungan saya. Beritahukan kepada para murid mengenai cinta dan dukungan saya kepada mereka." Jadi, apakah maksud perkataan beliau ketika beliau berkata, "Aku mencintai dan mendukun mereka"? Itu adalah sebuah samudera.

Allah SWT berfirman dalam Kitab Suci al Qur'an kepada para Penghuni Gua:

وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحمته ويُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا

Wa idzi' tazaltumuuhum wa ma ya'buduuna illAllaha fa'wuu ilal kahfi, yansyur lakum Rabbukum mir rahmatihii wa yuhayyi' lakum min amrikum mirfaqaa.
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. [Al-Kahfi (18):16]

Mereka berdebat, "Kemanakah kami harus berlari?" dan nasehat datang, "Larilah ke gua itu! Larilah ke gua itu!" Dalam gua itu Allah SWT akan mewujudkan Rahmat-Nya atas kalian. Tanpa memperhatikan apa yang sedang kalian lakukan, Allah SWT akan mengirimkan Rahmat-Nya atas kalian, Dia akan mengatur dan memperlihatkan pada kalian bimbingan-Nya, jalan-Nya.

Jadi, ketika Mawlana berkata, "Katakan kepada mereka bahwa aku mencintai dan mendukung mereka," artinya kita berada dalam gua (perlindungan) beliau! Beliaulah gua kemana kita harus berlindung. Bagi kita, gua itu seperti kalian lihat di GoogleMaps, kalian ingin melihat langit atau ingin melihat gedung apapun di muka bumi melalui Google – apa yang kalian lakukan? Kalian mengeceknya: memberikan alamat dan kemudian diperlihatkan kepada kalian sebuah wilayah. Namun wilayah itu sangat luas, jadi kalian ingin memperbesarnya agar bisa melihat wilayah itu lebih dekat. Ketika Awliyaullah bicara dan kalian masuk ke dalam gua awliyaullah, jika memasukinya dengan kepercayaan penuh maka kalian bisa memperbesarnya. Karena Awliyaullah akan memperbesar kalian sampai ke hadirat Rasulullah SAW. Semakin banyak Awliyaullah memperlihatkan kepada kalian pembesaran itu, semakin dekat kalian mencapai hadirat Rasulullah SAW.

Tidaklah mudah memperbesar, sangatlah sulit. Seorang wali harus bertanggung jawab atas semua muridnya agar dapat mendekatkan mereka ke hadirat Rasulullah SAW. Dan Rasulullah SAW harus mengemban tanggung jawab dan kesulitan Ummat, agar dapat mendekatkan mereka ke dalam Hadirat Ilahiah. Ketika Mawlana Syaikh berkata, "Kirimkan cintaku kepada mereka," artinya: Apabila seseorang mencintai orang lain, maka dia akan peduli terhadapnya. Jika kalian mencintai anak kalian, maka kalian peduli akan mereka. Kalian tidak bisa berkata: "Oh, saya mencintai anak saya" tapi ketika anak sakit, kalian berkata, "Saya tidak peduli." Kalian akan menjaganya sepanjang malam. Dimata Awliya, kita adalah anak-anak. Meski kita berjenggot panjang, jenggot kita berwarna hitam, putih atau merah ... Kita masih anak-anak dimata awliyaullah; Awliyaullah harus memikul masalah dan kesulitan kita.

Suatu saat, Grandsyaikh (semoga Allah merahmati ruh beliau) berkata bahwa Wali membutuhkan muridnya. Jika tidak ada murid, tidak ada wali. Beliau mengatakan hal itu untuk memperlihatkan seberapa berat memikul tanggung jawab. Beliau berkata, "Mengapa seorang wali menjadi wali, jika dia tidak punya murid? Murid menjadikannya wali... Allah SWT membuka hatinya –apapun yang mereka butuh untuk mendengar dan apapun yang mereka butuhkan- agar dapat bertambah baik dan terus maju. Itulah mengapa sangatlah penting bagi seorang wali kalau berbicara harus mencapai hati muridnya. Dan kita harus penuh perhatian karena beliau memikul kita; beliau sedang membuka hati kita. Jika tidak membuka hati kita untuk menerima beliau, kita berada dalam masalah. Bukan masalah bagi beliau, tapi kitalah yang akan bermasalah.

Sayyidina Abdul Qadir Jilani (semoga Allah merahmati ruh beliau), mempunyai seorang khalifah yang sudah tua. Beliau belajar dari
Sayyidina Abdul Qadir Jilani tentang kerendahan hati (tawadhu'). Karena dalam thariqah, hal terpenting adalah tawadhu', rendah hati. Tawadhu atau rendah hati artinya kalian tidak memberikan kesempatan kepada ego kalian untuk merasa bangga atas diri sendiri. Rasulullah SAW adalah orang yang paling tawadhu'. Apakah yang Allah SWT katakan mengenai beliau dalam Kitab Suci al Qur'an? Karena Rasulullah SAW sedang mencari Samudeta Pengetahuan yang Allah SWT telah bukakan kepada beliau pada malam Isra' wa-l Mir'aj:

قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Qul lau kaanal bahru midaadal li kalimaati rabbii la nafidal bahru qabla an tanfada kalimaatu rabbii wa lau ji'naa bi-mitslihi madadaa
Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).
[Al Kahfi (18):109]

Ketika melihat Samudera Pengetahuan tersebut, beliau berujar:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ

Qul: Innamaa ana basyarun mitslukum yuuhaa ilayya. Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku ….." [Al Kahfi (18):110]

Rasulullah SAW berkata tentang dirinya sendiri: "Aku ini hanya seorang manusia seperti kamu." Beliau berbeda!

Sebagaimana Imam Busairi (riwayatkan). Apa yang dia riwayatkan tentang Rasulullah SAW? "Bal huwa yakutatun wa naasu ka-l hajari – Beliau adalah sebuah permata tulen, sebuah berlian. Dan manusia lainnya bagaikan batu kerikil, bebatuan!"
Beliau berbeda sepenuhnya, namun beliau merendahkan dirinya. Beliau melakukan Isra' wal-Mir'aj, beliau sudah menjadikan diri beliau lebih tawadhu'. Nah, tugas kita adalah saling memperlihatkan ke-tawadhu'-an.

Ini bukan hanya memperlihatkan ke-tawadhu'-an kepada sang Syaikh. Sangat mudah memperlihatkan ke-tawadhu'-an kepada Syaikh, namun sulit memperlihatkan kepada orang lain. Kembali ke khalifah dari Sayyidina Abdul Qadir Jilani. Kemana pun Sayyidina Abdul Qadir Jilani mengutusnya untuk berdakwah ke desa atau ke perkumpulan yang berbeda-beda, dia duduk dan bicara. Segera setelah dia membuka mulut untuk bicara semua orang mendengarkan. Mereka sangat... mata mereka terbuka lebar. Tidak seperti saya dan beberapa orang lain saat mendengarkan Mawlana bicara, kita malah tidur! Orang mengalihkan pikirannya ke hal yang lain... Namun semua orang mendengarkan khalifah itu bicara, bahkan kalau kamu melempar sebuah pin maka jatuhnya pin itu akan terdengar.

Syaikh itu mempunyai seorang putra. Putranya ini sangat terpelajar dalam Syari'ah Islam. Sang anak tahu tafsir Kitab Suci al Qur'an, tafsir dari hadis-hadis suci, hafal Kitab Suci al Qur'an, hafal hadis, tahu dengan detil Syari'ah. Dia melihat dirinya sendiri. Tiap kali Syaikhnya, yang tidak lain ayahnya sendiri, duduk dan bicara. Semua orang mendengarkan dan sang anak berkata dalam hati, "Oh, coba kalau saya yang bicara? Tentu sajasaya lebih terpelajar dibandingkan ayah, lalu semua orang tidak hanya akan terbuka matanya tapi hatinya turut terbuka ketika mendengarkan ucapan saya dan semua orang akan menghargai apa yang saya katakan!"

Sang ayah mengetahui "penyakit" anaknya ini. Apa yang dia lakukan? Dia berkata, "Oh putraku! Aku sakit minggu ini. Minggu yang akan datang kau pergi dan bicaralah! Pergi dan berikan sebuah sohbet." Dia sangat senang, tidak menyangka akan memberikan sebuah sohbet kepada banyak orang. Dia pun beranjak pergi dan duduk dikursi yang biasanya digunakan oleh sang ayah. Sedangkan sang ayah berada diruang lain, menyembunyikan diri, mengamati apa yang akan terjadi. Sesaat sang anak mulai memberikan sohbet –dia seorang 'alim, seorang 'alim besar pada zamannya –seperti sekarang bila kita menghadiri konferensi- saya sering menghadiri konferensi dan melihat orang seperti itu- profesor atau pembawa acara memberikan sebuah presentasi dan sebagian besar hadirin tertidur. Tidak seorang pun mendengarkan karena mereka merasa bosan. Nah, mengapa mereka bosan? Ada rahasianya disini.

Dan rahasia dalam cerita ini adalah meski sang anak seorang yang 'alim, tapi tatkala dia mulai bicara, semua orang tertidur. Jadi, dia terus bicara dan melihat: sebagian besar pendengarnya tertidur. Dia sangat terkejut. Dia pun segera menyelesaikan sohbet dan menghadap kepada sang ayah. Dia bertanya: "Oh ayahku, apa yang terjadi? Saya lebih terpelajar dibandingkan dengan ayah, saya tahu lebih banyak dibandingkan dengan ayah. Saat saya bicara, semua orang tidur. Ketika ayah bicara, semua orang terbuka mata dan hatinya. Apa yang terjadi?"

Sang ayah menjawab, "Oh putraku! Itulah permasalahan ulama saat ini (pada masa itu), kaum ulama sangat bangga akan diri mereka. Mereka sombong. Ketika aku duduk untuk memberikan sohbet, pesan yang sedang aku sampaikan kepada semua orang datang dari hati Sayyidina Muhammad SAW. Jadi, ketika bicara akulah pendengar pertama yang mendengarkan apa yang aku katakan. Akulah murid pertama yang duduk disana; aku tidak memandang diriku sebagai wakil dan aku tidak memandang diriku sebagai 'alim; aku memandang diriku yang paling kurang diantara semua orang, yang terendah diantara mereka. Itulah ke-tawadhu'-an yang harus dipraktekkan saat kau mulai memberikan ceramah. Bila tidak, kau akan membuat semua orang merasa bosan."

Jadi, ketika kita bersama Mawlana Syaikh Nazim mendengarkan sohbet. Ketika beliau bicara kepada kita, maka kita harus pastikan bahwa mata, telinga dan hati kita terbuka karena kita tidak hanya duduk dihadapan Awliyaullah saja. Pada kesempatan itu hadirnya Awliyaullah adalah hadirnya Rasulullah SAW. Bagaimana kita harus duduk? Bagaimana para Sahabat duduk dihadapan Rasulullah SAW adalah cara murid harus duduk, mencontohnya. Meski tidak seorang pun mampu meraih tingkat para Sahabat dan wali tidak bisa meraih tingkat Rasulullah SAW, namun kita harus mencontoh cara mereka agar kita mampu meraih apa yang ingin kita raih.

Dan itulah mengapa saya telah mengatakannya disatu waktu sebelum ini bahwa: Semua orang yang masuk ke dalam gua akan selamat. Ketika masuk ke hadirat gua Mawlana Syaikh, kita selamat. Itulah mengapa terakhir kali mengenai Grandsyaikh. Ketika Grandsyaikh diminta untuk mengemban tanggung jawab sebagai pembimbing, irsyad. Grandsyaikh berkata kepada Syaikh Sharafuddin – saya menyingkat cerita ini -, "Apakah manfaat bila saya menerima khilafah dari anda padahal saya tahu bahwa para murid saya tidak akan melakukan apapun? Mereka menjadi malas; tidak melakukan apa-apa kecuali ibadah wajib dan hanya itu saja! Jadi, jika anda memberikan saya otoritas dimana siapapun yang duduk bersama saya, saya akan menaikkan dia hingga menjadi satu tingkat dengan tingkat saya maka saya akan menerima irsyad!"

Itulah sebuah kabar gembira bagi kita semua: rahasia itu adalah bersama Mawlana Sultanu'l-Awliya Sayyidi Syaikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani - semoga Allah SWT memberi beliau panjang umur.

Ketika kita duduk bersama beliau, beliau menaikkan kita bagaikan sebuah lift. Awliyaullah menaikkan para muridnya hingga sama dengan tingkat mereka sendiri. Jangan pikir Syaikh akan menerima seseorang yang akan berada dirantai oleh tangan setan. Seperti seorang jenderal militer yang tidak akan membiarkan seorangpun dari prajuritnya menjadi tawanan musuh, Awliyaullah tidak akan membiarkan para muridnya menjadi tawanan dalam tangan-tangan setan. Rasulullah SAW tidak akan membiarkan Ummahnya menjadi tawanan dalam tangan-tangan setan. Allah SWT tidak akan membiarkan satupun hamba-Nya menjadi tawanan dalam tangan-tangan setan. Itulah mengapa Ummatun-Nabi SAW ummatu marhamma akan dikirim ke Surga!

Jadi beliau mengatakan, "Aku kirimkan cintaku kepada mereka," yang artinya, "Aku mengurus mereka. Memberitahukan agar mereka tidak usah kuatir. Dan aku memberikan mereka dukungan." Artinya kita diberi dukungan. Banyak orang mengatakan kalau Mawlana sakit, kita tidak perlu berkunjung. Jangan, jika hati kalian berkata, "Datang!" maka datanglah. Sudah cukup datang kepada maqam. Maqam ... kehadiran beliau disini tidak bisa disingkirkan. Allah SWT memberi kita kehormatan dengan menjadi pengikut Mawlana dan bagian dari Ummatun-Nabi SAW.

Beliau juga berkata, "Beritahukan kepada mereka bahwa tahun ini adalah tahun penuh peluang." Apakah arti dari "tahun penuh peluang"? Satu tahun penuh peluang artinya "Jangan biarkan satu peluangpun berlalu tanpa kalian memperoleh keuntungan darinya." Itulah mengapa mereka terlalu banyak menggunakan kata "peluang" dalam dunia keuangan, makelar, pasar saham. Artinya, "Jangan biarkan satu saham berlalu saat kamu dapat melihat ada satu keuntungan dari saham itu, ini sebuah peluang, rebutlah!"

"Tahun ini adalah tahun perdagangan" ujar beliau, "dengan Allah SWT. Karena ini satu tahun yang penuh dengan kesulitan, pembalasan dendam dan hukuman."

Jadi, inilah tahun penuh peluang bagi mereka yang merendahkan diri mereka; bagi yang melakukan awraad; yang melaksanakan ibadah-ibadah; yang berusaha menaikkan diri mereka dalam melawan hasrat dari ego-ego mereka! Bagi mereka inilah kesempatannya! Jangan biarkan kesempatan dan peluang ini hilang terutama pada tahun ini! Dan beliau mengatakan, "Tahun ini akan menjadi tahun yang sangat sulit bagi kekuatan-kekuatan setan dan tahun yang mudah bagi kaum beriman!"

Semoga Allah SWT menjaga dan menjadikan kita beriman dengan berkah Syaikh kita yaitu Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani, dan dengan berkah-berkah dari Sayyidina Muhammad 'alaihi afdala ash-shalaat was-salaam.

Wa min Allah at Taufiq



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Dunia yang Tak Bernilai, Kertas yang Tak Bernilai

Dunia yang Tak Bernilai, Kertas yang Tak Bernilai
As-Sayyid Maulana Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani an-Naqshbandi.
Sohbet, Jum'at 30 Januari 2009, setelah Sholat Jum'at dan Hadrah di
Zawiyah Cyprus, Lefke.


Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Itulah terjemahan pendek dari Bismillaahi r-Rahmaani r-Rahiim. Seluruh Bismillaahi r-Rahmaani r-Rahiim, kalau kalian mencoba memahami arti yang terkandung dalam ayat Bismillaahi r-Rahmaani r-Rahiim: "Meskipun seluruh samudra dijadikan tinta dan seluruh pepohonan dijadikan pena-pena, niscaya tidak akan cukup untuk menuliskan samudra-makna dari Bismillaahi r-Rahmaani r-Rahiim. Kita hanya bisa mengucapkan terjemahan dalam bahasa Inggris yang dipahami orang awam, itupun terjemahan yang pendek: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kalian mau mendengarkan untuk kemudian melaksanakan.

Semua Nabi dan Rasul diutus guna mengajarkan jalan hidup yang benar kepada umat manusia. Jalan yang benar artinya yang membawa umat manusia mencapai surga, dan kehidupan surga mengantarkan manusia menuju Hadirat Ilahiah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Manusia sekarang, sudah lupa akan hal ini. Di zaman sekarang ini, seluruh bangsa dengan seluruh penduduknya di setiap negara, mereka semua hanya mengharapkan kehidupan dunia agar punya uang lebih banyak dan menabung uang lebih banyak. Subhanallah. Dan mereka itu menabung triliunan atau kuadriliun dalam dolar, euro [Maulana batuk ..], lalu apa yang terjadi?
Keuntungan apa yang mereka peroleh? Hah? Kalian mulai mengerti...
Kalian sudah tahu bahwa sejak 5 atau 6 bulan terakhir ini terjadi krisis. Krisis ini mengguncang dunia dan membuat resah manusia di muka bumi ini. Sekarang, mereka sudah putus asa dengan uang yang mereka tumpuk selama ini. Mereka mengeluh, "Oh, semua uang kami baru saja habis!"

Kesalahan besar bangsa dunia setelah perang dunia pertama adalah dihapusnya emas sebagai alat-tukar, padahal emas mempunyai nilai riil di dunia dan akhirat.
Orang sekarang menghapuskan emas dan menggantinya dengan uang kertas.
Orang zaman dahulu tidak pernah memakai uang kertas. Orang zaman sekarang menganggap orang zaman dahulu tidak tahu apa-apa. Tetapi, orang zaman dulu mengetahui nilai riil dari emas dan perak. Sejak 1920 ditariklah penggunaan emas dan mulai memakai kertas yang dituliskan diatasnya angka-angka, seolah kertas ini benda penting. Sekarang orang yang menumpuk uangnya baru menyadari apa yang mereka perbuat: "Kita selama ini menumpuk kertas yang dituliskan di atasnya angka-angka, kita ini sangat bodoh." Bagaimana bisa mereka mengganti nilai riil
emas menjadi kertas? Ya. Seluruh kerajaan dan para rajanya dan juga dinasti Utsmaniyah yang terakhir, yang membawa Bendera Sayyidina Muhammad SAW [Maulana Syaikh Nazim berdiri, lalu berkata ..]. Kalian harus berdiri ketika Nama Suci beliau disebutkan.

Itulah adab dalam Islam, yakni mengungkapkan sebanyak mungkin rasa hormat dan memuliakan Penutup para Nabi dan Rasul, dimana semua yang tercipta diperuntukkan bagi beliau SAW, dan untuk kehormatannya SAW Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لو لاك ما خلقت الأفلاك

Law laaka law laaka ma khalaqtu al-aflaaq - Jika tidak untukmu (Ya Muhammad) Aku tidak akan pernah menciptakan makhluk. Hamba-Ku yang paling mulia dalam Hadirat Ilahiah Ku adalah Muhammad SAW, dialah hamba-Ku. Allah Subhanahu wa Ta'ala boleh mengatakan "Muhammad", tapi kita semua harus memanggil beliau "Sayyidina Muhammad".

Kita harus menyebut nama Rasulullah SAW dengan "Sayyidina Muhammad SAW".
Wahai manusia, Islam diturunkan untuk mengajarkan pada manusia bagaimana mereka hidup. Bagaimana sikap mereka terhadap Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan juga bagaimana mereka harus bersikap kepada hamba yang paling dicintai dan dimuliakan Allah SWT, yang paling terhormat di Hadirat Ilahi. Sayyidina Muhammad SAW tidaklah seperti kalian. Tidak. Beliau berasal dari antara kalian, tetapi beliau tidak sama dengan kalian. Kalian berada di bawah permukaan bumi taht al-thara, sedangkan beliau berada di Surga di Hadirat Ilahi, sangatlah tidak
mungkin bagi siapapun mencapai maqam itu. Beliau adalah hamba yang paling dihormati dan dimuliakan di Hadirat Ilahi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata pada Sayyidina Musa (as) - Ya Musa! innii ana Rabbuka fakhla' na'layka; innaka bil waadil muqaddasi thuwaa.

إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى

"(Ya Musa), sungguh Aku adalah Tuhan-mu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah Thuwa yang suci."

[QS Thaha (20):12]

Ketika Sayyidina Musa (as) mendengar suara dari surga melalui sebuah pohon, beliau mengejar suara itu, tapi segera terdengar lagi perintah, "Ya Musa, lepaskan dulu alas kakimu, baru datang mendekat kepada-Ku!
(Namun) di peristiwa lain, ketika malam Mi'raj, Sayyidina Muhammad SAW naik mencapai Singgasana Suci Allah Subhanahu wa Ta'ala, kemudian (dengan penuh
adab) beliau bergegas menanggalkan alas-kaki beliau dan mendekati Singgasana Allah hanya dengan kaki suci beliau (tanpa alas). Dan seperti inilah bentuk sepatu Rasulullah SAW. [Maulana Syaikh Nazim menunjuk pada bros, hiasan pada turban beliau, yang berbentuk sepatu-sandalnya Rasulullah (s), na`l ash -sharif].

Rasululllah SAW segera melepaskan sepatu beliau, tapi datanglah perintah Ilahi: "Tidak perlu kau membuka sepatumu! Pakailah masuk ke Singgasana Suci-Ku. Merupakan kehormatan bagi Singgasana Suci-Ku dengan masuknya kamu kedalamnya! Peristiwa ini disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Lama, dan Kitab Suci Al Qur'an. Nah, orang zaman sekarang mengira para Nabi dan Rasul diturunkan untuk menjadikan mereka hamba dunia, untuk menjadikan mereka kolektor emas dan perak. Apa yang akan kalian perbuat dengan yang dikumpulkan itu? Kehidupan dunia ini datang dan pergi dan menyaksikan kehidupan para Fir'aun.

Begitu banyak Fir'aun (Pharaoh). Fir'aun-fir'aun itu menumpuk berton-ton emas dan mereka membuat wasiat kalau kelak mereka mati dikuburkan bersama emas yang mereka kumpulkan. Sekarang, apa yang terjadi setelah ribuan tahun? Tidak seorangpun yang sanggup masuk ke kuburan fir'aun itu dan melihat ada apa di dalam piramid-piramid itu. Mereka ingin melihat mummi-mummi fir'aun. Kalian hanya bisa melihat bentuk peti mati fir'aun-fir'aun itu. Kalau dibuka dan melihat isi di dalamnya, kalian akan lari. Mungkin beberapa malam kalian tidak bisa tidur
terbayang betapa buruknya mumi-mumi itu seperti Ramses, Tutankhamen, dan banyak fir'aun-fir'aun lainnya. Kalian tidak bisa melihatnya, tidak ada manfaatnya. Fir'aun-fir'aun itu menumpuk harta dan menyembunyikan harta karunnya dalam kuburnya, harta-harta itu tidak bermanfaat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنفِقُونَهَا
فِي سَبِيلِ اللّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Walladziina yaknizuunadz dzahaba wal fidhdhata wa laa yunfiquu naahaa fii sabiilillahi fabasysyir hum bi adzaa bin aliim
"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar kepada mereka, "bahwa mereka akan mendapat azab yang pedih. [QS at-Taubah (9):34]

Itulah syaithan yang membuat manusia bekerja untuk dunia, bukan hanya hamba dunia tapi "budak dunia". Dan di abad-21 ini, umat manusia, termasuk umat dunia Islam, mereka semua tidak bersikap sebagai hamba Tuhan Yang Menciptakan mereka, Allah Subhanahu wa ta'ala, mereka malah berupaya menjadi budak-budak dunia. Mereka berada di bawah komando/kendali syaithan. Syaithan, dalam bahasa Inggrisnya Satan.
Sekarang seluruh umat manusia di dunia termasuk dunia Islam menjadi budak-budak dunia. Dan Rasulullah SAW, Sayyidina Muhammad SAW berkata bahwa setiap hari syaithan datang dan berteriak, "Hai manusia, aku punya anak perempuan! Aku ingin menjadikan salah satu dari kalian menjadi menantuku! Siapakah yang menerima? Syaithan tiap hari datang dan berkata pada manusia, "Aku punya anak perempuan cantik dan aku ingin mengawinkannya dengan salah seorang dari kamu." Manusia bertanya,"Bagaimana caranya?" Setan menjawab, "Barang siapa yang hari ini membuatku senang dengan menjadi budakku, maka aku akan menjadikan anak perempuanku tercinta menjadi istrimu."

Apakah "anak perempuan setan" itu? Yaitu "dunia". Seluruh manusia sekarang berusaha menjadi menantu setan! Sangat disayangkan, kasihan, kasihan.

Dan dunia ini tidak ada nilainya. Berapa nilai seluruh dunia ini di hadapan Hadirat Ilahi? Rasulullah SAW -Sayyid ar-Rasul il-kiram- bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfiman "Kalau dunia ini bernilai sekeping sayap nyamuk saja, maka Aku (Subhanahu wa Ta'ala) tidak akan memberikan rizki kepada mahluk yang tidak mengaku sebagai hamba-Ku". Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala tetap saja memberi. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi. Tapi pada akhir kehidupan manusia, apa yang
terjadi? Saat itu Allah Subhanahu wa Ta'ala akan berkata pada manusia, "Inilah saat
terakhir hidupmu, kamu boleh mengambil lebih banyak lagi dari dunia ini. Meski kamu punya lebih banyak harta dibandingkan Qarun sekalipun, tetap pada akhirnya Qarun pun mati, begitu juga kamu kini mati." Seluruh umat di dunia sekarang tidak menerima sebagai hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Pencipta [Maulana Syaikh Nazim berdiri], Allah Ta'ala, Jalla Jalaluhu. Meskipun kita berdiri seperti ini sampai akhir hidup kita, belumlah apa-apa, kita semua hamba-hamba
Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Wahai umat Islam, kita sekarang ini berada di zaman jahiliyah yang kedua. Zaman kebodohan kedua. Zaman kebodohan pertama terjadi pada masa Sayyidina Rasulullah SAW dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pada Rasulullah SAW tentang zaman jahiliyah itu, "Wahai hamba yang Aku cintai, Aku mengutusmu untuk membersihkan diri hamba-hamba-Ku, agar mereka membuka akal dan hatinya untuk mengetahui Siapa Yang Menciptakan mereka, dan tanyalah tentang amal perbuatan mereka, pikirkanlah dari apa mereka diciptakan, dan apa yang diharapkan Yang Maha Pencipta dari mereka."
Sekarang seluruh umat manusia mencapai zaman jahiliyah kedua. Tidak ada seorangpun yang membicarakan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala firmankan. Bangsa Arab tidak melakukannya. Tidak Turki, tidak Iran, tidak Rusia, tidak Amerika, tidak Afrika, tidak juga dari bangsa di timur dan di barat.
Saya tidak pernah mendengar orang berlari dan berkumpul di jalan-jalan dan saling bertanya: "Apakah sebenarnya yang diperintahkan Allah (kepada kita)?".

(Mengapa sekarang) orang-orang berlarian ke jalan-jalan dan melakukan demonstrasi? Siapa yang pernah melihat demonstrasi dalam Islam sebelum ini? Apakah dulu masyarakat negara-negara Muslim juga keluar ke jalanan dan berteriak-teriak? Di ayat mana dalam al-Qur'an Allah Subhanahu wa Ta'ala pernah mengizinkan demonstrasi di jalan-jalan itu?? Atau di hadis yang mana pernah ada perintah berlarian ke jalan-jalan? Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata, "Datanglah kepada-Ku, datanglah kepada-Ku." Dan "Masaajid buyuut Allah." Masjid-masjid adalah rumah-rumah Allah. Hai orang-orang Arab, betul kan? Mereka tahu bahasa Arab? Mereka tahu tapi tidak paham - seperti saya ini (Maulana merendah), saya tahu bahasa Arab tapi tidak memahaminya. Siapakah 'alim ulama dari barat ke timur, dari negara Arab atau non-Arab yang dapat mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan hamba-Nya berlarian ke jalanan, pria dan wanita berteriak-teriak di jalanan? Dimana masjid-masjid mereka?

Masjid-masjid adalah bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau sesuatu yang buruk
terjadi maka masuklah kalian ke masjid dan berdoalah. Apakah yang kalian minta? Ini hari Jum'at. Terdapat ribuan masjid di banyak negara tempat bagi orang yang sholat dan berdo'a. (Daripada berada di luar) yang seorang berteriak "Oh Palestina", tapi yang lain berteriak lain lagi. Apakah yang terjadi atas umat Muslim ini sehingga membuat demo-demo di jalanan? Apakah ada syariat Islam yang memerintahkan
berdemo? Kepada siapa kita berteriak di jalan-jalan itu? (siapa yang mendengarkan?)

(Makanya) kalian harus datang ke masjid-masjid dan berdoalah, "Wahai Tuhan kami, selamatkanlah diri kami karena kami ini sangatlah lemah. Karuniakanlah Rahmat-Mu kepada orang-orang yang beriman, turunkanlah pertolongan-Mu pada hamba-hamba-Mu yang berupaya mencari Ridho-Mu ...".

Nah, (apakah do'a seperti barusan) diucapkan oleh orang-orang, pria dan wanita yang berteriak berdemo di jalanan? Khususnya kepada kaum perempuan, Allah SWT berfirman: Qa qurnafii buyuutikunna wa laa tabarrajal jaahiliyyatil uulaa, wa aqimnash shalaata wa aatiinazzakaa wa athi'nallaha wa rasuulahu ....

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ
الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ
أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Dan hendaklah kalian berdiam di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti kaum jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, ..." [QS al-Ahzaab (33):33]

Kalian (para Muslimah) harus menjaga diri kalian, beradalah di bagian terdalam di rumah-rumah kalian, jangan kalian berkeliaran di jalan-jalan. Perbuatan itu tidaklah Islami. Jangan lakukan itu. Kaum perempuan di Iran keluar ke jalanan.

Kaum perempuan Arab juga keluar dan berteriak-teriak. Kaum perempuan Turki juga keluar dan berteriak-teriak. Perempuan di Mesir juga keluar dan berteriak-teriak. Kemanakah para Syaikh di al-Azhar? Apa yang mereka katakan? Mereka takut kepada siapa? Kenapa tidak berani mengatakan kebenaran? Kalau mereka tidak berani mengatakan kebenaran, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti menurunkan azab.

Janganlah takut. Kalau kita perlu takut, maka takutlah hanya kepada Penciptamu, Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dan Nabi yang Suci SAW pernah berfiman:

"ولن يغلب اثنا عشر ألفا من قلة"

wa lan yaghlib min ummattii ithna `ashar alf min qillat [1] – Wahai Muslim, kalian tahu hadis syarif ini? Disebutkan, andaikan saja umatku, jika mereka hanya 12.000 orang saja, pastilah mereka mencapai kemenangan. Meski hanya dengan pedang, sudah cukup untuk mencapai kemenangan. (Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman): "Aku-lah Yang memberikan kemenangan, bukan sawaariikh, rudal-rudal kalian." Jangan. Jangan tergantung kepada rudal-rudal kalian. Jangan. Ketika dua pasukan saling berhadapan siap saling serang, apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di pihak yang sedikit maka tentara di seluruh duniapun akan kalah.

Tetapi keimanan kita saat ini ada di titik nol, makanya kita meminta ke sana-sini mohon pertolongan - "Bantulah kami melakukan jihad..".
Itu bukanlah jihad. Itu bukanlah jihad. Bukan. Jihad itu untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan pihak yang ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menang. Meskipun hanya 3 orang muslim, jika Allah Subhanahu wa Ta'ala menolong mereka maka meskipun 3 milyar atau 30 milyar bisa dikalahkan. Kita harus mengubah cara kita. Kita harus meninggalkan prinsip-prinsip barat. Dunia Muslim harus meninggalkannya dan harus kembali kepada jalan Rasulullah SAW. Jika tidak, kita juga akan musnah.

Bukanlah hal yang sulit bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala jika Dia ingin memusnahkan

milyaran. Dia (Subhanahu wa Ta'ala) bisa mengirimkan taufan banjir pada ummat Nabi Nuh (as), sehingga hanya 80 orang saja yang hidup. Dari hanya 80 yang
tersisa itu, sudah ada milyaran manusia lagi sekarang di dunia.
Karena, Dia adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalian harus tahu siapa Allah Subhanahu wa Ta'ala - seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, Sayyidina Muhammad SAW kepada ummat. Kalau tidak, kalian akan menerima azab dari Allah. Sekarang Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan azab yang sama kepada umat Muslim maupun non-Muslim. Umat Muslim juga terkena azab karena mereka tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika Muslim tidak meminta petunjuk-Nya, maka diturunkanlah azab..

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن
فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً
وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ

Katakanlah (olehmu Muhammad), "Dia-lah Yang Berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu, atau Dia mencampurkan kami dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kami keganasan sebagian yang lain, bagaimana Kami Menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasan Kami) agar mereka memahaminya." [QS al-An'am, (6):65].

Aku (Subhanahu wa Ta'ala) pasti menurunkan azab apabila mereka tidak mau patuh
kepada perintah-Ku. Maka Aku turunkan Murka Ilahiah-Ku dalam bentuk azab dari langit ataupun azab dari bawah kaki mereka, atau membuat mereka saling menguji satu sama lain.

Rasulullah SAW pun kemudian memohon, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau
menghukum umatku sebagaimana Engkau mengazab orang-orang jahil dari umat-umat yang terdahulu." Allah Subhanahu wa Ta'ala pun menjawab, "aiklah Aku terima
permintaanmu (ya Muhammad (SAW)), tapi kalau mereka terus berada di jalan
yang salah, maka akan Aku hukum mereka. Aku buat ahzab -kelompok-kelompok- terdiri dari berbagai partai, mereka kemudian mulai saling membunuh di antara mereka." Seperti yang terjadi pada Bani Israil karena mereka menyembah sapi, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengazab mereka melalui sesama mereka. Mereka yang tidak menyembah sapi diperintahkan agar membunuh mereka yang menyembah sapi. Dialah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ
أَنفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُواْ إِلَى بَارِئِكُمْ
فَاقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ
فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan), karena itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu (wahai orang-orang zalim). Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu. Dia akan Menerima tobatmu. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." [QS al-Baqarah (2):54]

Kalian harus memperbaiki langkah-langkah kalian, jangan sampai mengikuti langkah syaithan. Kalian harus mengikuti Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sohbet saya ini, terlaksana dengan pertolongan Ilaahi Rabbi, Tuhan Pemilik Surga. Semoga Dia memberi kalian umur sampai tahun depan atau sampai akhir dunia ini, tapi kalian harus mengambil inti dari sohbet saya ini bagian yang berharga (jawhar) ambilah, maka kalian akan selamat. Kalau tidak, kalian akan menerima azab. Kelompok yang kecil akan masuk Surga. Kelompok yang besar akan diadili nanti tergantung amal mereka. (Maka) jagalah diri kalian, berlarilah menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Jangan mengikuti langkah syaitan. Berlarilah menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengampuni kita semua.

[Kemudian Maulana Syaikh Nazim Haqqani memimpin do'a]: "Ya Rabbi, kami ini pendosa besar yang memohon ampunan-Mu. Kami tidak sungguh-sungguh berupaya menjadi hamba-Mu yang tulus, kami menyia-nyiakan hidup kami, kami memohon rahmat suci-Mu agar Engkau mengampuni kami. Ya Rabbi, demi makhluk yang paling Engkau muliakan, Nabi dan Rasul yang paling dimuliakan oleh-Mu dan oleh Nabi dan Rasul yang lain, yang paling dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sayyidina Muhammad SAW. Ya Rabbii 'afu anna wa aghfir lana wa'arhama wa tub alayna wa ba`ath lana sahib – maalik yahkum al-Islam wa kul ad-dunya min al-maghrib ilaa al-mashriq.
Turunkanlah seorang Sultan ya Rabbi, karena kami ini kehilangan arah.
Sultan dari Mu mampu membawa kami ke jalan yang benar menuju Engkau, sehingga kami datang menghadap-Mu dengan wajah yang bercahaya, tidak dengan wajah yang gelap. Amin. Amin. Amin. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengampuni saya dan memberkahi kalian semua, demi kehormatan yang paling terhormat, Sayyidina Muhammad SAW. Fatihah!.



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

Arsip Blog